Kisah Tiga Raja

KISAH TIGA RAJA
Pelajaran Tentang Kehancuran Hati
Oleh GENE EDWARDS



PENDAHULUAN
Bagi orang Kristen yang hancur hatinya, yang keluar dari kelompok otoriter dan mencari penghiburan, kesembuhan, dan harapan.

Bagi orang Kristen yang pernah dan di saat ini terlibat dalam pengalaman yang melukai hati karena perpecahan dalam persekutuan mu.
Kiranya cerita ini memberi terang, kecerahan, dan penghiburan.
Semoga kamu dipulihkan dan dapat maju beserta-NYA yang adalah Damai.

Dan semoga kamu disembuhkan sepenuhnya sehingga dapat menjawab panggilanNYA, yang meminta segalanya, karena IA ADALAH SEGALANYA.

PRAKATA
Mengapa buku ini ditulis dan apa tujuannya?
Jawabannya dapat ditelusuri pada tukang posku.
Untuk alasan yang tidak kumengerti, aku menerima banyak surat dari orang Kristen diseluruh dunia. Beberapa tahun yang lalu, bertambahlah jumlah surat-surat yang kuterima dari orang Kristen, yang menderita dibawah tekanan otoriter dari beberapa group penginjil terkenal. Reaksi terhadap sikap totaliter yang terjadi. Ada perpindahan besar. Cerita yang dikatakan oleh orang-orang yang pindah ini begitu menyeramkan dan kadang-kadang sukar untuk dipercaya. Aku tidak pasti apakah doktrin itu sendiri yang menyebabkan perpecahan ini atau praktek yang salah dari doktrin ini. Apapun penyebabnya, sebagai penginjil selama 30 tahun, aku tidak pernah melihat hal yang lebih menghancurkan demikian banyak pemercaya.
Kehancuran terjadi dimana-mana dan pemulihannya nihil.

Buku ini menggambarkan keprihatinan ku bagi orang-orang yang bingung, yang hatinya terluka, dan orang Kristen yang pahit hati, yang hidup rohaninya berantakan dan sekarang seperti orang yang mencoba untuk mencari sedikit harapan saja.

Buku ini menekankan tentang penundukkan diri dan otoritas dilingkungan penginjil, yang jarang sekali ditulis, agar dihadapi dengan tenang dan penguasaan diri. Sangat jarang buku yang menyajikan hiburan dan nasehat bagi orang Kristen yang hancur hati. Aku percaya, buku ini akan memberikan jawaban yang diperlukan. Buku lain yang aku anjurkan untuk di baca ialah Animal Farm karangan Orwell yang klasik. Aku mendorong, bahkan memohon agar semua pembaca Kisah Tiga Raja ini membaca buku ini juga.

Tetapi ada hal lain yang bukan menjadi tujuan buku ini, yaitu tidak untuk menambah ajaran yang dimaksudkan untuk menghadapi penantangmu - entah apapun pandanganmu. Aku mohon agar kamu melepaskan cara-cara brutal tersebut. Buku ini ditujukan bagi kesembuhan dan meditasi atau saat teduh pribadi.

Akhir kata, Kisah Tiga Raja disertai dengan "Surat-surat bagi orang Kristen yang hancur hati," yang khusus ditulis untuk memberikan nasehat praktis bagi orang Kristen yang dibuat hancur hatinya oleh orang Kristen lain.
Aku percaya kedua buku ini akan memberikan harapan.

Pembaca tercinta, senang sekali untuk bertemu lagi.
Terima kasih untuk bertemu denganmu disini dan aku mengusulkan agar kita cepat-cepat pergi ke panggung, karena aku melihat lampu sudah diredupkan.
Ada dua tempat di dekat panggung yang telah disediakan bagi kita berdua.
Mari kita duduk disana.

Setahuku ceritanya adalah sebuah drama.
Aku percaya kamu tidak akan menganggapnya sebagai cerita sedih.

Ceritanya terdiri dari dua bagian.
Dalam bagian pertama, kita akan bertemu dengan seorang raja yang lebih tua, Raja Saul namanya, dengan seorang gembala domba yang bernama Daud.
Dalam bagian kedua, kembali kita akan bertemu dengan seorang Raja yang lebih tua dengan seorang anak muda. Tetapi kali ini raja yang lebih tua ialah Daud dan anak mudanya ialah Absalom.

Ceritanya adalah suatu gambaran dari penundukkan diri dan otoritas didalam Kerajaan TUHAN.

Wah, lampu sudah dimatikan dan para pemain telah siap di tempatnya masing-masing.
Para penonton sudah tenang.
Layar telah dinaikkan.
Ceritanya dimulai.

PEMBUKAAN
TUHAN Yang Mahakuasa, Yang Hidup, menoleh pada Gabriel dan berkata, "Pergilah, bawalah dua porsi dari diri-KU. Ada dua takdir yang menanti. Kepada masing-masing, berikanlah satu bagian-KU."

Dengan membawa dua Terang Kehidupan, Gabriel membuka pintu diantara dua alam lalu menghilang. Ia masuk kedalam diri orang yang belum dilahirkan (Ruang Takdir).

"Disini aku memegang dua porsi alamiah TUHAN. Yang pertama ialah baju-NYA yang alami. Apabila dikenakan, baju itu akan membungkusmu dengan nafas TUHAN. Seperti air disekeliling orang yang berada didalam laut, demikianlah nafas-NYA akan menyelimutimu. Dengan demikian, kamu akan memiliki kuasa-NYA - kuasa untuk menaklukkan musuh, mempermalukan musuh TUHAN, dan menyelesaikan pekerjaan-NYA dibumi. Kuasa TUHAN ini adalah karunia. Ini dinamakan tenggelam dalam Roh-NYA."
Sebuah takdir maju. "Porsi TUHAN ini untukku."
"Benar," jawab seorang malaikat. "Dan ingatlah, orang yang menerima porsi besar dari kuasa seperti ini akan dikenal oleh banyak orang. Segera sesudah perjalananmu dibumi terjadi, karaktermu yang sesungguhnya akan diketahui orang : bahkan akan disingkapkan oleh kuasa ini."
Demikian takdir dari semua orang yang memakai dan diselubungi oleh porsi ini, karena ini hanya menyentuh manusia luarnya saja dan tidak berpengaruh pada kepribadian seseorang. Kuasa luar selalu  akan membuka tabir tentang sumber yang didalam. Takdir yang pertama menerimanya dan mundur.

Gabriel berbicara lagi.
"Disini aku memegang elemen kedua dari TUHAN Yang Hidup. Ini bukanlah karunia melainkan warisan. Karunia dikenakan dibagian luar seseorang; sedangkan warisan ditanamkan dalam-dalam — seperti suatu benih. Yang meskipun kecil, tetapi akan tumbuh dan pada waktunya akan melingkupi kepribadian seseorang." Sebuah takdir lain maju. "Aku percaya elemen ini adalah bagiku untuk kehidupan dibumi."

"Benar," jawab malaikat. "Aku harus mengatakan kepadamu bahwa apa yang di berikan ke padamu adalah hal yang mulia – satu-satunya elemen dialam semesta ini, yang diketahui oleh TUHAN dan malaikat, yang dapat mengubah hati seseorang. Tetapi, meskipun ini adalah elemen TUHAN, ia tidak dapat memenuhi tugasnya atau dapat tumbuh dan memenuhi seluruh kepribadianmu, kalau tidak dicampur dengan benar. Ia harus dicampur dengan banyak rasa sakit, penderitaan, dan kehancuran."
Takdir yang kedua menerimanya dan mundur.

Disamping Gabriel duduk seorang malaikat pencatat. Ia mencatat dalam bukunya tentang kedua takdir tersebut. "Dan akan menjadi apakah kedua takdir ini sesudah mereka keluar dari pintu menuju alam nyata?" tanya Pencatat.
Gabriel menjawab dengan lembut, "Masing-masing, pada saatnya akan menjadi raja."

BAGIAN I
BAB I

Dalam satu keluarga, anak laki-laki terkecil mempunyai dua ciri-ciri : ia dianggap sebagai anak manja dan tidak mengetahui apa-apa. Biasanya orang tidak mengharapkan apa-apa darinya. Karenanya, jarang sekali ia memperlihatkan sifat seorang pemimpin dibandingkan dengan anak-anak lainnya dalam keluarga. Ia tidak pernah memimpin melainkan menurut saja karena tidak ada anak yang lebih muda darinya, kepada siapa ia dapat mempraktekkan kepemimpinan.

Demikian pula terjadi 3.000 tahun yang lalu disebuah desa bernama Bethlehem, dalam suatu keluarga yang terdiri dari 8 anak laki-laki. Ketujuh anak laki-laki Isai bekerja dekat ladang ayahnya. Anak termuda dikirim ke gunung untuk mengurus domba peliharaan keluarga yang sedikit jumlahnya.

Sewaktu mengurusi domba, anak laki-laki ini selalu membawa dua barang, yaitu sebuah pengumban dan alat musik kecil yang mirip gitar. Seorang gembala mempunyai banyak waktu luang selagi domba-domba makan dipadang rumput. Dengan berjalannya waktu - hari menjadi minggu, anak muda ini amat kesepian. Keinginannya untuk berkumpul dengan teman-temannya timbul. Ia sering menangis. Ia juga sering memainkan alat musiknya. Suaranya bagus, karenanya ia sering menyanyi. Setelah semua aktifitas ini membosankannya, ia mengumpulkan batu-batu, lalu satu demi satu diumbannya ke pohon dengan bersemangat seperti orang yang sedang marah.

Setelah tumpukan batu habis, maka ia berjalan menghampiri pohon yang terluka, mengumpulkan kembali batu-batunya dan mengarahkannya kepada sasaran yang lebih jauh. Demikianlah ia melewatkan waktunya dalam pertempurannya sendirian.

Penyanyi-pengumban-gembala ini, mengasihi TUHAN. Di malam hari, sewaktu domba-domba itu tidur dan ia duduk sambil memperhatikan api yang hampir padam, ia akan memetik gitar dan membuat konsernya seorang diri...

Ia menyanyikan hymne nenek moyangnya. Selagi menyanyi, ia menangis dan selagi menangis ia memuji TUHAN dengan sungguh-sungguh, sehingga gunung-gunung yang jauh mendengarkan pujian, yang melalui air mata disampaikan lebih jauh ke gunung yang lebih tinggi sehingga sampai ketelinga TUHAN.

Apabila ia sedang tidak memuji atau menangis, ia mengurusi domba-dombanya satu per satu. Kalau tidak sibuk dengan ternak peliharaannnya, ia berlatih mengayunkan pengumbannya terus menerus sampai dapat mengarahkan batunya secara tepat.

Pada suatu hari, ketika sedang menyanyi bagi TUHAN , bagi malaikat dan domba-domba dan awan yang berarak, ia melihat musuh: seekor beruang besar ! Ia maju.

