Pelajaran Tentang Pengurapan dan Minyak Urapan

Pelajaran Tentang Pengurapan dan Minyak Urapan


Disadur Oleh : Joshua Ivan Sudrajat S

 


 A.   Pengertian Pengurapan

Pengurapan merupakan suatu upacara keagamaan yang umum dipraktekan dalam banyak kebudayaan kuno.[1] Di daerah timur kuno, mengurapi merupakan hal yang sangat penting pada saat itu. Mengurapi mangkuk dan bejana (vessels) ditemukan di Mesir pada masa prehistoris. Begitu juga dengan penggunaan salab dan minyak yang digunakan dalam pengurapan bukan hanya bertujuan untuk pemurnian/purification, kebersihan tubuh dan kecantikan, tetapi juga untuk pengobatan luka-luka dan penyakit.[2]  Dalam pemikiran orang-orang zaman kuno, pemakaian pengurapan minyak dapat membuat penetrasi pada tubuh, mengimpartasikan kekuatan, kesehatan, kecantikan, dan bahkan membawa sukacita.[3]  
Kata kerja Mengurapi/Anoint  dalam kamus Oxford Advance Leaner’s Dictionary edisi ke-7 memberi arti menuangkan atau mengolesi minyak atau air pada kepala seseorang sebagai bagian dari acara ritual keagamaan (religious ceremony).[4] Wikipedia mencatat bahwa orang atau benda diurapi untuk menandakan kesakralan (sacramental) atau pengaruh ilahi, penguduskan, mendapat kekuatan atau kuasa dan lain-lain.[5]
Dalam Perjanjian Lama orang atau benda diurapi untuk menandakan kesuciannya atau pengkhususanya bagi Allah seperti contoh Tugu (Kej. 28:18), Tabut dan Perkakasnya (Kel. 30:22), Perisai, Imam Besar (Kel. 28:41), Raja, Nabi, (I Raja-Raja 19:16). Pengurapan tersebut menghasilkan sesuatu atas yang diurapi, orang atau barang menjadi kudus (Kel. 30:22-33) dan keramat.[6]
B.1.  Pengurapan Dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, bahasa Ibrani yang digunakan untuk menerjemahkan kata Pengurapan atau dalam bahasa Inggris Anoint yang digunakan dalam terjemahan NIV (New International Version) atau NASB (New American Standard Bible) adalah מָשַׁח māšah.[7] Kata ini digunakan sebanyak 69 kali dalam Perjanjian Lama yang berarti “to apply oil” (mengunakan/memakai minyak) dengan cara menuangkan atau menebarkan.[8]  
Dalam Perjanjian Lama, Pengurapan digunakan dalam acara ritual keagamaan dan juga untuk pelantikan dalam kepemimpinan. Tindakan mengurapai tersebut memiliki beberapa fungsi, yang pertama untuk menyucikan item-item keagamaan dan juga difungsikan untuk pentahbisan pemimpin-pemimpin keagamaan. Kesemua hal tersebut digunakan untuk pekerjaan Allah.[9] Jadi bahwa kefungsian dari seorang imam adalah “imam yang diurapi”, dia yang disucikan untuk pelayanan (Imamat 4:3,5). Yang kedua ketika pengurapan telah selesai dilakukan oleh seseorang sebagai contoh Samuel yang telah mengurapi Saul dan Daud, pengurapan tersebut disucikan oleh Yahweh sendiri (1 Samuel 10:1; 2 Samuel 12:27). Yang ketiga, pengurapan dalam kasus Daud diikuti dengan kemampuan Ilahi yang khusus untuk membawa misi Allah.[10]
Istilah “Dia yang diurapi” muncul dalam Perjanjian Lama, dan bahasa Ibrani yang digunakan adalah מָשִׁיחַ‎ transliterasinya messiah, muncul 39 kali dalam Perjanjian Lama, dan menunjukan barisan individual. Termasuk Cyrus raja kafir (Yesaya 41:1) yang ditunjuk oleh Yahweh bagi satu tugas spesifik yang berhubungan dengan Israel. Mesias/Messiah digunakan secara primary didalam kitab 1 dan 2 Samuel dan Mazmur untuk menandakan raja Israel.[11]
Didalam eskatologi Yahudi, istilah מָשִׁיחַmessiah menunjuk pada raja Yahudi dari garis keturunan Daud, Dia yang diurapai dengan minyak urapan kudus dan memerintah atas orang-orang  Yahudi pada masa Messianic. Dalam standard kitab Ibrani Mesias/Messiah menunjuk pada מלך המשיח, Mélekh ha-Mashíah yang secara literal artinya “Raja yang diurapi.”[12] 
Jadi Pengurapan dalam Perjanjian Lama merupakan suatu tindakan yang sangat penting. Pengurapan yang dilakukan meliputi pengurapan object/benda-benda dan orang-orang diantaranya para Nabi, Imam dan Raja yang dikhususkan untuk digunakan oleh Allah.[13]  Tujuan dari penggunaan pengurapan dalam Perjanjian Lama yakni selain sebagai penyucian terhapad benda-benda tertentu juga sebagai suatu tindakan simbolik yang secara resmi, penandaan dan pengkhususan seseorang untuk hal-hal tertetu, dan sebagai fungsi kepemimpinan dalam suatu komunitas. Hal tersebut haya dilakukan satu kali saja sama seperti Inagurasi/pelantikan dan pentahbisan.[14] 
B.1.1.  Pengurapan Benda
Keluaran 30:26-29, Firman Tuhan Kepada Musa “Haruslah engkau mengurapi dengan itu Kemah Pertemuan dan tabut hukum, meja dengan segala perkakasnya, kandil dengan perkakasnya, dan mezbah pembakaran ukupan; mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan alasnya. Haruslah kau kuduskan semuanya, sehingga menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepadanya akan menjadi kudus”.[15]
B.1.2.  Kemah Pertemuan atau Tabernakel
Tabernakel merupakan pusat dari penyembahan Israel.[16] Dalam bahasa Ibrani kata yang digunakan adalah מִשְׁכָּן Transliterasi mishkan dengan Phonetic Spelling: (mish-kawn') muncul sebanyak 136 kali dalam Alkitab yang memberi pengertian Tempat Kediaman (Dwelling Place) atau Tabernakel.[17] Tabernakel juga bisa diartikan sebagai Rumah Tuhan, Tenda/Kemah Kediaman Tuhan dan Kemah Pertemuan.[18]
Dalam sistem penyembahan Perjanjian Lama, Tabernakel merupakan tempat dimana manusia mendekati Allah dengan persembahan-persembahannya dan Alah meresponi dengan pengampunan pewahyuan dan jawaban doa (Keluaran 25:22; 2 Tawarik 6).[19]
Pandangan Perjanjian Baru mengenai Tabernakel adalah sebagai simbol realitas yang kita miliki didalam Kristus. Yesus sendiri telah menjadi tempat atau kemah pertemuan bagi manusia (Ibrani 9-10).[20]
            B.1.3.  Pengurapan Altar atau Mezbah
            Altar mengambil peranan penting dalam penyembahan Israel kepada Allah, begitu pula dengan orang-orang pada zaman purba ketika mereka menyembah berhala-berhala.[21] Dalam kamus Oxford Dictionary menjelaskan kata altar sebagai kata benda yang berarti meja kudus didalam sebuah Gereja atau Kuil.[22] Dalam bahasa Ibrani kata yang digunakan adalah מִזְבֵּ֫חַ transliterasi mizbeach, dengan Phonetic Spelling: (miz-bay'-akh), muncul sebanyak 401 kali dalam Alkitab yang berarti Altar atau Mezbah,[23] kata mizbeach berasal dari kata זָבַח zabach memberi arti tempat penyembelihan.[24] Dalam Wikipedia dikatakan bahwa altar merupakan tempat dimana kurban atau persebahan lainnya dipersembahkan untuk tujuan religius.[25]
Kata Yunani yang digunakan untuk Altar dalam Perjanjian Baru adalah θυσιαστήριον transliterasi thusiastérion, dengan Phonetic Spelling: (thoo-see-as-tay'-ree-on) merupakan bentuk kata Noun-Neuter, muncul sebanyak 23 kali dalam PB dan memberi arti tempat persembahan (an altar for sacrifice). Kata θυσιαστήριον digunakan secara figuratif dalam Perjanjian Baru yang berarti tempat pertemuan antara Allah dan penyembah-penyembahnya yang benar.[26]
Dalam pandangan Perjanjian Baru Yesus telah menjadi persebahan atau korban di altar yang sesungguhnya (Ibrani 9:9-14). Korban Persembahan menunjukan bahwa Allah tidak dengan mudah menghapus dosa manusia dan kematian merupakan konsekuensi dari dosa. Perjanjian Lama dan Perjenjian baru keduanya menggambarkan keinginan Allah tentang kematian sebagai pengganti dosa dan kita temukan bahwa Allah sedirilah yang menjadi korban sebelihan dengan kematian Yesus di kayu salib sebagai ganti dosa.[27]
Jadi tujuan dari pengurapan benda dalam Perjanjian Lama adalah agar supaya benda tersebut kudus dan dal layak untuk digunakan sebagai alat yang digunakan untuk tujuan religius.
B.1.4.  Pengurapan Orang
B.1.4 Pengurapan Nabi
Kata Nabi atau Prophet baik dalam pandangan Kristen ataupun muslim menurut kamus Oxford Advance Leaner’s Dictionary edisi ke-7 dijelaskan bahwa Nabi adalah seseorang yang dikirim oleh Allah untuk mengajari umat dan meberikan mereka pesan-pesan dari Allah.[28] Dalam Webster Dictionary mejelaskan bahwa seorang Nabi adalah orang yang berbicara untuk Allah, dibawah tuntunan Ilahi, dan juga nabi merupakan seseorang yang dapat memprediksikan masa depan.[29] Menurut Richards, dalam bukunya yang berjudul Ecyclopedia of Bible Words mengatakan bahwa istilah “Phophet”  προφήτης (profétés) yang dalam Perjanjian lama adalah נָבִיא Nābî memiliki arti “spokesman” atau “speaker” (pembicara,penyampai). Intinya adalah bahwa נָבִיא Nābî adalah seseorang yang diberi kuasa untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain.[30]
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan memberi instruksi kepada orang-orang Israel dalam mimpi dan penglihatan kepada nabi-nabi dan imam-imam-Nya.  Ada beberapa periode dimana orang-orang Israel melalukan kejahatan dalam pandangan Allah dengan menyembah allah-allah lain. Sejak periode itu firman Allah menjadi jarang didengar dan tidak ada banyak penglihatan yang diperlihatkan Allah.[31]  Allah juga meberikan mereka ketangan musuh-musuh mereka sampai mereka bertobat dan berbalik kepada-Nya. Lalu kemudian Allah memberikan kepada mereka nabi-nabi dan hakim-hakim untuk membawa mereka kembali kejalan-Nya dan melepaskan mereka dari penindasan.[32] Nabi diurapi untuk melakukan tugasnya sebagai seorang nabi yang berkenan kepada Allah.
B.1.5. Pengurapan Imam
Kata Kohain כֹּהֵן‎‎, merupakan istilah Ibrani untuk Priest/Imam. Kata benda kohen digunakan didalam torah untuk menunjukan kepada para Imam baik untuk Yahudi maupun untuk non Yahudi.[33] Kata kohen muncul lebih dari 700 kali dalam Perjanjian Lama. Dalam kerajaan Israel fungsi keimaman haya dapat dilalukan oleh keturunan Lewi.[34]
Secara etimologi kata benda kohen biasanya diterjemahkan Priest/Imam digunakan baik untuk Yahudi maupun Pagan seperti imam-imam dari Baal dan Dagon.[35] Walaupun demikian kata Imam untuk orang Kristen diambil dari istilah Ibrani yaitu Komer  כומר kata ini diambil dari satu semitic root yang umum, pada minimum ke sentral semitic language; yang memiliki kesamaan dengan kata Arab yaitu  كاهن kāhin  yang memiliki arti soothsayer/peramal, augur/meramalkan, dan Priest (Imam).[36]
Status dari Imam atau kohen berhubungan erat dengan Harun, saudara Musa dan anak-anaknya sebagai perjanjian kekal. Selama 40 tahun Israel berputar-putar di padang gurun sampai bait suci di Yerusalem dibangun, para Imam menunjukan keimaman mereka dengan melayani di portable tabernakel (Bilangan 1:47-54,Bilangan 3:5-13, Bilangan 3:44-51,Bilangan 8:5–26). Tugas mereka termasuk persembahan perhari dan juga persembahan korban pada hari raya Yahudi, memberkati umat didalam berkat imam, hal ini kemudian dikenal dengan Nesiat Kapayim ("Raising of the hands") mengankat tanggan.[37] Richards menambahkan bahwa secara garis besar tugas dari Imam meliputi (1) menjaga dan memelihara perjanjian, (2) mengajari perintah dan hukum-hukum Allah, (3) mempersembahkan korban kepada dialtar kepada Allah.[38] 
Imam dari Israel difokuskan pada hubungan orang-orang Israel dengan Allah. Untuk itulah Imam menjadi sarana penengah/mediatorial antara Allah dan Israel, harusnya menyucikan diri agar bisa datang kepada-Nya. Tidak ada seorang yang dapat membuat pengorbanan untuk datang kepada Allah. Hanya dia yang telah dipilih Allah yang dapat melayani altar dimana orang-orang berdosa dapat bertemu dengan Allah.[39]
Imam diurapi untuk melakukan tugasnya sebagai orang yang membawa umat Allah untuk bertemu dengan Allah atau sebagai sarana penengah antara Allah dan umat-Nya.
Didalam Imamat 21:10, “Imam yang terbesar di antara saudara-saudaranya, yang sudah diurapi dengan menuangkan minyak urapan di atas kepalanya dan yang ditahbiskan dengan mengenakan kepadanya segala pakaian kudus, janganlah membiarkan rambutnya terurai dan janganlah ia mencabik pakaiannya.”[40]
B.1.6. Pengurapan Raja
Istilah raja dalam kamus Oxford Advance Leaner’s Dictionary adalah seseorang yang memerintah pada satu negarabagian independent dan mempunyai garis keluarga kerajaan(royal family), sebagai contoh raja dan ratu England.[41] Dalam kamus Miriam Webster Dictionary juga memberikan beberapa definisi mengenai kata raja yakni seseorang yang memerintah secara monarki pada satu unit teritorial khususnya dia yang ada dalam daftar keturunan dan memerintah seumur hidup.  Raja juga bisa berarti orang yang memiliki kedudukan tertinggi atau seorang pemimpin tertinggi, dan seseorang yang mempunyai posisi secara permanent.[42]
Dalam Perjanjian Lama istilah raja dalam bahasa Ibrani ךלֶמֶ֫ melek bersamaan dengan kata-kata Ibrani yang lainnya. Kata melek tersebut seringkali diterjemahkan sebagai gubernur/governor, ketua/chief atau pangeran/prince), yang mengindikasikan seseorang dengan otoritas civil.[43] Kata melek tidak menandakan suatu pekerjaan  atau  bentuk pemerintahan yang spesifik. Nebutkadnesar pemimpin dari kerajaan Babilonia disebut melek, juga untuk gubernur-gubernur di subprofinsi dan bahkan pemimpin-pemimpin/mayor dari kota-kota kecil yang ada di Palestina selama jangka waktu pengambilalihan juga disebut melek.[44] 
Di zaman Alkitab, melek merupakan seseorang yang bertanggungjawab dari semua fungsi-fungsi kepemerintahan modern baik legislative, executive maupun judicial, pada intinya melek menyediakan pengaturan untuk mengatur masyarakatnya. namun bagi raja-raja Israel mereka memerintah dengan tuntunan dari hukum Musa.[45]
Raja diurapi untuk melakukan tugasnya sebagai seorang Raja yaitu menjalankan hal-hal kepemerintahan baik legislative, eksekutif, maupun judikatif, bagi raja-raja Israel mereka bertugas untuk kepentingan Allah atau sebagai wakit Allah didunia dan  mereka memerintah dengan tuntunan hukum Musa.  
B.2.  Pengurapan dalam Perjanjian Baru
            Dalam pandangan orang-orang Yahudi bahwa ketika seseorang di urapi, hal itu menandakan berkat Tuhan ada diatasnya, dan juga bahwa jika benda atau orang diurapi menandakan kesakralan bagi orang atau benda tersebut.[46]            Itulah sebabnya dalam Perjanjian Lama, Nabi, Imam dan Raja harus diurapi.  kadang-kadang Nabi, Imam dan Raja disebut “yang di urapi” (the anointed one).[47]
Dalam Perjanjian Baru ada tiga kata dalam bahasa Yunani yang menerjemahkan kata “pengurapan” (Anoint) yaitu: χρίω, ἀλείφω dan χρίσμα. Ketiga kata tersebut mengekspresikan ide dasar yang sama yaitu mengosok/mengolesi atau menebarkan minyak, parfume atau obat salab/urap (ointment).[48]
B.2.1.  Χρίω chrió
Kata χρίω, merupakan bentuk kata kerja, transliterasinya chrió definisinya I anoint (aku mengurapi), consecrate by anointing (disucikan oleh mengurapi).[49] Kata ini digunakan sebanyak lima kali dalam Perjanjian Baru, selalu dalam bentuk figurative dan selalu memiliki arti penunjukan khusus atau jabatan yang diberikan oleh Allah dengan memisahkan orang tersebut atau mengkhususkan (Lukas 4:18; Kisa 4:27; 10:38; 2 Korintus 1:21; Ibrani 1:9).[50]
B.2.2.  ἀλείφω aleipho     
Kata yang kedua adalah ἀλείφω merupakan bentuk kata kerja transliterasinya aleipho, phonetic spelling-nya (al-i'-fo), definisi kata adalah aku mengurapi: dalam acara pesta (festival), sebagai tanda penghormatan, sebagai obat (medicinally), atau juga dalam mengurapi orang mati.[51] Pengurapan ἀλείφω ini menunjukan pada rubbing of the oil or ointment  “menggosok/mengolesi minyak atau obat salab pada tubuh seseorang” (Matius 6:13 Markus 6:17; 16:1; Lukas 7:38,46; Yohanes 11:2; 12:3; Yakobus 5:14).[52] 
            Penggunaan kata ἀλείφω sangat penting didalam Yakobus 5:14 yang mana dikatakan bahwa “kalau ada diantara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.” Minyak yang dipakai disini adalah olive oil/minyak zaitun ἔλαιον-elaion, digunakan untuk hal-hal medis dalam Perjanjian Baru dan kata pengurapan memiliki pengertian pengurapan yang bersifat biasa untuk orang sakit.[53] 
B.2.3.  Χρίσμα chrisma
Kata yang ke-tiga adalah χρίσμα bentuk kata noun, neuter, transliterasinya chrisma, phonetic spellingnya (khris'-mah),[54] digunakan sebanyak tiga kali dalam Perjanjian Baru (1 Yonanes 2:20,27).[55] Secara exclusive Kata ini juga digunakan dalam bentuk figurative, sesuai dengan penggunaanya dalam LXX. Pengurapan dalam kasus ini merupakan suatu metafora untuk pencurahan Roh Kudus, special power, dan jabatan atau tugas Ilahi.[56] Richards menambahkan bahwa istilah chrisma  dalam 1 Yohanes 2:27, tidak berfokus pada tindakan atau proses pengurapan tetapi kepada orang yang diurapi.[57]
B.   Yesus Sebagai Yang Diurapi
Fakta sejarah bahwa Kristus pernah hidup di dunia ini tak dapat disangkal. Segenap upaya untuk membuktikan itu tidak benar selama 200 tahun silam gagal total. Kenyataan bukan hanya bahwa seluruh Perjanjian Baru disusun berdasarkan Kristus yang hidup, tapi lahirnya dan berkembangnya gereja bahkan perjalanan sejarah dunia sejak 19 abad yang lalu tak dapat diterangkan terlepas dari realitas sejarah tentang Kristus yang hidup, mati dan bangkit kembali.[58]
Istilah Mesias/Messiah  Hebrew: מָשִׁיחַ, transliterasi Modern Mashiaẖ, Tiberian Māšîăḥ. dalam bahasa Arab  مسيح Masih  kedua istilah tersebut memberi arti “anointed”  (yang diurapi).[59]  Didalam kepercayaan Yahudi istilah “messiah” memiliki banyak konotasi.  Alkitab Ibrani menjelaskan istilah tersebut sebagai Dia yang diurapi (the anointed One), sosok Ilahi yang menggenapi rencana Allah untuk umat-Nya dan seluruh bumi. [60]
Istilah Alkitab untuk Messiah menunjuk pada orang-orang yang ditugaskan dengan tugas Ilahi sebagai nabi, imam atau raja, yang secara fisik diurapi dengan minyak, yang menjadi simbol dipilih untuk tugas atau tujuan khusus. Kata Inggris messiah diambil dari bahasa latin dan Yunani yaitu messias yang ada hubungan dengan bahasa Aramic. Kata messiah yang diterjemahkan kedalam septuagint adalah Χριστός Christos.[61]
Kata Yunani Χριστός  merupakan bentuk kata Noun, Masculine, transliterasinya adalah Christos dengan phonetic spelling (khris-tos'), yang berarti anointed One, the Messiah, the Christ (Dia yang diurapi, Mesias, Kristus).[62]
Kitab Injil-Injil mengidentifikasi Yesus dari Nasareth dengan konsep Perjanjian Lama adalah Dia yang diurapi (anointed One) dengan misi yang berbeda. Dan kenyataanya bahwa Yesus merupakan satu-satunya orang yang secara mutlak dikenal dengan yang diurapi, yang memerintah sebagai raja yang memilihkan kerajaan Daud. Kenyataan ini diekpresikan dengan title Yesus yang adalah Kristus, dan arti dari nama ini adalah “yang diurapi”secara literal sama dengan penggunaan kata messiah/messias.[63]
 Pengindetifikasian Yesus sebagai Dia yang diurapi dipaparkan secara explicit oleh Yohanes yang memberi laporan bahwa, Andreas setelah bertemu Yesus dengan cepat mendapatkan Petrus dan berkata “kami telah menemukan Mesias (artinya Kristus)” (Yohanes 1:41). Yohanes juga memberi laporan bahwa wanita yang di dekat sumur mengatakan ia pengikut Kristus: “saya tahu bahwa Mesias (yang disebut Kristus) telah datang (Yahanes 4:25). [64] 
Realisasi bahwa Kristus adalah Anak Allah (Markus 14:61; Lukas 20:41; Yohanes 20:31) didasarkan pada nubuat Perjanjian Lama dalam perspektif yang baru, dan title Yesus sebagai Kristus menjadikan dirinya sebagai penggenapan janji-janji escatological dalam Perjanjian Lama.[65] 
Jadi kesimpulannya adalah Pengurapan dalam Perjanjian Lama yang termasuk menuangkan, mengolesi atau memercik dengan minyak dengan tujuan menyucikan seseorang atau benda untuk melayani Allah. Para Imam dan Nabi diurapi, dan pada masa kekaisaran praktek minyak urapan pun dilakukan kepada para Raja. Dalam periode “dia yang diurapi (the anointed one) muncul sebagai title untuk memeritah secara monarki, khususnya pemerintahan dalam garis keturunan Daud.[66]
Didalam Perjanjian Baru Pengurapan digunakan dalam berbagai cara, dalam beberapa kasus secara literal pengurapan minyak dan salap digunakan, dan dalam bentuk yang lain Pengurapan digunakan secara figurative. Namun tidak pernah ditunjukan pengurapan yang secara ritual seperti dalam Perjanjian Lama,dan didalam kitab Injil-Injil Yesus dijelaskan sebagai Dia yang diurapi Allah.[67]   

Komentar

Postingan Populer