Luka Lama Yang Berbahaya (Alarm Hati)

Luka Lama Yang Berbahaya
Ev. Indriati Tjipto Wenas


Tetapi jawabnya : “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami ? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu ?” (Keluaran 2 : 14)

Sejak awal Tuhan telah memanggil Musa untuk menjadi pemimpin dan pembebas atas orang Israel. Tetapi dalam Kitab Keluaran kita dapat melihat bagaimana orang Israel mempertanyakan wewenang Musa. Sebenarnya penolakan adalah hal yang wajar, semua orang pernah mengalaminya. Penolakan adalah benih kecil yang iblis coba lemparkan kepada kita, masalahnya apakah kita membiarkan luka itu tetap ada dalam hidup kita atau kita minta Tuhan untuk menyembuhkan setiap luka kita dengan cepat. Ada orang yang berkata kepada saya : “Bu saya, tidak mau mengalami luka, saya tidak mau mengalami penolakan.” Tapi saya mau berkata itu adalah hal yang wajar karena setiap dari kita pasti pernah berbenturan dengan hal yang negatif dan tanpa disadari itu membuat luka dalam hidup kita.

Awal dari luka yang dibiarkan Musa didalam hidupnya ini menyebabkan Musa menjadi orang yang sangat minder akan dirinya sendiri, penuh kebekuan dan membuat Musa tidak pernah percaya bahwa Tuhan sanggaup memakai hidupnya dengan luar biasa. Sejak penolakan itulah Musa membuat sekat atau pembatas yang besar sekali antara dia dengan orang Israel. Diluarnya Musa menjadi pemimpin atas orang Israel tapi yang didalam Musa, ada tembok penghalang yang besar sekali bahkan membuat Musa tidak mengambil perempuan dari bangsanya untuk menjadi istrinya sehingga membuat Miryam dan Harun marah kepadanya.

“Jadi sekarang pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu, orang Israel keluar dari Mesir.” Tetapi Musa berkata kepada Allah : “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir ?” (Keluaran 3 : 11)

Ada satu kejadian dimana seorang dokter relawan di Afrika tertular sebuah virus hanya karena sebuah luka kecil yang bahkan dia sendiri tidak sadar akan keberadaan luka tersebut. Sebuah luka dalam hidup kita yang tidak kita bereskan dengan cepat mudah terkena virus. Baik itu virus kemarahan, virus kekecewaan, virus iri hati, virus kebekuan, virus tidak percaya Tuhan, virus tidak percaya kepada diri sendiri dan bahkan kita dapat melihat ujungnya, orang sebesar Musa membiarkan Virus penolakan dalam hidupnya sehingga membuatnya tidak dapat memasuki Tanah Perjanjian.

Saya pernah mengalami hal yang serupa. Suatu ketika saya mendapat bonsai pohon beringin yang menurut saya sangat bagus. Saya ini orang yang tidak tahu cara merawat bonsai jadi saya taruh bonsai itu dalam sebuah pot kecil dan saya letakkan didepan pelataran rumah saya. Saya berpikir dalam hati saya, saya taruh disitu, kena matahari dan air hujan pokoknya sudah cukup. Hanya butuh waktu enam bulan saat saya angkat pot itu tidak bisa lagi karena akar-akarnya keluar menembus pot dan masuk ke tanah. Saya coba biarkan dan butuh waktu tiga bulan pelataran rumah saya tertutup karena bonsai itu bertumbuh sangat cepat bahkan membuat teras pelataran saya pecah. Terpaksa saya berkata, “Tidak bisa dibiarkan, ini harus dipotong.” Saya tahu bonsai itu sangat indah dan sayang kalau dipotong tetapi akarnya sudah kemana-mana dan membuat teras pelataran rumah saya pecah.” Tuhan menjelaskan kepada saya dengan berkata “seperti itulah benih yang diberikan iblis.”

Yang kedua Tuhan singkapkan kepada saya mengenai suatu peristiwa. Didalam sejarah dunia arsitek pernah terjadi, ada sebuah bangunan yang berdiri begitu megah dan kokoh. Ditengah bangunan itu terdapat sebuah pilar untuk menyangga bangunan itu. Tidak disangka dalam waktu setahun, pilar yang menjadi penyangga bangunan itu retak dan setelah diselidiki menurut perhitungan tidak ada yang salah. Akhirnya mereka membongkar pilar itu dan mereka menemukan sebuah benih yang ikut tumbuh didalam pilar itu sehingga akarnya menjalar ke dalam tanah dan itu menyebabkan pilar itu tidak kuat menyangga karena adanya benih yang tumbuh didalamnya. Seringkali kita membiarkan kehidupan kita dimasuki benih-benih yang dilemparkan iblis, tidak cepat kita bereskan sehingga benih itu berakar dan menghasilkan kerugian yang begitu besar dalam kehidupan kita. Dan itu bukan masalah ditumpangi tangan oleh pendeta atau bukan pendeta, tetapi ini masalahnya setiap pribadi dihadapan Tuhan. Setiap dari kita ujungnya berurusan dengan Tuhan sendiri untuk membereskan hidup kita.