Keduanya berlomba menghampiri seekor anak domba yang sedang makan dipadang rumput hijau. Si anak muda dan beruang berhenti ditengah jalan, saling berhadapan.

Selagi memasukkan tangannya kedalam kantungnya untuk mengambil batu, anak muda itu sadar, " Aku tidak takut."

Seperti kilat, beruang coklat itu menyerangnya dengan marah.
Dengan kekuatan orang muda,dia mengarahkan pengumbannya, yang segera saja mengenai sasarannya.

Kemudian, laki-laki ini, yang tidak nampak sebagai seorang pemuda, mengangkat anak domba tersebut dan berkata,
"Akulah gembalamu dan TUHAN adalah Gembalaku."

Dan pada malam itu, pengalamannya dibuatnya menjadi Mazmur, lalu dinyanyikannya berulang-ulang untuk mengajarkannya kepada para malaikat yang bertelinga.

Dikemudian hari, mereka mewariskan lagu ini bagi orang yang hancur hati.

BAB 2
Ada seorang yang berlari menghampirinya. Setelah dekat, dikenalinya kakaknya. Ia berteriak, "Larilah, lari sekuat tenagamu. Aku yang akan menjagai ternak".
"Mengapa?"
"Seorang tua - seorang guru ingin bertemu dengan kedelapan anak Isai dan ia sudah bertemu dengan kami semua, tetapi belum denganmu."
"Tetapi mengapa?"
"Larilah!"
Daud berlari. Ia hanya berhenti sebentar untuk menarik nafas. Kemudian, dengan keringat yang mengalir di pipinya yang terbakar terik matahari, mukanya yang kemerah-merahan dengan rambut ikal, ia memasuki rumah ayahnya dan matanya memperhatikan setiap orang dengan cermat.

Anak Isai yang termuda berdiri disana, tinggi dan kuat, khususnya demikianlah dalam pandangan orang tua yang ingin tau tersebut. Meskipun setiap hari memandangnya, saudara saudaranya sering tidak menyadari kalau kerabatnya ini sudah bertumbuh dewasa. Secara khusus orang tua ini tahu apa yang diketahui TUHAN. TUHAN telah melakukan survei diseluruh kerajaan dari rumah ke rumah untuk mencari sesuatu yang istimewa. Dan hasil survei ini, TUHAN yang Mahakuasa telah menemukan bahwa anak muda penyanyi ini mencintai TUHAN dengan hati yang lebih tulus dari orang lainnya diseluruh tanah Israel yang kudus.

"Berlutut!" kata orang tua berjanggut ini, berambut putih dan panjang.
Secara agung, bagi seseorang yang tidak terbiasa melakukannya - ia berlutut dan merasakan minyak dituang keatas kepalanya. Disuatu tempat di otaknya dengan label: "Informasi masa kanak-kanak" teringat suatu pikiran: "Inilah yang di lakukan orang untuk penobatan seorang raja! Samuel sedang membuatku menjadi apa...?" Kata Ibraninya tidaklah salah. Kanak-kanakpun mengetahuinya.
"Lihatlah orang yang diurapi TUHAN!"

Hari yang amat berkesan bagi anak muda itu, bukankah demikian?
Apakah kamu merasa heran bahwa pengalaman yang berkesan ini tidak memimpin anak muda itu ke tahta, melainkan ke suatu masa perjuangan yang berat dan penderitaan? Pada hari itu Daud didaftarkan bukan ke dalam daftar keluarga raja, melainkan sekolah yang menghasilkan orang yang hancur hati.

Samuel pulang. Anak-anak Isai, kecuali satu, semuanya pergi berperang. Yang termuda belum cukup umur untuk berperang, lalu ia mendapat promosi dari ayahnya, dari gembala menjadi pembawa berita. Tugas barunya ialah membawakan makanan bagi kakak-kakaknya digaris depan. Ini dilakukannya secara teratur. Diperjalannya ke garis depan peperangan, ia membunuh lagi seekor beruang dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukannya pertama kali. Beruang ini adalah manusia yang tingginya 2,7meter. Sebagai hasil kemenangannya yang luar biasa, Daud muda menjadi seorang pahlawan. Sehingga kemudian ia berada di istana raja yang gila. Dan dari keadaan yang gila seperti rajanya, anak muda ini belajar banyak hal-hal yang penting.

BAB 3
Daud menyanyi bagi raja gila. Sering.
Kelihatannya musik ini sangat membantu orang tua ini.
Dan bila Daud menyanyi, diseluruh bagian istana setiap orang berhenti bekerja, memasang telinganya kearah kamar raja untuk mendengarkan dan bertanya-tanya.

Bagaimana mungkin seorang anak muda seperti dia dapat memiliki musik dengan kata-kata yang demikian indah?

Rupanya yang menjadi favorit setiap orang adalah lagu tentang anak domba yang telah diajarkan kepadanya. Mereka semua menyenangi, demikian juga halnya dengan para malaikat.

Namun raja ini gila dan karenanya iri hati.
Atau apakah yang terjadi sebaliknya?
Bagaimanapun juga, raja ini merasa dirinya terancam oleh Daud seperti yang biasanya terjadi apabila ada orang muda di bawah mereka yang populer dan berbakat. Raja ini, seperti juga Daud, mengetahui bahwa anak muda ini bisa menjadi penggantinya nanti.

Tetapi apakah Daud mau naik tahta dengan cara kotor dan curang?
Saul tidak tau hal ini. Pertanyaan inilah yang mendorong raja ini menjadi gila.

Daud berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Tetapi meskipun demikian, ia mempunyai pengertian yang besar akan drama yang terjadi pada dirinya.
Ia mengerti sesuatu yang bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang bijaksana di jaman itu. Demikian juga dijaman sekarang dimana orang sudah menjadi lebih bijaksana, hanya sedikit saja orang yang dapat mengerti.

Dan apakah itu?

TUHAN tidak memilikinya, tetapi IA menginginkan orang yang hidup dalam kesusahan.

TUHAN ingin bejana yang hancur.

BAB 4

Raja yang gila memandang Daud sebagai ancaman bagi kerajaannya.

Rupanya raja ini tidak mengerti bahwa keputusan, TUHANlah yang menentukan apakah kerajaan ini dapat mengatasi ancaman apapun. Karena tidak mengetahui hal ini, Saul bertindak seperti yang di lakukan oleh raja-raja yang gila.

Ia melemparkan tombak kepada Daud.
Ia dapat melakukannya.
Ia adalah seorang raja.
Raja-raja dapat melakukan hal seperti itu. Hampir selalu di lakukan semua raja-raja.
Raja-raja mengklaim haknya untuk melempar tombak. Semua orang tau bahwa mereka berhak.

Bagaimana mereka mengetahuinya? Karena raja telah menyatakan kepada mereka - seringkali.

Apakah mungkin bahwa raja yang gila ini adalah raja yang benar?
Yang diurapi TUHAN?

Bagaimana dengan rajamu?
Apakah dia orang yang diurapi TUHAN?
Barangkali ya. Barangkali juga tidak.
Manusia mengatakan bahwa mereka tau pasti. Bahkan yakin.
Tetapi sebenarnya tidak. Mereka tidak tau.
TUHAN tau.

Tetapi IA tidak mau memberitahukannya.

Apabila rajamu benar-benar diurapi TUHAN dan apabila ia juga melemparkan tombak, maka ada hal-hal yang dapat kamu ketahui dan mengetahuinya dengan pasti : Rajamu sungguh gila.

Dan ia adalah raja menurut peraturan Raja Saul.

BAB 5
TUHAN memiliki alam semesta. Itu adalah sebuah sekolah yang kecil. Hanya beberapa oang saja yang mendaftar, bahkan sedikit orang yang telah lulus. Hanya sangat sedikit sekali.

TUHAN memiliki sekolah ini tetapi IA tidak memiliki orang yang hancur hatinya. Melainkan IA mempunyai beberapa tipe orang. IA memiliki orang yang mengklaim, menjadi otoritas TUHAN...dan sebenarnya tidak; orang yang menjadi otoritas TUHAN, tetapi gila dan tidak hancur hati. Sangat disesalkan, TUHAN memiliki banyak tipe orang yang memiliki variasi dari semuanya.
Banyak orang seperti ini yang dimilikiNYA, tetapi orang yang hancur hatinya - hampir tidak ada.

Disekolah TUHAN untuk penundukkan diri dan hancur hati, mengapa hanya sedikit muridnya?

Karena semua yang masuk sekolah ini harus menanggung banyak penderitaan. Dan seperti yang banyak diduga, penguasa yang tidak hancur hatinya (yang dipilih TUHAN) dialah yang menyebabkan timbulnya penderitaan.
Daud dahulu adalah murid sekolah ini, dan Saul adalah orang yang dipilih TUHAN untuk menghancurkan hatinya.

Semakin raja itu bertambah gila, semakin bertumbuh pengertian Daud. Ia mengerti, bahwa TUHAN menempatkan dia di istana raja, dibawah otoritas yang benar.

Otoritas Raja Saul benar?
Ya, otoritas yang dipilih TUHAN.
DIPILIH BAGI DAUD.

Otoritas orang yang tidak hancur hati?
Ya. Di tentu kan secara Ilahi.

Ya, mungkin saja.
Daud menarik nafas, menempatkan dirinya di bawah raja yang gila dan terus melangkah melalui jalan nerakanya di bumi.

BAB 6
Daud mempunyai sebuah pertanyaan :
Apakah yang akan kamu lakukan jika seseorang melemparkan tombak kepadamu?

Apakah kelihatannya tidak aneh bagimu kalau Daud tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan ini?

Semua orang didunia ini tahu apa yang harus dilakukan jika seseorang melemparkan tombak kepada kita.
Mengapa? Pungutlah tombak itu dan lemparkan kembali kepadanya!

"Daud, apabila seseorang melemparkan tombaknya kepadamu, lepaskan tombak itu dari tembok dan lemparkan kembali. Pasti semua orang akan melakukan hal tersebut, pastilah!"

Dan dengan membalas melempar tombak, kamu akan membuktikan bahwa kamu adalah :
- seorang pemberani.
- mempertahankan hakmu.
- berani menentang kesalahan.
- teguh dan tidak dapat dipermainkan.
- tidak membiarkan ketidakadilan dan perlakuan yang tidak adil.
- pembela iman, penjaga agar api tetap menyala, pengujian dari ajaran yang salah.
- tidak akan dipersalahkan.

Semua atribut ini dikombinasikan untuk membuktikan bahwa sesungguhnya kamu adalah seorang calon raja. Ya, barangkali kamu adalah seorang yang diurapi TUHAN.

Menurut peraturan Raja Saul.

Ada juga kemungkinannya, barangkali 20 tahun setelah penobatanmu, KAMU akan menjadi orang yang luar biasa berbakat untuk melemparkan tombak di daerahmu
Dan pastilah pada saat itu...

LUAR BIASA GILA.

BAB 7

Tidak seperti orang lainnya dalam sejarah melempar tombak, Daud tidak tahu apa yang harus dilakukannya apabila seseorang melempar tombak kepadanya.
Ia tidak melemparkan tombak Saul kembali kepadanya.
Juga ia tidak membuat tombak lalu melemparkannya.

Ada sesuatu yang berbeda tentang Daud.
Yang dilakukannya ialah menghindar.

Apakah yang dapat di lakukan seseorang, khususnya seorang anak muda, jika seorang raja memutuskan untuk menggunakan dirinya sebagai target latihan?
Bagaimana kalau anak muda itu memutuskan untuk membalasnya?

Pertama, ia harus pura-pura tidak dapat melihat tombak.
Meskipun tombak itu ditujukan langsung kepadanya.

Kedua, ia juga harus belajar merunduk dengan cepat.
Akhirnya, ia harus berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Kamu dapat dengan mudah mengenali seseorang yang telah kena tombak. Ia telah menjadi sedikit pahit hati. Daud tidak pernah kena tombak. Perlahan-lahan ia belajar rahasia yang terpendam.

Ia menemukan tiga hal yang dapat menghindarinya dari kena sasaran, meskipun melempar tombak sedang menjadi mode.

1. Jangan pernah belajar mahir melempar tombak.
2. Hindari pergaulan dengan pelempar tombak.
3. Tutup mulutmu rapat-rapat.

Dengan jalan demikian, tombak tidak akan menyentuhmu meskipun ia menembus hatimu.

BAB 8

"Rajaku gila. Setidaknya demikianlah perkiraanku.
Apa yang harus aku lakukan?"

Pertama, kenali lah fakta yang abadi :
Kamu tidak dapat mengatakan ( tidak seorangpun dari kita yang dapat) siapakah orang yang diurapi TUHAN dan siapa yang bukan.

Beberapa raja-raja bersumpah bahwa mereka, menurut peraturan Raja Saul, sebenarnya mereka adalah yang menurut peraturan Daud. Dan yang lain nya bersumpah bahwa mereka menurut peraturan Daud, ternyata termasuk peraturan Raja Saul.

Siapakah yang benar?
Siapa bisa tahu?
Suara siapakah yang kamu dengarkan?

Tidak seorangpun yang cukup bijaksana untuk menjawab teka-teki itu.
Kita semua dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini :
"Apakah orang ini diurapi TUHAN dan apakah ia menurut peraturan Saul?"

Hafalkan pertanyaan itu dengan benar.
Barangkali kamu akan mempertanyakannya 10.000 kali.
Khususnya apabila kamu menjadi warga negara yang rajanya gila.

Kelihatannya mengajukan pertanya an ini tidaklah sukar, padahal ya.
Khususnya bila kamu menangis dengan keras...dan mengelak tombak...dan digoda untuk melemparkannya kembali...dan didorong oleh orang lain untuk melakukan hal tersebut. Dan semua logika, intelek, rasio, dan kewarasanmu menunjang hal tersebut.

Tetapi ingatlah hal ini didalam kesedihanmu :
Kamu tahu pertanyaannya dan bukan jawabannya. Tidak seorangpun mengetahui jawabannya kecuali TUHAN.

Dan IA tidak pernah mengatakannya.

BAB 9

Aku tidak suka bab terakhir. Itu tidak menyelesaikan masalah. Aku berada dalam situasi seperti Daud dan aku amat menderita. Apakah yang harus kulakukan, karena kerajaan dimana aku tinggal di perintah oleh seorang raja pelempar tombak? Apakah aku harus meninggalkannya? Kalau demikian bagaimana caranya? Apakah yang harus dilakukan oleh seseorang yang berada ditengah-tengah kontes pelempar pisau?

Wah, kalau kamu tidak suka dengan pertanyaan di bab yang lalu, pastilah kamu tidak suka akan jawaban dibab ini. Jawabannya ialah, "Kamu akan ditikam sampai mati.'
"Apakah hal itu perlu? Apa gunanya?"
Matamu tertuju pada Raja Saul yang salah. Selama kamu memandang rajamu, kamu akan terus mempersalahkan dia bagi nerakamu – dia saja. Hati-hatilah! Karena mata TUHAN sedang melekat tertuju memandangi Raja Saul yang lain. Bukan memandang sosok orang yang kelihatan, yang melemparkan tombaknya kepadamu.

Bukan, TUHAN sedang memperhatikan Raja Saul yang lain.
Seorang yang lebih jelek – parah sekali.
TUHAN sedang memandang Raja Saul didalammu.

"Di dalam ku?!"

Saul ada dalam darahmu, dalam sumsummu. Dialah yang membentuk daging dan otot hatimu. Dia tercampur dalam jiwamu. Dia tinggal di sel-sel atommu. Raja Saul sudah bersatu denganmu.

KAMULAH RAJA SAUL !

Dia bernafas di paru-parumu dan berdenyut di dada kita semua.
Hanya ada satu cara untuk bisa terlepas darinya. Dia harus dimatikan.
Barangkali kamu tidak senang akan hal ini. Paling tidak sekarang kamu mengerti mengapa TUHAN menaruhmu dibawah seseorang yang dapat menjadi Raja Saul.
Daud dapat menjadi Raja Saul II jika TUHAN tidak membuang Saul yang berada dihati Daud. Operasi yang dilakukan memakan waktu bertahun-tahun dan merupakan pengalaman brutal, yang hampir-hampir mematikan pasiennya. Dan pisau serta tang apakah yang dipakai TUHAN untuk menyingkirkan Saul yang didalam?

TUHAN menggunakan Saul yang diluar.

Raja Saul mencoba untuk membunuh Daud, tetapi ia hanya berhasil sebagai tangan yang digunakan TUHAN untuk mematikan Saul yang berkeliaran didalam gua dijiwa Daud.

Memang benar bahwa Daud hampir dihancurkan dalam proses ini, tetapi memang seharusnya demikian. Sebab jika tidak, Saul didalam dirinya akan muncul.

Daud menerima nasibnya. Ia merangkul situasi yang kejam ini.
Ia tidak mengangkat tangannya, juga tidak menolaknya. Ia juga tidak melepaskan kesalahannya. Secara diam-diam, secara pribadi, ia menanggung ujiannya. Karena semua ini, ia terluka amat dalam. Dirinya yang terdalam di operasi, kepribadiannya diubahkan. Setelah semuanya selesai, Daud hampir tidak dapat dikenali.

Apakah kamu tidak puas dengan pertanyaan di bab terakhir?
Maka bisa jadi kamu tidak menemukan jawaban di bab ini

Tidak ada dari kita yang menyukainya.

Kecuali TUHAN.

BAB 10
Bagaimana seseorang dapat mengetahui saat untuk meninggalkan orang yang diurapi TUHAN - khususnya orang yang diurapi TUHAN menurut peraturan Raja Saul?
Daud tidak pernah mengambil keputusan demikian.
Melainkan orang yang diurapi TUHANlah yang membuat keputusan baginya.
Keputusan Raja yang memecahkan masalah ini!
"Buru dia dan bunuh bagai seekor anjing!"
Barulah Daud pergi. Bukan, ia kabur.
Tetapi tetap saja ia tidak mengucapkan sepatah katapun atau mengangkat tangannya terhadap Saul.
Catatlah hal ini :
Sewaktu pergi, Daud tidak memecahkan kerajaan.
Ia tidak membawa pengikut bersamanya.
IA PERGI SENDIRIAN.
Sendirian. Sama sekali sendirian.
Raja Saul II tidak melakukan hal itu.
Ia selalu mengajak "orang-orang yang berkeras untuk ikut."
Ya, memang banyak orang berkeras untuk ikut bersamamu, bukan?
Mereka adalah orang-orang yang secara sukarela membantu untuk membangun kerajaan Raja Saul II.
Orang-orang seperti ini tidak pernah berani untuk pergi sendirian.
Tetapi Daud pergi sendirian.
Perhatikanlah, orang yang benar-benar diurapi TUHAN mampu pergi sendirian.
Hanya ada satu cara untuk meninggalkan kerajaan.
SENDIRIAN !
Sama sekali sendirian.

BAB 11
Gua bukanlah tempat yang ideal untuk pembentukan moral.
Ada persamaannya bagi semua orang – tidak perduli apakah kamu pernah tinggal didalamnya atau belum.
Gelap.
Lembab.
Dingin.
Pengap.
Lebih buruk lagi, bila kamu adalah satu-satunya penghuninya...dan dari kejauhan kamu dapat mendengar suara anjing menggonggong.
Tetapi kadang-kadang, bila didekatmu tidak ada pemburu atau anjing, maka mangsa ini akan menyanyi. Mula-mula mereka menyanyi secara perlahan-lahan, lalu dengan suara nyaring mereka menyanyikan lagu yang diajarkan oleh anak domba kepadanya. Dinding gua menggemakan setiap not, seperti dahulu dilakukan oleh gunung-gunung. Musik ini menembus kegelapan gua yang menggemakan koor yang bernyanyi baginya.
Keadaan Daud sekarang tidaklah sekaya dahulu ketika ia masih menjadi seorang gembala - tidak memiliki lirik lagu, matahari, dan kawanan domba. Ingatan tentang masa kehidupannya yang dahulu telah sirna.
Sekarang ambisi tertinggi Daud tidak melebihi tinggi tongkat seorang gembala. Segala sesuatu telah ditumpas habis dari dirinya.
Ia sering sekali menyanyi.
Dan setiap not diiringi airmata.
Aneh bukan, apa hasil dari penderitaan?
Didalam gua inilah ketika tenggelam dalam dukacita, nyanyiannya dan dalam nyanyian kesedihannya, Daud menjadi seorang pengarang Mazmur terbesar dan menjadi seorang penghibur terbesar didunia bagi orang-orang yang hancur hati.

BAB 12
Ia lari - melalui ladang yang basah dan sungai yang berlumpur.
Kadang-kadang anjing mendekatinya; bahkan kadang - kadang mereka menemukannya. Tetapi kaki yang cekatan, sungai, dan lubang yang berair menyembunyikannya.
Ia makan dari padang, menggali umbi-umbian dipinggir jalan, tidur dipohon, bersembunyi diselokan, merangkak melalui semak-semak duri dan lumpur.
Berhari-hari ia lari - tidak berhenti untuk makan. Ia minum air hujan. Setengah telanjang, sangat kotor. Terus ia berjalan, tersandung, merangkak, dan mencakar.
Gua ini menjadi istana. Lubang menjadi rumah.
Di jaman dahulu, jika anak-anak tidak berkelakuan baik maka para ibu selalu mengatakan mereka nantinya bisa menjadi seorang pemabuk.
Tidak lagi demikian. Sekarang mereka mengatakan : "Jadilah anak yang baik, kalau tidak kamu akan menjadi seorang pembunuh raksasa."
Di Yerusalem, dimana seseorang diajarkan untuk menundukkan diri kepada raja dan menghormati orang yang diurapi TUHAN, Daud menjadi sebuah contoh.
"Lihat, inilah yang dilakukan TUHAN terhadap seorang pemberontak." Anak-anak muda yang mendengarnya merasa takut dan memutuskan untuk tidak terlibat dalam pemberontakan.
Demikianlah keadaannya dahulu, demikian juga halnya sekarang dan akan demikian pula jadinya nanti.
Lama sesudahnya, Daud tiba di sebuah negara asing, dan kecil, kecil sekali ukuran keselamatannya. Karena disini ia juga ditakuti, dibenci, orang berkata bohong tentangnya, dan ia ditentang.
Beberapa kali ia berjabatan tangan dengan seorang pembunuh.
Inilah masa tersuram bagi Daud.
Kita tahu bahwa ini adalah masa sebelum ia menjadi raja, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya. Ia beranggapan bahwa beginilah nasibnya untuk selama-lamanya.
Penderitaan melahirkan sesuatu.
Rendah hati dilahirkan.
Menurut ukuran dunia, ia adalah orang yang remuk;
Tetapi menurut ukuran surga, ia adalah orang yang hancur hatinya.

BAB 13
Ketika kegilaan raja menjadi-jadi, orang-orang lain juga harus melarikan diri. Mula-mula satu, lalu tiga, dan kemudian beratus-ratus.
Sesudah lama mereka mencari-cari, maka para pelarian ini menghubungi Daud.
Sudah lama mereka tidak bertemu dengannya.
Kenyataannya, sewaktu mereka bertemu lagi dengannya, mereka tidak mengenalinya lagi ia telah berubah : kepribadian, watak, dan seluruh keberadaannya telah diubahkan.
Ia lebih pendiam. Ia lebih mengasihi TUHAN. Ia bernyanyi secara berbeda.
Belum pernah mereka mendengar lagu itu sebelumnya.
Beberapa lagu memang indah - tidak dapat di gambarkan dengan kata-kata, tetapi beberapa lagu akan membuat darah membeku di nadimu.
Mereka yang berhasil menemukannya dan yang memutuskan untuk turut menjadi pelarian bersamanya adalah kelompok yang tidak berharga: pencuri, pendusta, penggerutu, pencari salah, pemberontak dengan hati yang memberontak.
Mereka sangat membenci raja dan semua sosok otoritas.
Seandainya dapat masuk surga, maka mereka akan menjadi perusuh disana.
Daud tidak memimpin mereka, ia juga tidak bersikap seperti mereka.
Maka, tanpa diminta mereka mulai mengikutinya.
Kepada mereka, ia tidak pernah berbicara tentang otoritas.
Ia tidak pernah membicarakan soal penundukkan diri; tetapi terhadap orang ini mereka tunduk. Ia tidak memberikan peraturan - peraturan. Kata legalisme tidak ditemukan di dalam perbendaharaan para pelarian. Namun mereka mulai membersihkan diri bagian luar.
Secara perlahan-lahan, diri mereka bagian dalampun mulai berubah juga.
Mereka tidak takut akan penundukkan diri atau otoritas; bahkan mereka tisak pernah memikirkan topik ini, apalagi mendiskusikannya.
Lalu mengapa mereka mengikuti dia? Pastinya ialah tidak lain,
Disebabkan ia adalah...Daud.
Dan mereka tidak memerlukan penjelasan.
Dengan demikian, untuk kedua kalinya kerajaan yang benar memiliki pengikut.

BAB 14
"Mengapa Daud, mengapa?"
Tempatnya ialah di gua yang lain.
Orang-orang menjadi gelisah. Perlahan-lahan mereka mulai menetap. Semua sama bingungnya seperti Yoab, sehingga mengajukan pertanyaan mereka.
Yoab ingin beberapa jawaban. SEKARANG !
Seharusnya Daud malu atau membela diri. Ia tidak melakukan keduanya. Matanya menatap jauh melampaui Yoab, seolah-olah ia sedang memandang kealam lain, yang hanya dapat dilihat olehnya saja.
Yoab berdiri dihadapan Daud, memandangnya, dan mulai mengeluarkan frustasinya. "Beberapa kali ia hampir menombakmu sampai mati di istana. Aku telah melihatnya dengan mataku sendiri. Akhirnya, kamu melarikan diri. Sekarang selama bertahun-tahun kamu tidak melakukan apa-apa, bagaikan seekor kelinci buruannya. Lagipula seluruh dunia percaya akan dusta yang diceritakannya tentangmu. Ia sendiri telah datang, raja sendiri, menelusuri gua, lubang di dunia ini untuk mencari dan membunuhmu seperti seekor anjing. Tetapi malam ini ia berada diujung tombakmu namun kamu tidak melakukan apa-apa! Lihatlah, kita menjadi seperti binatang lagi. Kurang dari sejam yang lalu sebenarnya kamu dapat membebaskan kita semua. Ya, kita semua bisa bebas sekarang! Merdeka! Israel juga. Ia juga menjadi merdeka. Mengapa Daud, mengapa kamu tidak mengakhiri tahun-tahun kesusahan ini?
Hening sekali.
Orang-orang merasa tidak enak. Mereka tidak terbiasa melihat Daud ditegur. Secara perlahan Daud berkata, "Karena," (dan dengan lembut seolah-olah berkata, 'Aku mendengar pertanyaanmu, tetapi tidak cara kamu menanyakannya'), "Karena, dulu ia tidak gila. Ia masih muda. Ia orang yang hebat. Besar dimata TUHAN dan manusia. Dan TUHANlah yang mengangkatnya menjadi raja. TUHAN - bukan manusia."
Yoab menjawab lagi, "Tetapi sekarang ia gila! Dan TUHAN tidak lagi menyertainya. Dan Daud, ia ingin membunuhmu!"
Kali ini Daud yang menjawab dengan berapi-api. "Lebih baik ia membunuh ku dari pada aku belajar cara-caranya. Biarlah ia membunuhku daripada aku menjadi seperti dia. Aku tidak akan mempraktekkan cara-cara yang membuat raja-raja menjadi gila. Aku tidak akan melempar tombak, juga aku tidak akan membiarkan kebencian tumbuh dalam hatiku. Sekarang tidak. Untuk selamanyapun tidak!"
Yoab tidak mampu mencerna jawaban yang tidak masuk akal ini. Dengan marah ia pergi keluar.
Malam itu orang-orang pergi tidur di batu yang dingin dan basah, sambil membicarakan pandangan yang salah dari pemimpin mereka tentang hubungan dengan seorang raja, khususnya dengan yang gila.
Malam itu para malakat juga pergi tidur dan mimpi tentang hari yang unik itu, bahwa TUHAN kini bisa memberikan otoritas-NYA pada bejana-NYA yang berharga.

BAB 15
Orang macam apakah Saul?
Siapakah orang ini yang membuat dirinya menjadi musuh Daud?
Orang yang diurapi TUHAN. Penyelamat Israel. Tetapi orang yang khusus diingat karena kegilaannya. Lupakan kabar buruk. Lupakan ulasan yang menyakitkan. Lupakan reputasinya. Perhatikan fakta-faktanya.
Saul adalah seorang figur terbesar dalam sejarah. Ia adalah seorang peternak, seorang anak desa. Ia tinggi, tampan, dan disenangi orang. Ia dibaptis dengan roh TUHAN. Ia juga berasal dari keluarga baik-baik; artinya ia dari keturunan orang-orang besar dalam sejarah manusia. Nenek moyangnya ialah Abraham, Israel, dan Musa. Ingatkah kamu akan latar belakangnya? Abraham membentuk suatu bangsa. Musa membebaskan bangsa ini dari perbudakan. Yosua memberikan tanah berpijak bagi bangsa ini, seperti yang telah dijanjikan oleh TUHAN kepada mereka. Para hakim-hakim telah menjaga agar bangsa ini tidak berantakan. Disaat inilah Saul muncul. Saul yang mengumpulkan orang-orang ini dan mempersatukan mereka menjadi suatu kerajaan. Saul mempersatukan rakyat dan mendirikan suatu kerajaan.
Hanya sedikit sekali orang yang melakukan hal ini. Dari tidak ada apa-apa ia membentuk suatu pasukan perang. Ia menang perang dengan kuasa TUHAN. Mengalahkan musuh terus-menerus – hanya beberapa orang saja yang pernah melakukannya. Ingatlah akan hal tersebut dan juga ingat bahwa orang ini dipenuhi oleh Roh TUHAN. Selanjutnya, ia juga seorang nabi. Roh TUHAN turun atasnya dalam kuasa dan otoritas. Ia mengucapkan nubuatan, yang dilakukannya sewaktu kuasa TUHAN turun atasnya. Ia adalah segalanya seperti yang di cari orang masa ini...dikuasai oleh Roh Kudus...mampu melakukan hal-hal yang mustahil...bagi TUHAN. Seorang pemimpin, yang dipilih oleh TUHAN dan dengan kuasa TUHAN.
Kepada Saul diberikan otoritas yang hanya dari TUHAN saja. Ia adalah seorang yang diurapi TUHAN dan TUHAN memperlakukan dia secara demikian. Ia juga digerogoti oleh iri hati, dapat melakukan pembunuhan dan mau hidup dalam kegelapan rohani. Apakah nilai moral dari kontradiksi ini? Ya, ini akan menghancurkan banyak konsepmu tentang kuasa, mengenai orang-orang besar, yang diurapi TUHAN, dan bahkan tentang TUHAN sendiri.
Banyak orang berdoa untuk meminta kuasa TUHAN.
Setiap tahun bertambah banyak saja. Kedengarannya doa demikian penuh kuasa, tulus, rohani, dan tanpa motivasi yang salah. Tersembunyi dibalik doa dan gairah tersebut adalah ambisi, keinginan untuk menjadi terkenal, keinginan agar dianggap orang sebagai seorang raksasa rohani. Barangkali orang yang berdoa demikian juga tidak tahu, ada motivasi dan keinginan yang salah dihatinya...

DI HATIMU.

Bahkan orang berdoa demikian adalah orang yang hampa, yang tidak mempunyai pertumbuhan rohani. Doa meminta kuasa adalah jalan pintas yang menghalangi pertumbuhan rohani.
Ada perbedaan besar antara diselimuti oleh kuasa Roh Kudus dibagian luar dan dipenuhi oleh kehidupan Roh Kudus dibagian dalam. Yang pertama, meskipun memiliki kuasa, manusia batin yang di dalam bisa saja tidak diubahkan. Sedangkan yang kedua, raksasanya telah diproses. Menarik sekali hal tentang TUHAN. Ia mendengarkan semua permohonan akan kuasa, yang diajukan oleh orang-orang muda yang bergairah ini (disetiap generasi) dan Ia menjawabnya!
Seringkali Ia mengabulkan permohonan mereka untuk meminta kuasa dan otoritas. Kadang-kadang Ia menjawab "ya" kepada beberapa bejana yang sungguh-sungguh tidak berharga. Ia memberikan kuasa kepada bejana yang tidak berharga? Kuasa-NYA? Walaupun dibagian dalam mereka adalah tumpukan tulang-tulang orang mati? Mengapa TUHAN melakukan hal tersebut?
Jawabnya sangat mudah sekali dan mengejutkan. Kadang-kadang ia memberikan kepada bejana-Nya yang tidak berharga suatu porsi yang lebih besar dari kuasa-Nya, sehingga bagi orang-orang yang melihatnya disingkapkan dan ditelanjangi keadaan hati yang sebenarnya dari orang tersebut.
Pikirkan baik-baik! Dan ingatlah bahwa kadang-kadang TUHAN memberikan kuasa-NYA kepada seseorang untuk alasan yang tidak dimengerti. Bisa saja seseorang hidup dalam dosa yang amat besar dan karunia yang sifatnya diluar ini dapat bekerja secara sempurna. Setelah diberikan, karunia TUHAN tidak dapat di tarik kembali! Meskipun ada dosa. Lebih-lebih lagi, beberapa orang yang hidup secara demikian adalah orang yang diurapi TUHAN...di mata TUHAN.
Saul merupakan bukti yang hidup dari fakta ini. Karunia tidak dapat ditarik kembali!
Menyeramkan bukan? Apabila kamu masih muda dan belum pernah melihat hal seperti ini, maka pastilah dalam kurun waktu 40tahun kamu akan melihatnya. Orang yang penuh karunia dan kuasa...memiliki reputasi sebagai pemimpin dalam kerajaan TUHAN, melakukan hal-hal yang buruk dan gelap.
Apakah yang dibutuhkan dunia ini: orang yang berbakat, yang diberi kuasa secara luar? Atau orang yang hancur hati, yang telah diubahkan dari dalam? Ingatlah, beberapa orang-orang ini yang telah diberikan kuasa TUHAN telah membentuk pasukan perang, menaklukkan musuh, melakukan pekerjaan TUHAN dengan penuh kuasa, berkotbah dan bernubuat dengan kuasa yang ajaib, dan kelancaran berbicara...
Dan
...melemparkan tombak.
...membenci orang lain.
...menghantam orang lain.
...merencanakan pembunuhan.
...bernubuat dengan telanjang.
...bahkan meminta nasehat ahli sihir.

BAB 16
"Kamu belum menjawab pertanyaanku. Mengenai orang bawahanmu. Aku pikir ia adalah seorang Raja Saul. Bagaimana aku dapat mengetahuinya dengan pasti?"
Kepada kita tidaklah diberikan pengertian untuk mengetahuinya.
Dan ingatlah, bahkan sering juga para Saul adalah orang yang diurapi TUHAN.
Perhatikanlah, selalu ada saja orang-orang – dimanapun juga, berapapun usianya, dan dari kelompok manapun – yang akan berdiri dan mengatakan kepadamu, "Orang itu adalah menurut peraturan Raja Saul." Sedangkan secara pasti, orang lain juga akan bangkit dan menyatakan, "Bukan, ia adalah orang yang diurapi TUHAN menurut peraturan Raja Daud."
Tidak seorang pun dapat benar-benar mengetahui manakah yang benar. Dan bila kebetulan kamu sedang berdiri di balkon dan memandang keduanya saling berteriak satu sama lain, kamu bisa bertanya-tanya, sebenarnya mereka termasuk golongan yang mana.
Ingatlah, barangkali pemimpinmu adalah seorangbDaud. "Tidak mungkin!"
Apakah demikian?
Setidaknya kita tahu ada dua orang dari keturunan Daud yang telah dipersalahkan dan disalibkan oleh manusia. Orang-orang yang merasa sangat pasti sekali bahwa orang yang mereka salibkan bukanlah Daud. Apabila kamu tidak tahu tentang dua kasus, sudah pasti kamu tahu tentang satu kasus saja. Orang-orang yang memburu para Saul diantara kita, sering menyalibkan para Daud.
Jadi siapakah yang dapat memastikan siapakah Daud dan siapakah Saul?
TUHAN TAU ! TETAPI IA TIDAK MAU MENGATAKANNYA.
Apakah kamu merasa pasti bahwa rajamu adalah seorang Saul dan bukannya Daud, sehingga kamu mengambil posisi sebagai TUHAN dan memerangi Saulmu? Jika demikian, marilah kita mengucap syukur bahwa kamu tidak hidup dijalan Golgota.
Lalu, apakah yang dapat kamu lakukan? Sedikit sekali.
Barangkali juga tidak sama sekali.
Dengan berjalannya waktu, keadaan pemimpinmu akan banyak diungkapkan. Dan dengan berjalannya waktu, reaksimu terhadap pemimpinmu – apakah ia seorang Daud atau Saul – menyingkapkan hal mengenai kamu.

BAB 17
Dua generasi setelah Saul memerintah ada seorang anak muda yang secara antusias mendaftarkan diri dalam tentara kerajaan Israel dibawah seorang raja yang baru, yaitu seorang cucu Daud. Segera saja ia mendengar cerita tentang perbuatan para pahlawan Daud. Ia memutuskan untuk mencari apakah ada dari antara mereka yang masih hidup, sehingga bisa menemuinya dan berbicara dengannya, meskipun kalau dihitung-hitung pastilah orang ini umurnya sudah seratus tahun lebih.
Akhirnya ia menemukan ada seorang yang masih hidup. Setelah mengetahui tempat tinggalnya, anak muda ini cepat-cepat mencarinya. Setelah mengetuk pintu dengan ragu-ragu, perlahan-lahan pintu dibukakan baginya. Di hadapannya berdirilah seorang raksasa, rambutnya putih, dan mukanya penuh kerutan.
"Tuan, apakah kamu adalah salah seorang pahlawan Daud yang terkenal – yang ceritanya telah banyak kudengar?"
Orang tua ini memandang wajah anak muda ini sejenak, seragamnya.
Tanpa melepaskan pandangannya dari anak muda ini, dengan suara yang pasti ia menjawabnya. "Apabila engkau menanyakan apakah aku adalah bekas seorang pencuri, yang tinggal di gua ikut seorang pelarian yang histeris dan sedih, maka ya, aku dahulu adalah salah seorang pahlawan Daud." Lalu ia meluruskan badannya dan kalimatnya yang terakhir diucapkannya sambil tersenyum.
"Mengapa, kamu seolah-olah mengatakan Raja yang Besar itu kedengarannya seperti orang yang lemah. Bukankah ia seorang penguasa besar?
Orang tua itu menjawab, " Ia bukan orang yang lemah."
Lalu sambil menyelidiki motivasi anak muda yang berdiri di hadapannya, ia menjawab dengan lembut dan bijaksana, " Ia juga bukan seorang pemimpin besar."
"Lalu, apakah ke baikkannya tuan? Sebab aku datang untuk mempelajari cara-cara Raja Besar dan...wah, para pahlawannya. Apakah kebesaran Daud?"
"Aku melihat kamu memiliki ambisi khas seorang anak muda," kata pahlawan tua tersebut. "Aku menduga kamu juga bermimpi untuk menjadi seorang pemimpin pada suatu hari." Ia berhenti sejenak lalu meneruskannya. "Ya, aku akan menceritakan kepadamu tentang rajaku, tetapi mungkin kata-kataku akan membuatmu heran." Mata orang tua itu berkaca-kaca dengan air mata pada waktu ia membandingkan raja Daud dengan raja bodoh yang baru saja dinobatkan.
"Aku akan menceritakan tentang rajaku dan kebesarannya. Rajaku tidak pernah mengancamku seperti yang dilakukan oleh rajamu. Rajamu yang baru, memulai pemerintahannya dengan hukum, peraturan, ketentuan, dan ketakutan. Ingatan paling jelas yang aku miliki mengenai rajaku ketika kami hidup dalam gua adalah kehidupan penundukkan diri. Ya, Daud menunjukkan kepadaku penundukkan diri dan bukan otoritas.
Ia mengajarku bukannya segala peraturan dan hukum-hukum, melainkan seni kesabaran. Inilah yang mengubah hidupku. Legalisme tidak lain adalah cara seorang pemimpin untuk mencegah penderitaan. Peraturan dibuat oleh tua-tua supaya mereka dapat tidur lebih dini! Orang-orang yang hanya mengandalkan otoritas sebenarnya membuktikan bahwa mereka tidak memilikinya. Dan raja-raja yang gembar-gembor tentang penundukkan diri hanya memperlihatkan dua buah ketakutan. Mereka sendiri tidak yakin bahwa mereka adalah pemimpin yang benar, yang dikirim oleh TUHAN. Dan mereka hidup dalam ketakutan akan adanya pemberontakan.
Rajaku tidak pernah berbicara tentang keharusan penundukkan diri kepadanya. Ia tidak takut akan pemberontakan..., karena ia tidak peduli kalau ia harus turun tahta! Daud mengajarku untuk mengalah, bukannya mencari kemenangan. Memberi, bukannya menerima. Ia menunjukkan kepadaku bahwa seorang pemimpin dan bukan seorang pengikut yang dirugikan.
Ia menghindari kami dari penderitaan dan ia tidak memberi hukuman. Ia mengajarku bahwa otoritas hanya mendorong terjadinya pemberontakan, khususnya menjadi lebih berbahaya kalau pemberontakan itu disebabkan karena kebodohan dan ketidakdewasaan."Rupanya orang tua ini sedang mengingat-ingat peristiwa yang menggelikan didalam gua. "Tidak," katanya dengan nada tegas, "Otoritas dari TUHAN tidak takut akan tantangan, tidak membela diri, dan sedikitpun tidak perduli seandainya harus turun tahta."
"Inilah kebesaran dari Raja yang Bes........yang Benar."
Orang tua itu mulai melangkah pergi. Mukanya menunjukkan kemarahan dan keagungan. Kemudian ia berpaling kepada anak muda itu lagi dan berkata dengan tegas, "Selama Daud memiliki otoritas, orang-orang tidak usah menyebut terus-menerus. Tunduk, tunduk, itu saja yang kita dengar. Daud memiliki otoritas namun aku kira hal ini tidak pernah terlintas dipikirannya. Kami adalah 600 orang yang tidak baik dengan seorang pemimpin yang sering kali menangis. Itulah kami!"
Itulah akhir kata dari pahlawan tua yang didengar oleh serdadu muda ini. Sambil berjalan, ia bertanya-tanya apakah sekarang ia akan bahagia mengabdi kepada Rehabeam.

BAB 18
Setelah selesai mempelajari Saul dan Daud, apakah kamu merasa banyak dibantu? Bagaimana? Apakah sekarang kamu yakin bahwa atasanmu benar-benar bukan dari TUHAN...atau kalau benar, paling-paling ia adalah seorang Saul saja? Lihatlah betapa yakinnya manusia, padahal para malaikat saja tidak tau.
Bolehkah aku bertanya, apakah yang akan kamu lakukan dengan pengetahuan yang baru kamu terima ini? Ya, aku sadar,bahwa kamu bukan seorang Saul atau Daud, ...melainkan hanya seorang petani didaerahmu.
Apakah kamu merencanakan untuk membagikan penemuan terbarumu ini dengan kawan-kawanmu? Maka aku akan memperingatkanmu, pengetahuanmu yang baru ini akan berbahaya. Mutasi dapat saja terjadi dalam hatimu. Lihatlah, mungkin saja...tetapi tunggu!
Apakah yang kulihat disana? Disana! Dibelakangmu ada kabut. Berbaliklah! Apakah kamu melihatnya? Apakah itu, sosok seperti hantu yang berjalan didalam kabut itu? Rasanya aku pernah bertemu dengannya. Perhatikanlah. Tidak mungkinkah kita melihat apa yang dilakukannya?
Kelihatannya ia sedang membungkuk dihadapan sebuah peti besar. Ya, ia telah membukanya. Ia mengeluarkan sesuatu dari peti tersebut. Jubah? Kelihatannya seperti selendang. Ia sedang mengenakannya. Barang itu pas sekali padanya dan jatuh di pundaknya seperti sebuah mantel.
Lalu apa? Kembali ia mengambil sesuatu dari peti. Aku tahu, aku pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya. Kali ini apakah yang diambilnya? Perisai? Bukan, sebuah lambang kerajaan. Lambang kerajaan jaman dulu yang diangkatnya tinggi-tinggi seolah-olah miliknya sendiri. Siapakah orang ini? Sikapnya. Bawaannya. Perawakannya. Aku telah melihatnya sebelumnya. Pasti.
Wah, ia telah keluar dari kabut ke terang. Sekarang kita dapat melihatnya dengan jelas.
Wajah itu. Bukankah itu kamu?
Ya, benar.
Kamu!
Kamu yang dengan bijaksana dapat melihat hadirnya Saul yang tidak berharga.
Pergilah! Pandanglah dikaca. Orang itu adalah kamu.
Lihat juga nama yang tercantum pada lambang kerajaan itu!
Pandanglah :
ABSALOM KEDUA !!!

—BAGIAN II
BAB 19

"Lihat, Daud datang!"
Ada yang tersenyum – ada yang tertawa.
"Lihat! Tidak lain tidak bukan, Daud."
Lagi-lagi ada yang menyeringai, melambaikan tangan dan bersukacita.
Seorang anak kecil yang berjalan dengan pengasuhnya ditepi jalan berseru, "Itu bukan Daud, mengapa mereka berkata demikian? Orang itu bukan Daud."
"Benar Nak, itu bukan Daud, melainkan Absalom yang baru keluar dari pintu gerbang."
Sambil berpaling melihat anak muda yang ganteng diatas keretanya dengan 50 orang berlari di depannya, anak ini bertanya, "Mengapa mereka memanggilnya Daud?"
"Sebab ia mengingatkan kita akan Daud dimasa mudanya. Dan kita semua bersukacita ada seorang anak muda yang baik, yang pada suatu hari akan menggantikan Daud. Dan barangkali juga, karena Absalom lebih ganteng dari Daud. Bisa jadi ia orang terganteng didunia."
"Apakah Absalom akan segera menjadi raja? Berapakah umur Daud? Apakah ia akan segera mati?"
"Tentu saja tidak, anakku. Berapa umur Daud? Mungkin umurnya sama seperti waktu Raja Saul berhenti memerintah."
"Berapakah umur Absalom?"
"Kira-kira seumur Daud sewaktu Saul berusaha keras untuk membunuhnya."
Anak itu bergumam, "Daud seumur Saul. Absalom seumur Daud sewaktu mulai menjadi raja." Untuk sesaat mereka bungkam, lalu anak ini mulai berbicara lagi.
"Bukankah Saul amat keras terhadap Daud?'
"Ya, sangat."
"Apakah Raja Daud juga akan memperlakukan Absalom demikian? Apakah Daud akan bersikap keras terhadap Absalom?"
Pengasuhnya terdiam sejenak memikirkan pertanyaan ini, tetapi anak ini menambahkan, "Jika Daud memperlakukan Absalom dengan buruk, apakah Absalom juga akan berlaku sopan seperti Daud?"
"Nak, masa depan yang akan menceritakannya kepada kita. Wah, pertanyaanmu!
Jika kamu sudah besar dan dapat menjawab sebaik kamu mengajukan pertanyaanmu sekarang, maka pastilah kamu akan dikenal sebagai orang bijaksana didunia."
Lalu keduanya berbelok memasuki pintu gerbang.

BAB 20
Menyenangkan bukan, jika mengenal seseorang yang dapat memandang masalah dengan jelas. Tajam penglihatannya. Ia dapat menembus ke inti segala masalah.
Orang merasa nyaman berada didekatnya. Bahkan mereka ingin berada didekatnya. Kalau berbicara dengannya, mereka sadar bahwa ia lebih bijaksana dari yang diperkirakan orang.
Penemuan ini membuat mereka merasa nyaman.
Setelah membicarakan problem demi problem, pemecahan demi pemecahan, orang-orang rindu agar orang ini menjadi pemimpin mereka. Ia memberi mereka harapan.
Tetapi mereka begitu yakin kalau orang yang mengesankan dan penuh pengertian ini tidak akan dengan sengaja mempercepat waktu untuk naik tahta. Ia terlalu rendah hati, terlalu menghormati pemimpin yang sekarang. Orang-orang disekelilingnya mulai sedikit frustasi karena mereka di suruh menantikan sampai orang ini memerintah.
Semakin sering mereka duduk diruang duduknya dan berbicara dengannya, semakin mereka menyadari kekurangan kerajaan ini. Ya, hal-hal yang kurang, yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Dan masalah-masalah. Masalah diterangi dengan cara yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Ya, kebijaksanaan dan pengertian mereka bertumbuh.
Dengan berlalunya waktu, orang yang datang untuk mendengarkan bertambah banyak. Kabar tersebar diam-diam.
"Disini ada orang bijaksana yang mempunyai pengertian dan jawaban."
Orang-orang frustasi datang berkumpul. Mereka mendengarkan. Mereka bertanya. Mereka menerima jawaban yang baik dan mulai timbul harapan.
Kepala dianggukan. Mimpi dilahirkan.
Dan dengan lewatnya waktu, makin bertambah banyak jumlah orang yang berkumpul. Ide diubah menjadi cerita, cerita tentang ketidakadilan yang mungkin dianggap orang lain tidak penting. Tetapi tidak demikian bagi para pendengar ini!
Ia murah hati.
Dan selagi orang-orang disekelilingnya berbicara, semakin banyak ditemukan jumlah dan tingkat ketidakadilan. Dengan setiap cerita baru, orang bertambah heran akan merajalelanya ketidakadilan.
Tetapi anak muda yang bijaksana ini hanya duduk diam dan tidak mengatakan apa-apa terhadap gerutuan ini. Lihatlah, betapa mulianya dia.
Dimalam hari, dengan rendah hati dan penuh hormat terhadap pembesar ia menutup diskusi ini.
Tetapi terlalu berlebihan jika selalu mengharapkan agar orang selalu duduk diam saja.
Rentetan ketidakadilan ini akan membangkitkan amarah orang yang tulus hati dan menghormatinya. (Dan pastilah orang ini adalah orang yang paling tulus hatinya).
Orang yang murah hati ini tidak dapat selamanya berdiam diri atau memalingkan wajahnya dari semua penderitaan ini. Pada suatu hari orang berkarakter mulia ini harus berbicara.
Akhirnya amarah para pengikutnya bangkit.
Menurut pendapat mereka, ketidakadilan di kerajaan ini bukan saja bertambah-tambah melainkan sudah berlimpah-ruah. Mereka semua ingin bertindak terhadap segala ketidakadilan ini.
Akhirnya, sepertinya anak muda yang cemerlang ini menyerah. Mula-mula hanya sebuah kata. Kemudian sebuah kalimat. Hati orang-orang gembira. Wah, mereka bersukacita. Bangsawan ini bangkit untuk beraksi.
Ia menjelaskan kepada mereka supaya tidak salah mengerti.
Memang ia sedih tetapi tidak dapat berbicara melawan mereka yang duduk sebagai pemimpin.
Tidak, pastilah tidak.
Tidak peduli banyaknya keluhan sekalipun itu benar, ia tidak mampu.
Tambah lama ia tambah sedih. Jelas sekali bagaimana laporan-laporan itu membuatnya menderita.
Akhirnya, amarah nya meledak dengan kata-kata tegas.
"Hal ini tidak boleh terjadi!"
Ia berdiri dengan mata berapi-api. "Seandainya aku yang memimpin, inilah yang akan kulakukan..."
Dan dengan perkataan ini, timbullah pemberontakan.
Dibangkitkan dalam hati setiap orang dengan satu perkecualian.
Didalam hati orang yang mulia dan tulus ini, kasusnya tidaklah demikian.
Selama bertahun-tahun pemberontakan telah ada dalam hatinya.

BAB 21
"Rabi!"
"Ya."
"Rabi, bolehkah aku minta waktumu sejenak?"
"Tentu saja, aku punya banyak waktu."
"Apakah kamu baru saja kembali dari pertemuan dirumah Absalom?"
"Ya, benar."
"Maukah kamu membagikan kesan-kesanmu sewaktu sedang disana?"
"Maksudmu kesan secara umum tentang Absalom dan kawan-kawannya?"
"Ya, itu sudah cukup."
"Wah, aku sudah banyak berjumpa dengan orang semacam Absalom. Banyak sekali."
"Orang macam apakah dia itu?"
"Dia adalah orang yang tulus dan ambisius. Kelihatannya bertolak belakang, tetapi memang demikian. Memang ia mengutarakan maksudnya. Tetapi ambisinya akan berlanjut terus meskipun ia sadar ia tidak dapat memenuhi janjinya. Jika dibandingkan dengan perolehan kuasa, maka meluruskan hal-hal salah menjadi prioritas kedua."
"Maafkan aku Rabi, aku tidak mengerti."
"Ada dua hal yang kupikirkan. Pada suatu pertemuan ketika Absalom menjawab pertanyaan-pertanyaan, ia menekankan dalam kerajaan seharusnya terdapat lebih banyak kebebasan. Semua orang senang akan hal tersebut. Ia berkata, 'Seseorang seharusnya dipimpin oleh TUHAN, bukan oleh manusia. Manusia harus melakukan sesuatu yang ia rasa ada dibawah pimpinan TUHAN. Seharusnya kita mengikuti TUHAN, bukan manusia. 'Aku percaya itulah kata-katanya."
"Di pertemuan lainnya, ia membicarakan visi besarnya tentang kerajaan TUHAN – mengenai hasil besar yang mungkin dicapai oleh manusia. Disisi lain, ia membicarakan perubahan-perubahan yang akan dilakukannya dalam menjalankan pemerintahan. Meskipun ia tidak menyadarinya, ia telah menyatakan dua rencana. Banyak perubahan dan lebih banyak kebebasan."
"Ya, dia memang mengingatkanku kepada banyak orang yang telah kujumpai dimasa lampau."
"Rabi, aku pikir aku mengerti apa yang kau katakan, tetapi aju tidak begitu yakin akan maksudmu."
"Absalom bermimpi. Mimpi tentang apa yang seharusnya terjadi, tentang bagaimana jadinya. Ia berkata, 'Inilah yang akan kulakukan.' Tetapi untuk mewujudkan mimpi itu ia harus mendapat dukungan orang lain. Inilah yang sering diabaikan orang. Mimpi ini tergantung pada dukungan umat TUHAN terhadap pemimpin baru yang setuju dengan semua pandangannya. Orang-orang seperti ini tidak dapat membayangkan problem yang akan dihadapinya di kerajaan nanti. Barangkali orang lain akan mengikutinya, barangkali juga tidak. Paling-paling, umat TUHAN akan mengikuti seorang pemimpin untuk beberapa hari saja, tidak untuk waktu yang lama. Umumnya manusia melakukan apa yang disukainya. Mereka dapat dihentikan untuk melakukan kehendak orang lain sejenak saja, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Manusia tidak mau bekerja keras – walaupun mereka mengikuti TUHAN."
"Inilah pertanyaannya, 'Apa yang akan dilakukan Absalom jika orang-orang berhenti mengikuti dia secara sukarela?"
"Perhatikanlah, tidak ada kerajaan yang bebas dari perselisihan. Tahukah kamu, bahkan TUHAN juga mempunyai pengkritik-NYA disurga. Semua pekerjaan mengalami pasang surutnya. Dan manusia, khususnya umat TUHAN, tidak pernah mengikuti mimpi apapun dengan kesepakatan penuh. Tidak, untuk dapat mencapai apa yang diucapkannya malam ini, dibutuhkan waktu.
Tidak semua orang bersedia mendampinginya. Apakah ia tetap ingin mewujudkan semua mimpinya?
Jika demikian, maka Absalom punya satu cara : Diktator.
Jika tidak, ia tidak akan melihat mimpi besarnya diwujudkan.
Apabila ia menjadi seorang diktator, maka aku dapat memastikan bahwa dalam waktu singkat, mereka akan merasa tidak puas dengannya, seperti yang terjadi dengan raja yang memerintah sekarang ini.
Ya, kalau Absalom menjadi raja, tidak lama lagi kamu akan melihat pertemuan-pertemuan seperti malam ini...hanya saja dengan wajah baru, mimpi baru, dan rencana baru untuk pemberontakan, yang kali ini ditujukan terhadap Absalom! Lalu kalau Absalom mendengar tentang pertemuan-pertemuan ini dan diskusi tentang pemberontakan, maka ia akan melakukan suatu tindakan."
"Menurut pendapatmu, apa yang akan dilakukannya, Rabi?"
"Para pemberontak yang naik tahta melalui pemberontakan tidak memiliki kesabaran terhadap pemberontak lain dengan pemberontakan mereka.
Jika Absalom menghadapi pemberontakan, ia akan menjadi seorang tirani. Ia akan 10 kali lebih jahat dari pada yang sekarang kamu lihat pada rajamu. Ia akan membasmi pemberontakan dan memerintah dengan tangan besi...dan dengan menyebar ketakutan. Ia akan menghancurkan semua oposisi. Inilah yang akan selalu menjadi akhir dari suatu pemberontakan. Inilah jalan Absalom apabila ia mau merebut tahta dari Daud."
"Tetapi, Rabi, bukankah beberapa pemberontakan telah menguntungkan dengan menggulingkan orang-orang brutal dan raja lalim?"
"Oh ya, beberapa. Tetapi aku mengingatkanmu: kerajaan ini berbeda dengan kerajaan yang lain. Kerajaan ini terdiri dari umat TUHAN. Ini adalah kerajaan rohani. Aku tekankan kepadamu, tidak ada pemberontakan dalam kerajaan TUHAN yang dapat di benarkan dan juga diberkati."
"Mengapa kamu berkata demikian, Rabi?"
"Untuk beberapa alasan. Yang jelas satu hal.
Di alam roh, seseorang yang akan memimpin pemberontakan telah membuktikan – tidak peduli indahnya kata-katanya atau mulianya jalannya – ia adalah seorang pengritik, tak berpendirian, dan mempunyai motif tersembunyi dalam hatinya. Jujur kata – ia adalah pencuri. Ia menciptakan ketidakpuasan disekitarnya, lalu merebut kekuasaan atau merebut para pengikut. Pengikut yang berhasil direbut akan dipakainya untuk mendirikan kekuasaan nya sendiri. Awal yang demikian menyedihkan karena dibangun berdasarkan pemberontakan...
Tidak, TUHAN tidak pernah menghormati perpecahan dalam kerajaan-NYA."
"Aku selalu heran, mengapa orang yang merasa dapat memecahkan kerajaan TUHAN tidak pergi saja ketanah lain untuk membangun kerajaan yang baru sama sekali? Tidak, mereka harus mencuri dari pemimpin lain. Aku tidak pernah melihat pengecualiannya. Paling tidak mereka merasa mereka membutuhkan beberapa pengikut setia."
"Memulai yang baru sama sekali dan sendirian, membuat orang yang baik merasa takut. Ini juga menunjukkan betapa tidak pastinya mereka apakah TUHAN menyertai mereka. Kata-kata mereka mengungkapkan bahwa mereka tidak yakin."
"Ada banyak tanah yang belum di miliki dan tidak rusak. Ada banyak orang ditempat lain yang menantikan untuk mengikuti seorang raja yang benar, seorang pengikut TUHAN yang benar. Aku ulangi lagi (banyak orang berkata bahwa aku sering mengulangi kata-kataku sendiri), mengapakah calon-calon raja dan nabi' tidak keluar sendirian mencari umat ditempat lain, lalu mendirikan kerajaan yang diimpikannya?
"Dalam alam roh, orang yang memimpin pemberontakan adalah orang yang tidak berharga. Tidak ada pengecualian. Sekarang aku harus pergi. Aku mau ikut pawai yang sedang lewat."
"Rabi, katakan padaku, siapakah namamu?"
"Namaku?"
"Aku adalah Sejarah."

BAB 22
Dari balkon istananya Daud sedang memandang kebunnya. Lampu-lampu yang berasal dari rumah-rumah di Kota Suci berkerlipan. Dari belakang seseorang menghampirinya. Daud menarik nafas dan tanpa membalikkan badannya, ia berbicara, "Ya, Yoab, ada apa?"
"Apakah kamu tahu?"
Ia menjawab, "Ya, aku tahu."
Dengan heran Yoab bertanya, "Sudah berapa lama kamu mengetahuinya?"
"Beberapa bulan, bertahun-tahun, barangkali satu dasawarsa. Barangkali aku sudah mengetahuinya selama 30 tahun."
Setelah mendengar jawaban ini, Yoab tidak yakin bahwa mereka sedang membicarakan hal yang sama karena Absalom belum berumur 30 tahun.
Dengan ragu-ragu ia berkata, "Aku berbicara tentang Absalom."
Raja menjawabnya, "Aku juga."
"Jika kamu sudah lama mengetahuinya, mengapa tidak menghentikan dia?"
"Akupun sedang bertanya pertanyaan yang sama pada diriku."
"Apakah aku yang akan menghentikannya bagimu?"
"Jangan! Juga jangan berbicara apa-apa kepadanya. Janganlah mengkritiknya. Jangan biarkan seorangpun mengkritik perbuatannya.
Yang pasti, kamu tidak akan menghentikannya."
"Tetapi kalau demikian bukankah dia akan merebut kerajaan?"
Daud menarik nafas lagi – perlahan-lahan. Untuk sementara waktu ia tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu ia tersenyum dan berkata, "Ya, barangkali juga."
"Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu memiliki rencana?"
"Tidak, tidak ada. Terus terang aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku telah menghadapi banyak pertempuran dan benteng-benteng musuh. Biasanya aku tahu apa ang harus kulakukan. Tetapi untuk kejadian ini, peganganku adalah pengalaman masa mudaku. Tindakan yang kuambil waktu itu rupanya adalah yang terbaik untuk dilakukan."
"Tindakan apakah itu?"

"TIDAK MELAKUKAN APA-APA SAMA SEKALI."

BAB 23
Daud sedang sendirian. Perlahan-lahan ia berjalan ditaman. Akhirnya ia berhenti dan berbicara pada dirinya sendiri. "Aku sudah menantikan, Absalom. Aku sudah menantikan dan memperhatikanmu bertahun-tahun. Berulang kali aku bertanya-tanya, 'Apa yang ada dalam hati anak muda ini?' Dan sekarang aku tahu. Kamu akan melakukan hal yang tak pernah terpikirkan. Kamu hendak memecahkan kerajaan TUHAN. Semuanya hanya kata-kata kosong belaka."
Daud terdiam sejenak. Dengan heran ia berbicara dengan suara yang hening. "Absalom tidak ragu-ragu untuk memecahkan kerajaan TUHAN. Sekarang aku tahu. Ia mencari pengikut. Setidaknya ia tidak menolak mereka. Meskipun kelihatannya ia orang yang tulus dan mulia, namun kenyataannya ia adalah pemecah-belah. Meskipun dengan tegas dikatakannya bahwa ia tidak mempunyai pengikut, pengikutnya terus saja bertambah."
Untuk waktu yang lama Daud berdiam diri. Akhirnya ia bergurau pada dirinya sendiri. "Baiklah Raja Daud yang baik, masih ada satu hal yang harus dipecahkan. Kamu sedang ditengah-tengah perpecahan dan barangkali juga kamu turun tahta. Sekarang hal yang kedua." Ia diam sejenak, mengangkat tangannya dan bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan? Kerajaan sedang dalam bahaya. Sepertinya aku mempunyai dua pilihan: kehilangan segala sesuatu atau menjadi seorang Saul. Aku dapat menghentikan Absalom. Yang aku perlukan adalah menjadi Saul. Dimasa tuaku, apakah aku akan menjadi Saul? Aku rasa TUHAN juga sedang menantikan keputusanku."
"Apakah sekarang aku mau menjadi seorang Saul?" Kembali ia bertanya dengan suara keras. Dari belakang seseorang menjawabnya, "Bagus raja, ia juga tidak bertindak seperti seorang Daud kepadamu." Daud berbalik. Abisai menghampiri nya diam-diam. "Tempat ini ramai," jawab Daud.
Abisai menjawab, "Tuan?"
"Tidak. Hari ini tidak ada tamu bagiku – hari ini untuk menyendiri bagiku. Apa yang kamu katakan padaku? Atau apakah yang aku katakan tadi?"
"Raja berkata, 'Apakah aku akan menjadi seorang Saul terhadap Absalom?' Dan aku menjawab, 'Ia sendiri tidak bertindak sebagai seorang Daud muda kepadamu."
"Aku tidak pernah menentang Saul. Selama pemerintahannya aku tidak pernah berusaha untuk memecahkan kerajaan. Bagaimana pendapatmu?"
Abisai menjawab dengan tegas, "Saul berlaku jahat terhadapmu dan membuat hidupmu sengsara. Kamu memberi respon secara terhormat dalam penderitaan pribadi yang dalam. Hal-hal buruk yang terjadi waktu itu hanya terjadi dari satu sisi saja. Semuanya jatuh kepadamu. Sebenarnya kamu dapat memecahkan kerajaan dan menggulingkan Saul tetapi kamu malah pergi meninggalkan kerajaan. Daripada membuat perpecahan, lebih baik kamu melarikan diri. Demi persatuan kamu mengambil resiko bagi hidupmu, menutup mulut dan matamu terhadap semua ke tidakadilan. Sebenarnya kamu memiliki lebih banyak alasan untuk memberontak dibandingkan siapapun juga dalam sejarah atau kerajaan manapun, baik yang sudah berdiri maupun belum. Absalom harus bekerja keras untuk membuat daftar ketidakadilan...hanya beberapa saja yang menonjol – kalau aku boleh menambahkan. Apakah Absalom berlaku sepertimu? Apakah Absalom menghormatimu? Apakah Absalom menjaga keutuhan kerajaan? Apakah Absalom menolak pengikut pengikutnya? Apakah Absalom pergi meninggalkan kerajaan untuk mencegah perpecahan? Apakah Absalom orang yang terhormat? Apakah Absalom menanggung penderitaannya secara diam-diam? Adakah hal-hal buruk terjadi pada Absalom?"
"Tidak, ia adalah orang yang tulus dan mulia!"
Kata-kata Abisai yang terakhir diucapkannya dengan geram. Lalu ia melanjutkan lagi.
"Dibandingkan dengan kesengsaraanmu yang disebabkan oleh Saul, kesusahannya tidaklah seberapa. Kamu tidak pernah membalas Saul. Bagaimanapun juga kamu tidak pernah berlaku tidak adil terhadap Absalom."
Daud memotong pembicaraannya sambil menyeringai, "Rupanya aku berbakat membuat orang tua dan muda membenciku tanpa alasan. Pada masa mudaku, yang tua menyerangku; pada waktu aku tua, yang muda menyerangku – hasil yang mengagumkan."
Abisai meneruskan, "Pokoknya, Absalom bukanlah Daud. Karenanya aku bertanya kepadamu, mengapa kamu tidak menghentikan pemberontakkannya? Hentikan dia, orang ngawur..."
"Hati-hati, Abisai. Ingatlah, ia juga seorang putera raja. Tidak seharusnya kita menjelekkan seorang putera raja."
"Raja yang baik, bolehkah aku mengingatkanmu bahwa kamu menolak mengangkat senjata atau tombakmu sekali saja terhadap Saul. Aku ulangi lagi. Absalom menjelekkanmu siang malam. Pada suatu hari - tidak lama lagi- ia akan memberontak terhadapmu. Bukan, bangsa ini. Absalom muda bukanlah seorang Daud. Aku menasehatimu, hentikan dia!"
Daud menjawab dengan berat, "Abisai, kamu memintaku untuk menjadi seorang Saul."
"Bukan, aku berkata ia bukanlah Daud. Hentikan dia!"
"Dan apabila aku menghentikan dia, apakah aku masih Daud? Kalau aku menghentikan dia, bukankah aku akan menjadi seorang Saul?" tanya Daud dengan mata yang memandang tajam kepada Abisai. "Abisai, untuk menghentikan dia, aku harus menjadi seorang Saul atau Absalom."
"Rajaku dan kawanku, aku berbicara karena sayang kepadamu; kadang-kadang aku pikir kamu tidak waras." Daud menjawab, "Ya, aku memakluminya."
"Raja yang baik, Saul adalah seorang raja yang buruk. Absalom dalam beberapa caranya adalah reinkarnasinya. Hanya kamu saja yang tetap teguh. Selama ini kamu adalah seorang gembala yang hancur hati. Katakan terus-terang, apa yang kau rencanakan?"
"Sampai sekarang, aku tidak tahu pasti. Tetapi aku yakin akan hal ini: diwaktu mudaku, aku bukan Absalom. Dimasa tuaku, aku tidak akan menjadi Saul. Menurut kata-katamu sendiri, dimasa mudaku aku adalah Daud. Dimasa tuaku aku bermaksud untuk tetap menjadi seorang Daud. Meskipun harga yang harus kubayar adalah tahta, kerajaan, dan barangkali juga kepalaku."
Untuk sesaat Abisai diam. Lalu perlahan-lahan ia berbicara untuk memastikan bahwa ia dapat menangkap keputusan Daud. "Kamu bukanlah seorang Absalom; kamu tidak mau menjadi seorang Saul. Tuan, kamu tidak ingin melawan Absalom, kalau begitu aku mengusulkan agar kita memindahkan kerajaan, karena pastilah Absalom akan memerintah."
"Sepasti Raja Saul membunuh seorang anak gembala," jawab raja tua yang bijaksana.
"Apa?" Abisai tersentak.
"Pikirkan hal ini Abisai. Dulu TUHAN melepaskan seorang gembala yang tak berdaya dari tangan seorang raja gila berkuasa. Ia juga sekarang dapat melepaskan seorang raja tua dari seorang pemberontak yang ambisius."
Abisai menjawab dengan pedas, "Kamu meremehkan lawan-lawanmu."
Daud menjawab dengan tenang, "Kamu meremehkan TUHANku."
"Tetapi, Daud, mengapa? Mengapa tidak melawan?"
"Aku akan memberimu jawaban. Kalau kamu masih ingat - sebab waktu itu kamu juga disana – aku memberi jawab yang sama kepada Yoab dulu! Lebih baik dikalahkan, bahkan dibunuh, daripada belajar cara-cara Saul, atau cara-cara Absalom. Kerajaan ini tidaklah demikian berharga. Kalau TUHAN menginginkannya, biarlah IA memilikinya. Aku ulangi lagi: Aku tidak akan belajar cara-cara Saul atau Absalom.
Dan sekarang sebagai seorang tua, aku bisa menambahkan sebuah kata yang dulu tidak kuketahui. Abisai, tidak seorangpun mengenal hatinya sendiri. Pasti aku tidak mengenal hatiku sendiri. Hanya TUHAN saja yang tahu. Apakah aku akan membela diriku sendiri dalam nama TUHAN? Apakah untuk mempertahankan kerajaanku aku akan melempar tombak, membuat rencana, dan memecah belah...dan membunuh roh manusia, jika bukan tubuhnya? Aku tidak mengangkat tanganku agar diangkat menjadi raja. Demikian juga dalam mempertahankan kerajaan. Meskipun ini menyangkut Kerajaan TUHAN!
TUHAN yang mengangkatku. Bukan tanggung jawabku untuk merebut atau mempertahankan otoritas. Tidakkah kamu sadar, barangkali adalah kehendakNYA agar hal ini terjadi? Aku kira, kalau TUHAN mau, Ia dapat melindungi dan memelihara kerajaan ini sekarang. Bukankah ini adalah kerajaanNYA?
Seperti kataku, tak seorangpun mengenal hatinya sendiri. Aku juga tidak mengenal hatiku. Siapakah yang benar-benar mengetahui apa yang ada dalam hatiku?
Dimata TUHAN, barangkali aku dianggapNYA tidak lagi pantas untuk memerintah.
Barangkali IA telah selesai denganku. Barangkali IA ingin Absalom memerintah. Terus terang aku tidak tahu. Apabila ini adalah keinginan-NYA, maka aku juga berharap demikian. Barangkali TUHAN telah selesai denganku!
Setiap pemberontak muda yang melawan orang yang dianggapnya Saul; dan seorang raja tua yang melawan kehendak TUHAN. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan melawan!
Bukankah kelihatan aneh jika mau tetap memegang tampuk pimpinan, padahal TUHAN menghendaki agar aku jatuh?"
Dengan frustasi Abisai menjawab, "Tetapi bukankah kamu tahu bahwa Absalom tidak seharusnya menjadi raja!"
"Apakah aku tahu? Tidak seorangpun tahu. Hanya TUHAN yang tahu dan IA tidak berbicara apa-apa. Aku tidak akan bertempur untuk bisa menjadi raja atau untuk tetap menjadi raja. Biarlah TUHAN datang malam ini dan mengambil tahta dan kedudukan raja dan...," suara Daud melemah, "Dan urapan-NYA dariku. Aku mencari kehendaknya, bukan kuasa-Nya. Aku ulangi, Aku merindukan keinginannya lebih dari kedudukan sebagai seorang pemimpin. Barangkali IA sudah selesai denganku."
Ada suara dari belakang kedua orang ini, "Raja Daud."
"Ya, oh seorang kurir. Ada apa?"
"Absalom. Ia ingin bertemu denganmu sejenak. Ia ingin minta ijin untuk pergi ke Hebron untuk mempersembahkan korban."
Abisai berkata dengan suara parau, "Daud, kamu tahu apa artinya, bukan?"
"Ya." "Dan kamu tahu apa yang akan dilakukannya apabila kamu mengijinkannya pergi, bukan?" Daud berbalik kepada kurir itu, "Katakan pada Absalom, aku akan segera menemuinya." Untuk terakhir kalinya Daud menengok sejenak ke kota yang tenang dibawahnya, lalu ia berbalik dan berjalan ke pintu.
Abisai mendesak, "Apakah kamu akan mengijinkan dia pergi ke Hebron?"
"Ya," kata raja segala raja, "Ya, aku akan mengijinkannya."
Lalu ia berbalik kepada kurir tersebut.
"Inilah waktu kegelapan bagiku. Setelah aku selesai berbicara dengan Absalom, aku akan istirahat. Besok suruhlah seorang nabi datang kepadaku untuk konsultasi. Atau seorang ahli kitab. Setelah aku pikir lagi, kirimkan kepadaku Zadok, Imam Besar. Tanyakan padanya apakah ia dapat datang setelah selesai mempersembahkan korban malam ini."
Sekali lagi Abisai berbicara kali ini dengan lembut. Diwajahnya terbersit kekaguman. "Raja yang baik, terima kasih."
"Untuk apa?" tanya raja, kebingungan sambil berbalik ke pintu.
"Tidak untuk sesuatu yang telah kamu lakukan, melainkan untuk sesuatu yang tidak kamu lakukan. Terima kasih untuk tidak melempar tombak, tidak memberontak terhadap raja-raja, tidak memecahkan kerajaan, tidak menyerang Absalom muda yang wajahnya mirip Daud muda tetapi sebenarnya tidak."
Ia berhenti sejenak.
"Dan terima kasih untuk penderitaan, untuk rela kehilangan segala sesuatu. Terimakasih untuk memberi TUHAN kebebasan untuk mengakhiri, bahkan menghancurkan kerajaanmu - jika itu yang diinginkan-Nya.
TERIMA KASIH UNTUK MENJADI CONTOH BAGI KAMI SEMUA.
"Dan lebih lagi," ia terkekeh, "Terima kasih untuk tidak meminta petunjuk pemanggil arwah."

to be continue

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer