Jedidiah

MENCINTAI DIDIKAN TUHAN

 

 

 

"Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN." (2 Sam 12:24-25)

Siapa yang tidak senang bila dirinya dikasihi oleh seseorang? Tentu kita semua senang dan berharap orang lain mengasihi kita, bukan? Apalagi dikasihi oleh Tuhan. Wah, itu sesuatu yang sangat dirindukan oleh semua orang. Kita tentu membayangkan orang yang dikasihi Tuhan itu pasti hidupnya enak, seperti jalan tol, tidak mengalami masalah, penuh dengan mujizat, selalu ditolong Tuhan, dll. Pokoknya impian yang indah-indah pasti tercapai. 

Tapi tunggu, benarkah demikian? Dalam petikan kisah di atas, kita mendapati sesuatu yang agak janggal. Setelah Daud bertobat dari dosanya, maka kemudian Batsyeba yang telah diambilnya menjadi istrinya mengadung dan melahirkan seorang anak. Daud menamai anaknya itu: Salomo. Tetapi dalam 2 Samuel 12:25, Tuhan mengubah nama Salomo menjadi Yedija. 

Setiap kali Tuhan mengubah nama seseorang, Tuhan pasti mempunyai maksud yang baik, bahkan luar biasa. Setiap kali nama seseorang diubah, destiny baru diberikan, sebuah masa depan yang baru dan rencana Tuhan yang indah disiapkan. Lihat saja kehidupan beberapa tokoh Alkitab ini:

- Abram diubah menjadi Abraham, menjadi bapa banyak bangsa
- Sarai diubah menjadi Sara, ibu bagi bangsa-bangsa
- Yakub (penipu) diubah menjadi Israel, pangeran Allah
- Hosea (keselamatan) diubah menjadi Yosua, Tuhan adalah keselamatanku
- Simon (buluh) diubah menjadi Petrus, batu karang.


Nah, sekarang kita perhatikan kisah di atas. Nama Salomo berasal dari kata ‘shalom’ yang artinya ‘damai sejahtera’. Tuhan mengubah nama Salomo menjadi Yedija. Arti nama Yedija adalah ‘yang dikasihi oleh Tuhan’. Tetapi sepanjang Alkitab, tidak pernah kita menemukan Daud memanggil nama anaknya dengan Yedija, melainkan tetap Salomo. Mengapa?

Daud adalah seorang yang dikasihi Tuhan. Daud tahu dengan pasti bahwa ia dikasihi Tuhan. Seorang yang sangat berkenan di hati Tuhan (1 Sam 13:14; Kis 13:22). Dan ternyata, orang yang dikasihi Tuhan hidupnya tidak selalu enak, bahkan Daud merasakan sulit dan pahit hampir di sepanjang hidupnya. Bayangkan! Sejak kecil tidak diperhatikan dan diabaikan (1 Sam 16:11; Mzm 27:10). Mertuanya, Saul, mengejar-ngejar dia dan hendak membunuhnya. Setelah menjadi raja, Absalom membuat persekongkolan dan memberontak kepadanya. Inilah hidupnya… ‘orang yang dikasihi Tuhan’. Penuh dengan air mata dan kesukaran. Dan… Daud tidak mau anaknya mengalami hal yang sama. 

Cukuplah dia sendiri yang merasakan kesulitan hidup, Salomo jangan. Daud ingin anaknya mengalami damai dan sejahtera sepanjang hidupnya, mengalami ‘shalom’. Itulah sebabnya dia tetap memanggil anaknya Salomo, bukan Yedija. Sebab Daud takut kalau Yedija, nanti ‘nasibnya’ sama dengan dirinya – melalui liku-liku kehidupan yang sulit. 


Tetapi, kalau kita mau mengikuti kehendak Tuhan, mencintai didikan Tuhan, hidup kita pasti dijamin tetap dalam perkenanan Tuhan. Kalau kita tidak mengikuti apa yang Tuhan mau, maka hal-hal yang tidak berasal dari Tuhanlah yang terjadi. Salomo menjelang akhir hidupnya ternyata keluar dari rencana Tuhan. Ia mencintai perempuan-perempuan asing dan mereka mencondongkan hatinya kepada berhala-berhala mereka (1 Raj 11:1-3). 


Mengikuti kehendak Tuhan memang tidak selalu enak, tetapi pasti menghasilkan berkat. Ibrani 12:5-11 menyatakan bahwa orang yang dikasihi Tuhan memang dididik dan dihajarNya. Hal-hal yang tidak enak mungkin adalah didikan Tuhan karena Dia mengasihi kita. dan didikan Tuhan memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu:

1. Supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya (Ibr 12:10). Tuhan adalah kudus dan Dia mau semua anakNya hidup dalam kekudusan (1 Pet 1:15-16). Dengan demikian kita diperkenankan untuk mengalami keserupaan dengan Kristus.

2. Menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai (Ibr 12:11). Setiap didikan Tuhan akan menghasilkan kebenaran yang memerdekakan kita dan memberikan damai (Ibr: shalom).
Nah, sekarang kita mengerti mengapa Tuhan mengubah nama Salomo menjadi Yedija. Memang Daud menginginkan anaknya tidak mengalami masa-masa sulit seperti dirinya, tetapi Tuhan menginginkan anak ini belajar dari kehidupan, agar ia dapat sampai di garis akhir yang Tuhan tetapkan. Memang apa yang diinginkan Daud terjadi dalam diri anaknya. Seumur hidup Salomo, kerajaan Israel dalam perdamaian. Salomo menikmati kekayaan dan kemasyhuran di seantero jagad. Tetapi ia tidak bertahan sampai akhir, bahkan menyimpang dari jalan Tuhan. 

Sayang sekali, Daud tetap memanggil anaknya Salomo, bukan Yedija. Padahal kitab Ibrani berkata bahwa bila kita mau mencintai didikan Tuhan, itu berarti kita dikasihi Tuhan dan kita akan menerima damai sejahtera. Bila kita memilih ‘Yedija’ maka ‘Salomo’ kita peroleh. Tetapi jika kita menolak ‘Yedija’ maka ‘Salomo’ kita pun akan sirna.


Karena itu, ikuti dan cintai didikan Tuhan hari lepas hari, peristiwa demi peristiwa. Jangan mencoba untuk menolak didikan Tuhan, sekalipun mungkin terasa berat. Lalui jalan-jalan Tuhan dan bukan jalan-jalan kita sendiri, maka hidup kita akan berada dalam perkenanan Tuhan. Selamat mencintai didikan Tuhan. 

Disadur : Joshua Ivan

Komentar

Postingan Populer