Lalu kata Musa kepada Tuhan : “Ah Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.”
Tetapi Tuhan berfirman kepadanya : “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta ; bukankah Aku, yakni Tuhan ?
Oleh sebab itu, pergilah Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kau katakan.”
Tetapi Musa berkata : “Ah Tuhan utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus.”
Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Musa dan Ia berfirman : “Bukankah disitu Harun orang Lewi itu, kakakmu ? Aku tahu bahwa ia pandai bicara ; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.” (Keluaran 4 : 10 – 14)

Seringkali kita ini bersikap kurang ajar kepada Tuhan, mencoba untuk menjelaskan banyak hal kepada Tuhan menurut pikiran kita dan menganggap Tuhan tidak pernah mengerti apa yang ada didalam hidup kita. Saat Musa diutus Tuhan, Musa merasa tidak layak dan tidak sanggup untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Musa tidak mengenal Tuhan dan ingin menjelaskan kepada Tuhan. Tuhan aku ini tidak pandai bicara. Sebenarnya Tuhan tahu tidak ? Tuhan tahu dan kalau kita berkata demikian maka secara tidak langsung kita menganggap Tuhan itu bodoh, tidak mengerti siapa kita dan kita tidak percaya pada Tuhan.

Misalnya Tuhan berkata kepada saya, “In, pergi ke bangsa-bangsa”, lalu saya jawab, “Tuhan aku tidak bisa bahasa Inggris.” Lalu Tuhan berkata : “Dari dulu siapa yang bilang kamu bisa bahasa Inggris ? Aku tahu kamu tidak bisa bahasa inggris.” Atau misalnya Tuhan berkata “Kotbah keluarga ya”, lalu kita menjawab “Tuhan keluargaku seperti ini apa yang bisa saya kotbahkan.” Tuhan tahu siapa kita dan keluarga kita. Sebenarnya secara halus Musa ingin berkata, “Aku tidak mau Tuhan. Engkau tidak mengerti siapa aku ? Bukankah ini kurang ajar kepada Tuhan dan tanpa kita sadari kita sering kali melakukan hal yang sama. Ada banyak orang yang ketika disuruh Tuhan untuk bersaksi maka mereka berdalih dengan berkata : “Tuhan, jangan utus aku. Utus saja mereka yang sudah membaca Alkitab.”

Ada orang yang disuruh Tuhan untuk berperang maka dia akan berkata : “Aduh Tuhan, utus saja mereka yang bisa berperang jangan utus aku Tuhan.” Dan ini membuat Tuhan murka dan berkata, “Bilang saja tidak mau, tidak perlu berdalih.” Tanpa kita sadari kita sedang memberontak kepada Tuhan. Sering kali kita tidak mengenal hati kita yang tidak percaya, yang berontak, yang malas dan kita tutupi dengan alasan yang indah.

Kita akan paham bahwa begitu Tuhan murka maka harga yang harus kita bayar sangat mahal. Tuhan itu panjang sabar tapi sekali kita bermain dengan perintah Tuhan itu akan membuat Tuhan jengkel, dua kali kita bermain dengan perintah Tuhan maka kita sedang membuat Tuhan marah dan ini merupakan alarm yang keras sekali untuk kita dan begitu kita masih terus bermain dengan perintah Tuhan maka Tuhan akan murka maka ada harga yang harus dibayar.

Saat itu Musa kelihatannya tidak membayar harga yang mahal. Namun tidak tahukah kita, begitu Musa menolak untuk dipakai Tuhan hanya karena dia merasa tidak pantas, akhirnya Tuhan mengutus Harun, abang Musa untuk membantu Musa dan Harun membuat Lembu emas untuk disembah umat Israel hingga turun temurun sampai ke raja-raja bahkan Harun menyebabkan ribuan umat Israel masuk neraka. Saya berharap kita dapat membedakan antara rendah hati dan rendah diri, sangat berbeda. Jangan pernah membuat Tuhan murka karena sesungguhnya hati kita bisa sangat menipu.

Dua hari sebelum Tim Mahanaim berangkat ke India dan Bangladesh, salah satu dari mereka ingin mengundurkan diri untuk tidak pergi. Dia bercerita bahwa dua hari sebelumnya suaminya datang kepadanya dan mengaku bahwa ia baru saja jatuh dengan wanita lain. Saat itu iblis mencoba menghasut dengan mengatakan, “kalau Tuhan setia kenapa Tuhan tidak bisa jaga keluargamu ?” Kalau Tuhan setia kenapa Tuhan biarkan semua terjadi ? Namun ibu ini tetap memutuskan untuk pergi setelah mendapat peneguhan dari teman-teman lainnya. Dan terbukti, setelah ibu ini memutuskan untuk pergi, dia melihat bagaimana hampir seribu orang diselamatkan dan yang lebih ajaibnya lagi, ibu ini melihat bagaimana Tuhan melawat kehidupan suaminya juga menjadi sebuah pribadi yang berbeda ditangan Tuhan.

Dibutuhkan hanya hati yang mau percaya bahwa Tuhan sanggup mengubah hidup kita, mengubah hidup keluarga kita bahkan Tuhan bisa mengubah memakai kita begitu ajaib, tapi didetik kita mulai kehilangan percaya maka kuasa pemulihan, kuasa pertobatan bahkan kuasa kesembuhan yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup kita akan berhenti.

“Lalu berfirmanlah Tuhan dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam : “Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.” Maka keluarlah mereka bertiga. Lalu turunlah Tuhan dalam tiang awan, dan berdiri di Pintu Kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. Lalu berfirmanlah Ia : “Dengarlah FirmanKu ini. Jika diantara kamu ada seorang nabi, maka Aku, Tuhan menyatakan diriKu kepadanya dalam penglihatan Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hambaKu Musa, seorang yang setia dalam segenap rumahKu. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka teki dan dia memandang rupa Tuhan. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hambaKu Musa ?” Sebab itu bangkitlah murka Tuhan terhadap mereka, lalu pergilah ia dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju ; ketika Harun berpaling kepada Miryam maka dilihatnya bahwa dia kena kusta ! Lalu kata Harun kepada Musa : “Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepadaa kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya. Lalu berserulah Musa kepada Tuhan : Ya Allah sembuhkanlah kiranya dia.” (Bilangan 12 : 4 – 13)   

Kita tahu bagaimanapun  Musa merupakan adik dari Harun dan Miryam karena dia anak bungs sehingga hal ini membuat Miryam merasa wajar saat dia menegur Musa karena mengambil perempuan dari bangsa lain untuk menjadi istrinya. Dari peristiwa ini kita harus belajar bahwa jangan sampai karen kedekatan kita dengan Hamba Tuhan atau yang lain terutama dalam sebuah gereja menyebabkan kita tidak menghargai karena sudah merasa familiar.

Musa punya luka dengan bangsa Israel jadi Tuhan mengerti mengapa Musa tidak mengambil istri dari bangsa Israel sehingga waktu Harun dan Miryam menghakimi Musa, mereka tetap salah. Ada banyak hal yang kita tidak tahu mengapa seorang hamba Tuhaan itu pemarah atau keluarganya tidak sempurna. Jangan menghakimi hamba Tuhan itu tapi mari kita doakan mereka.

Seseorang pernah bercerita kepada saya, “Bu, saya tidak bisa mendengar Firman Tuhan dari hamba Tuhanitu”, lalu saya bertanya : “emangnya kenapa ?”. Dia pun menjawab, “Karena saya tahu persis perbuatannya dirumah. Bagaimana mungkin dia berkotbah tentang kasih.” Saya berkata bahwa FirmanNya harus tetap didengarkan karena itu adalah Firman Tuhan tetapi tingkah laku hamba Tuhan itu harus didoakan bukan dihakimi.

Kita harus pahami satu hal dan minta Tuhan untuk didik hati kita ini. Dibumi ada tiga hal yang memberi kesaksian kepada kita yaitu Firman, Roh Tuhan dan buah roh. Kita harus minta karunia membedakan roh kepada Tuhan. Jangan biarkan kedekatan kita dalam sebuah hubungan dengan hamba Tuhan atau yang lainnya membuat mata kita buta dan tidak bisa membedakan mana yang merupakan suara Tuhan dan suara manusia.

Beberapa waktu yang lalu, rombongan anak-anak Mahanaim pergi ke Hongkong dan entah bagaimana salah satu dari mereka lupa bahwa paspornya ketinggalan dan dia baru menyadarinya saat mereka telah tiba di bandara tengah malam. Setelah mendengar itu, saya mengatakan bahwa lebih baik mereka minta untuk dua tiket digeser ke jam sesudahnya, entah dengan membayar biaya atau cara lainnya tapi yang terpenting penerbangan diundur. Saat itu saya “ditengking” oleh 3-4 orang yang masih berusia belasan tahun, mereka mengatakan, “Bu, batalkan semua perkataan ibu. Kita harus sepakat bahwa paspornya akan tiba disini tepat pada waktunya dan perkatakan bahwa mereka mengeluarkan boarding pass.” Didalam roh saya tahu ini bukan sekedar perkataan emosi atau bercanda belaka, tetapi ada satu pengurapan yang keluar dan saya teringat Alkitab menjelaskan bahwa 2-3 orang sepakat maka akan terjadi. Akhirnya saya berkata, “Amin !, Saya batalkan semua perkataan saya. Saya Sepakat.” Dan yang ajaib saudara, paspornya bisa tiba di Bandara pukul setengah dua belas malam dari jadwal penerbangan yang seharusnya pukul 23.45 sudah take off.

Saudara mari kita belajar, menyeimbangkan banyak hal dalam hidup kita. Jangan biarkan roh familiar membuat kita tidak bisa menangkap yang dari Tuhan. Latih diri kita untuk menyambar yang dari Tuhan, jangan biarkan setiap perkataan Firman Tuhan yang disampaikan itu lewat begitu saja tanpa kita menyambarnya dengan kuat.

Dalam hidup ini saya belajar bahwa tidak semua hal bisa kita rohanikan. Misalnya saya ingin membawa anak-anak saya untuk masuk ke dalam pelayanan maka saya tidak bisa berkata kepada suami saya, “saya mau anak-anak saya ada dalam pelayanan karena pelayanan jauh lebih berguna, lebih penting dan merupakan jaminan untuk hidup yang kekal,” maka setelah suami saya mendengarnya maka dia akan langsung berkata, “Tidak, mereka harus sekolah dulu baru mereka pelayanan.” Seharusnya jika saya ingin membawa anak-anak dalam pelayanan saya akan berkata “biar bagaimanapun anak-anak kita perlu belajar berbisnis dan tempat yang paling baik untuk mereka belajar bisnis adalah di Mahanaim. Nanti saya akan buatkan mereka bisnis kecil-kecilan dimana mereka bisa belajar menjadi pemimpin.” Maka suami saya akan berkata : “Oke saya setuju.” Ada bahasa-bahasa yang harus kita mengerti dan tidak bisa semua hal kita rohanikan. Saya bersyukur kedua anak saya sekarang aktif di pelayanan, dulu saya harus tarik mereka dengan bahasa yang dapat mereka mengerti. Dulu kalau pelayanan saya akan berkata kepada merekea, “mamah mau buat acara dan kalian tahu tidak ditempat itu banyak cewek-cewek cantiknya. Kalian tidak mau ikut dan mejeng disana”, dan mereka mau ikut. Mungkin diawal tujuannya tidak murni tetapi begitu mereka kenal Tuhan dan mereka kejar Tuhan begitu rupa maka semua yang tidak murni itu akan rontok. Maksud dari semua ini kadang ada pertumbuhan, walau diawal tidak baik. Jangan langsung memotongnya atau menghakiminya.

Jika kita tidak belajar untuk menyeimbangkan segala sesuatu maka akan ada pemisah yang besar antara kita dengan keluarga. Anak-anak kita juga butuh dimengerti. Anak laki-laki butuh dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Butuh kesempatan untuk mereka memberi keputusan sebaliknya dengan anak perempuan butuh teman curhat dalam hidup mereka. Saudara, jika kita tidak membawa anak-anak kita dihadapan Tuhan sebelum mereka usia 17 tahun akan sulit karena mereka sudah terlanjur jadi seperti cetakan dunia.

Tetap dibutuhkan jembatan antara kita dengan keluarga kita, pemimpin dengan anak buah. Kadang antara sekuler dan rohani, pelayanan dan pekerjaan. Tetap seimbang. Tetap waspadai hati kita. Jangan biarkan virus-virus merusak hati kita, merusak hubungan dan merusak suara Tuhan.

Hati yang mencintai Tuhan, Hati yang Jujur, Hati Yang Fokus kepada Destiny dan Hati yang Menyembah sangat dicari oleh Tuhan. Semua bermula dari hati. Biar Roh Kudus selalu mengerjakan hati kita seperti tangan yang ajaib yang menyembuhkan, membuka semua selubung, mengorek bahkan hanya Roh Kudus yang bisa membawa kita kepada pertobatan sesungguhnya dan membawa kepada perubahan. Mari teriak pada Roh Kudus untuk membentuk terus hati ini jadi hati yang berkenan dihadapan Tuhan. Amin

Sumber :
Buku Alarm Hati – Ev. Mikhael Iin Tjipto Wenas
Blessed To Bless Bekasi

Komentar

Postingan Populer