PERJALANAN CINTA TUHAN SELAMA 34 TAHUN

PERJALANAN CINTA TUHAN SELAMA 34 TAHUN











Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Tanggal 18 Oktober 34 tahun sudah saya Berjalan Dengan Tuhan ada banyak Ukiran Tuhan didalam Tongkat Yang Dia berikan kepada saya

---





KESAKSIAN HIDUP JOSHUA IVAN SUDRAJAT

Usia: 50 Tahun

Lahir Baru: Umur 16 tahun

Menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi: 18 Oktober 1991

Mengalami Baptisan Roh Kudus: 22 November 1991

---

Hidup saya adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan ukiran kasih dan kesetiaan Tuhan. Sejak masa remaja, saya sudah merasakan bahwa tangan Tuhan begitu nyata menuntun langkah hidup saya, bahkan ketika saya belum benar-benar mengerti makna kasih karunia-Nya.

Pada usia 16 tahun, Tuhan menjamah hati saya. Saya lahir baru dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi pada tanggal 18 Oktober 1991. Hari itu menjadi titik balik terbesar dalam hidup saya — saat saya menyerahkan seluruh masa depan, cita-cita, dan hidup saya di bawah kendali kasih-Nya. Tidak lama kemudian, pada 22 November 1991, Tuhan memeteraikan saya dengan pengalaman baptisan Roh Kudus. Api Roh Kudus mengubah saya menjadi pribadi yang baru, dengan hati yang menyala-nyala untuk mengenal Tuhan lebih dalam dan melayani-Nya.

Sebelum saya Bertobat saya adalah seorang pendiam introvert banget tidak punya gairah hidup.

Setelah Bertobat saya diubahkan oleh Tuhan, saya Menerima Baptisan Kudus di GPPS Jakarta 29 Juni 1992, semua Anugerah Tuhan saya boleh menerima Baptisan Selam.

---

Perjalanan Iman dan Pendidikan: Tangan Tuhan di Tengah Proses

Tahun 1993, saat itu Kelas 3 SMA Tuhan berbicara dengan jelas di hati saya untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Awalnya saya tidak ingin sekolah di UKSW lalu Tuhan memberikan Mimpi saya berdiri di Hutan Alas Roban, saya melihat kalau ke arah Jawa Tengah saya melihat Sinar Terang

Keputusan itu bukan hanya tentang pendidikan, tetapi merupakan panggilan ilahi — Tuhan ingin membentuk karakter saya melalui setiap musim yang akan saya jalani di sana.

Selama kuliah, saya mengalami banyak proses. Ada masa-masa penuh sukacita, tetapi juga ada masa di mana saya harus melewati lembah kehancuran nilai dan kekecewaan. Saya sempat merasa gagal, tertinggal, dan bahkan tidak layak. Namun di tengah semua itu, Tuhan mengulirkan cinta-Nya dengan cara yang lembut tetapi dalam.

Tuhan mengizinkan saya masuk ke “lembah nilai yang hancur” bukan untuk menghancurkan saya, tetapi untuk membentuk hati saya sebagai seorang pendoa. Di saat semua pintu seolah tertutup, saya justru menemukan pintu doa yang terbuka lebar. Di tempat itulah saya belajar berlutut, menangis di hadapan Tuhan, dan mengenal Dia bukan hanya sebagai Allah yang memberi berkat, tetapi juga sebagai Bapa yang mengajar, menegur, dan menumbuhkan.

Doa menjadi napas baru dalam hidup saya. Dari seorang mahasiswa yang merasa gagal, Tuhan menjadikan saya pendoa yang mengenal isi hati-Nya. Banyak kali saya tidak mengerti jalan Tuhan, tetapi setiap kali saya berseru, Dia menjawab dengan kasih yang mendalam dan damai sejahtera yang tidak dapat dijelaskan.

---

Kesetiaan Tuhan dalam Setiap Ukiran Waktu

Proses itu tidak singkat. Saya akhirnya menyelesaikan kuliah selama tujuh tahun — waktu yang bagi sebagian orang mungkin tampak lama. Tetapi bagi saya, tujuh tahun itu adalah tujuh musim pembentukan Tuhan. Di setiap tahun, ada pelajaran baru tentang kesetiaan, ketekunan, pengampunan, dan kasih yang tidak pernah gagal.

Saya belajar bahwa nilai di atas kertas tidak menentukan nilai di mata Tuhan. Tuhan menilai hati, dan dalam proses itu Dia menulis kisah cinta-Nya di atas hati saya. Setiap kegagalan menjadi batu pijakan, setiap air mata menjadi benih iman, dan setiap doa menjadi jalan untuk mengenal Dia lebih dalam lagi.

Kini ketika saya menoleh ke belakang, saya hanya bisa berkata:

> “Benar, tangan Tuhan tidak pernah terlambat. Ia setia, bahkan ketika saya tidak setia.”

Saya melihat bagaimana kasih-Nya memelihara, mengangkat, dan menuntun langkah saya hingga hari ini. Semua yang saya alami adalah ukiran kasih Tuhan — indah, meski prosesnya kadang menyakitkan.

---

Penutup: Hidup Bagi Kemuliaan-Nya

Kini di usia 50 tahun, saya mengerti bahwa seluruh perjalanan hidup ini bukan tentang kemampuan saya, tetapi tentang anugerah Tuhan yang sempurna. Saya dipanggil bukan hanya untuk berjalan dalam iman, tetapi juga untuk berdiri sebagai pendoa — seorang yang membawa isi hati Tuhan bagi bangsa, gereja, dan generasi.

Saya tahu bahwa kisah ini belum selesai. Tuhan masih menulis bab-bab baru dalam hidup saya, dan saya ingin terus hidup bagi kemuliaan-Nya.

> “Sebab dari Dialah, dan oleh Dialah, dan kepada Dialah segala sesuatu. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.”

(Roma 11:36)

Segala kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus — Penulis kisah hidup saya.

---

Only By HIS GRACE

Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer