Kabod Kualitas Orang Pilihan Tuhan



Kabod Kualitas Orang Pilihan Tuhan
Ev. Mikhael Indriati Tjipto


“Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan diantara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya.” (2 Samuel 6 : 1)

Saat ini Tuhan sedang membawa kita mulai memasuki satu masa yaitu masa Kabod. Pada waktu kita memasuki masa Kabod. Pada waktu kita memasuki masa Kabod maka suka atau tidak suka ada suatu kualitas yang dituntut oleh Tuhan. Ada tuntutan cinta, hormat, rasa syukur, penyembahan dan pengertian yang berbeda yang dimana semuanya itu harus di up grade. Hari-hari ini Tuhan sedang membawa kita naik, tetapi cara kita mempersembahkan hidup, cara kita melayani, cara kita menyanyi, cara kita menyembah, cara kita hineni itu seringkali masih seperti yang lama. Sebenarnya Tuhan ingin mengumpulkan orang-orang pilihanNya. Maka suka tidak suka ada suatu level tertentu yang Tuhan tuntut pada orang-orang pilihanNya dan saudara adalah yang termasuk dalam orang pilihan tersebut.

Walaupun dikatakan Daud sudah mengumpulkan orang-orang pilihannya tetapi tabut itu tidak berhasil dibawanya ke Yerusalem. Anda bisa membayangkan betapa banyak satu dua hal lain yang penting yang harus diperhatikan. Karena begitu sulitnya maka dibiarkannya tabut itu berada disuatu tempat aman saja. Hati Daud terlalu rindu untuk selalu bisa dekat dengan Tuhannya dan dia tidak bisa tidak membawanya sehingga ketika Tuhan memancing kecemburuannya dengan memberkati orang Edom, Daud bukan kuatir akan berkatNya tetapi dia kuatir Tuhan hilang dalam hidupnya, itu yang menyakitkan buat dia. Karena itu dia pelajari lagi dan dia ulangi mengangkat tabut dengan meletakkan korban.

Saat saya sekolah di Belanda, saya memiliki teman yang berkebangsaan Israel. Kami sering berbagi cerita dan suatu kali mereka pernah berkata : “Kamu pikir enak ya jadi bangsa pilihan ?” Lihat saja di seluruh dunia ini, tidak ada bangsa yang dipukul sebanyak orang Israel.” Dia cerita “Kamu tahu tidak ? Sejak kami lahir, ada sebuah tuntutan dipundak kami.”

Sejak usia 3 tahun, mereka diantar ke sekolah orang tuanya hanya satu dua kali, selebihnya mereka harus sudah bisa sendiri dan orang tuanya hanya mengintip dari jauh. Orang tuanya selalu berkata : “Saya tidak tahu kalau tiba-tiba ada perang dan kamu sedang sekolah sementara kami tidak ada, mau tidak mau kamu harus pergi ke sekolah sendiri. Mau tidak mau kamu mesti belajar berlindung sendiri.” Dia berkata “kami itu bangsa yang berbeda, dari umur empat tahun kami harus sudah tahu bagaimana menyelamatkan diri dan sudah dikenalkan dengan bunyi bom, bunyi tembakan, bunyi sirine, bunyi kebakaran.”

Padahal di negara lain umur empat tahun itu tidak diperbolehkan untuk mendengar bunyi tembakan karena itu bisa membuat trauma. Buat mereka, survive adalah dengan cara melatih diri, dengan cara kamu terus mengupgrade diri untuk hidup lebih disiplin dan tidak penah dibawah. Saudara mereka harus dipaksa untuk hidup disiplin. Di Israel, wajib militer itu sudah mulai saat berumur 17 tahun, tetapi sejak SD sudah mulai ada yang namanya latihan stamina sehingga disana hampir tidak ada anak yang gemuk karena setiap pagi sudah diawali dengan namanya latihan dan lari pagi. Saat mereka lulus SMA, setiap mereka sudah terlatih dengan komputer dan secara basic sudah terlatih untuk menjadi tentara. Sehingga pada saat mereka menjadi tentara mereka wajib untuk membuka internet dan ikut kuliah terbuka.

Pernahkah saudara bersyukur kalau saudara ini bangsa pilihan ? Jelas tuntutan dan didikannya berbeda. Atau saudara justru berkata “Tuhan, please stop ! Jangan sentuh saya, jangan tuntut saya, sya letih, saya mau jadi orang biasa-biasa saja.” Tetapi teman saya ini berkata “Setiap dari kami jika ada yang marah ujungnya pasti akan mati, itu karena kami adalah orang pilihan. Hanya kami yang tahu kalau kami ini bangsa pilihan dan kami bangga hal itu dan kami tahu gen kami berbeda. Kami biasa untuk ditindas, kami biasa untuk ditekan, kami akan terus naik ke next level dan itu yang membuat kami menjadi orang-orang yang menguasai dunia.” Tanpa sadar saudara sangat ingin menjadi orang biasa, hidup biasa, main game dan hidup santai. Tetapi mari coba renungkan. Untuk memasuki Kabod, renungkan sungguh-sungguh jika saudara mengerti bahwa saudara adalah orang pilihan dan hatimu menginginkan itu maka jangan marah kalau Tuhan mendidik saudara.  Saya selalu berkata : “Tuhan sejak di kandungan ibu saya, saya sudah dipilih” Saya tahu saya lahir dengan suatu destiny dan saya tidka pernah mau tukar itu dengan apapun juga dan saya berdoa setiap kita mulai mengerti hal itu.

Walaupun hidup saya tidak bisa normal lagi menurut orang-orang menurut Tuhan, sebab jika kemuliaan Tuhan menutupi melingkupi manusia maka hidup kita akan beyond human.

Jatiwangi, 30 Juni 2016
By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat S

Sumber :
Buku Kabod – His Manifested Presence
Halaman : 28 – 31
Ev. Mikhael Iin Tjipto

Komentar

Postingan Populer