Apa Itu Menyembah

APA ITU MENYEMBAH (worship)

http://gudangpujian.blogspot.co.id/ 

 

Kej 22:25 muncul kata worship pertama kali. Worship dalam bahasa ibrani ”Shachah” artinya berarti tengkurap, membungkuk, meringkuk, menjatuhkan diri, tiarap, memohon dengan rendah hati, bertindak patuh,  menghormati dan menunduk. Ke-24 tua-tua yang dilihat Yohanes di sekeliling takhta Allah dalam Wahyu 4 menyembah Allah dengan cara bersujud. Membungkuk, berlutut, menunduk, tengkurap – semua itu adalah sikap hormat kepada seorang yang lebih tinggi dalam pribadi, posisi, maupun kuasa. Inilah posisi-posisi penyerahan, penundukan, dan penghambaan diri. Sikap penyembahan bisa dilakukan secara jasmani penyembahan tidaklah sepenting sikap hati kita. Allah tidak semata-mata mencari bungkukan tubuh jasmani kita; Ia sedang mencari roh yang rendah hati yang rela untuk  membungkuk. Manusia selalu memberikan penampilan luar yang baik, tetapi Allah melihat hati. Tidak ada yang tersembunyi dari Allah. Ia mengetahui segala sesuatu mengenai kita, yang baik ataupun yang jahat.
Matius 15:8, bangsa ini menyembah tapi hatinya menjauh. Mengapa hati?? “Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahataan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya” – ( Kejadian 6:5-6) Ketika Tuhan mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah Tuhan dalam hatiNya: “ Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan” ( Kejadian 8:21 ) Kecenderungan hatinya “ mengacu kepada pikiran; memilukan hatiNya “ melibatkan emosi; dan “ yang ditimbulkan hatinya” menunjuk pada kehendak. Ketika Allah berkata bahwa Ia menginginkan hati kita, itu berarti Ia mencari pikiran kita, emosi kita, dan kehendak kita. Ia ingin agar kita dapat menyerah total kepada-Nya dalam ketiga bidang itu, sehingga Ia bisa memiliki kendali sepenuhnya atas pemikiran kita, perasaan kita, dan perbuatan kita. Itulah penyembahan yang sejati. Allah sedang mencari orang-orang yang akan menyembahNya dari hati mereka.
Allah menguji Abraham pada titik kasih duniawinya yang paling besar: Ishak. Abraham menunjukkan melalui ketaatannya bahwa kasihnya kepada Allah lebih besar daripada kasihnya pada apa pun atau kepada siapa pun, bahkan anak lelakinya yang berharga dan yang telah lama dinanti. Hati Abraham tidak terbagi; ia adalah milik Allah, baik pikiran, emosi, maupun keinginannya. Allah menguji kita dengan cara yang sama. Ia selalu menjadikan daerah kasih kita yang paling besar sebagai sasaranNya, dan bertanya, “Apakah Aku benar-benar memiliki hatimu ?” Ia mencari hati yang tidak terbagi, bertanya sama seperti Yesus bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini? “ (Yohanes 21:15). Penyembah yang benar tidak memiliki daerah dalam hidup mereka yang tidak diserahkan. Hati mereka dimiliki sepenuhnya oleh Allah.
II.     MENJADI PENYEMBAH BENAR
Ayat 19-20, wanita samaria ini begitu terikat dengan tradisi dan itulah yang terjadi pada masa perjanjian Lama. Dalam penyembahan mereka sangat terikat dengan tempat. Sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Allah menentukan tempat buat mereka untuk menyembah dan Allah hadir di sana. Tetapi Yesus mengubah tradisi (kebiasaan itu). Yesus tidak melarang kita untuk beribadah disuatu tempat, sebab tempat bukanlah penekanannya. Tetapi yang Yesus tekankan adalah fokus dari penyembahan/objek dari penyembahan ketimbang tempat untuk menyembah.
1.      Mengenal Siapa Yang Disembah
Bagi Yesus, kepada siapa kita sembah itu jauh lebih penting dari pada dimana kita menyembah. Ayat 21-22, Yesus menegaskan bahwa penyembah yang benar adalah peyembah yang mengenal siapa yang dia sembah. Objek penyembahan jauh lebih penting dari tempat penyembahan dan pengenalan terhadap objek pemyembahan itu adalah inti yang sebenarnya.
Beberapa fokus yang salah:
a.        Fokus kepada cara atau metode
Dalam zaman moderan ini, setiap orang percaya tumbuh menjadi dewasa bersama film dan televisi yang sangat berorientasi pada hiburan. Hasrat untuk dihibur ini telah mempengaruhi konsep dan pemahaman tentang penyembahan. Gereja2 berlomba-lomba untuk menciptakan cara/metode untuk membuat orang2 terhibur seolah2 orang itu telah bertemu Tuhan. Sehingga banyak orang terfokus pada cara/metode dari pada kepada Tuhan.
b.        Fokus kepada manifestasi Roh Kudus.
Dalam penyembahan sering orang mencari suatu pengalaman yang terpusat pada emosi dan bukannya perjumpaan yang berdasarkan pada kenyataan dengan Dia yang adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yang menjadi fokus adalah manifestasi Roh dan bukannya berusaha untuk mengenal Dia yang rohNya tinggal di dalam kehidupan setiap orang.  Sebagai makhluk yang berorientasi visual, dengan mudah menggantikan hal yang pokok dengan simbolisme. 
c.         Fokus kepada karunia-karunia.
Fenomena yang terjadi hari2 ini banyak orang percaya yang mengejar hamba2 yang berkarunia dari mengejar Tuhan. Fokus bukan lagi kepada Tuhan yang memberikan karunia tetapi kepada karunia, makanya banyak jemaat yang tidak ada digereja krn ada hamba Tuhan yang berkarunia datang dan mereka harus mengikuti KKRnya.Tidak salah kita mengikuti KKRnya tapi fokus kita bukan kepada hamba Tuhannya tetapi kepada TUHAN.
d.      Fokus yang benar adalah Hanya kepada Allah saja
Ilustrasi: Penyembahan seperti itu sama seperti pergi ke pesta ulang tahun dan terpesona pada hiasan-hiasan, menikmati kue dan es krim, dan ikut serta dalam permainan-permainan, hanya untuk menyadari dalam perjalanan pulang bahwa mereka bahkan sama sekali tidak berbicara dengan tamu kehormatan. Penyembahan sejati berfokus pada satu pribadi dan hanya satu Pribadi saja.  Sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, hanya Allah yang layak mendapatkan penyembahan.  Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi, bulan dan bintang, dan menempatkan mereka di tempatnya masing-masing.  Dialah yang membangun dan meruntuhkan kerajaan-kerajaan.  Dialah yang dilihat Yesaya “duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atasNya … Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!” (Yesaya 6:1b-3).
Oleh sebab itu, setiap orang percaya harus berhati-hati menjaga fokus penyembahan agar tetap tertuju kepada Allah saja.  Terlalu gampang untuk jatuh ke dalam perangkap untuk menyembah penyembahan sendiri diri sendiri.  Terlalu gampang untuk meninggikan talenta, kemampuan, atau pemahaman manusia sampai suatu titik merampas dari Allah penghargaan yang mestinya diterima oleh namaNya. Paulus katakan, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

2.         Hasil dari pengenalan Allah
a.        Allah menyingkapkan diriNya kepada manusia
Perempuan Samaria ini dibawa oleh Yesus dalam percakapan yang intim dan penuh dengan keseriusan. Yesus membuka diriNya untuk dikenal. Melalui penyembahan kita dapat mengenal Dia. Perempuan Samaria ini memiliki tingkat pengenalan Akan Allah : 1) Yesus adal seorang Yahudi (asa usul Yesus, ayat 9, 2) Yesus adalah Tuhan (Lord atau Master) artinya Tuan, ayat 11, 3) Yesus adalah seorang nabi, ayat 19, dan 4) Yesus adalah Mesias, ayat 25. Seberapa jauh dan dalam kita mengenal Allah kita. Yesus Bertanya kepada murid2 siapakah Dia? (Matius 16:12:20). Awalnya murid-murid tdk mengenal Dia.
b.        Terjadinya Perubahan Hidup (16-18)
Seorang  yang hidup dalam penyembahan akan mengerti siapa dirinya dihadapan Allah. Allah itu  kudus dan Dia tidak pernah bermain-main dengan dosa. Itu nyata saat Yesus memulai pembicaraan tentang persoalan pribadi dari perempuan Samaria ini. Saat kita sungguh mau menjadi penyembah yang benar maka Allah terlebih dahulu berbicara tentang pribadi kita. Mazmur 24:3-4, dosa membuat kita tidak dapat bertemu dengan Tuhan (Ibrani 12:14). Matius 5:23-24, menyelesaikan dosa. Yakobus 4:8, pertobatan harus dimulai dari hati.
c.         Memiliki Kuasa Untuk Bersaksi
DALAM PENYEMBAHAN MENGHASILKAN KESAKSIAN IMAN YANG DAHSYAT (40-42). Penyembahan yang benar menguatkan kesaksian kita akan Allah. Ketika penyembahan kepada Allah diperbaiki maka kita memiliki kekuatan untuk menginjil. enyembahan memberikan dampak yang sangat2 kuat dalam pemberitaan Injil. Orang yang hidup dalam penyembahan yang benar kan Allah, tidak takut untuk memberitakan Injil Kristus.
3.         Siapakah Tuhan yang kita sembah?
God is Spirit! Allah itu Roh.  Farse ini hampir sama dengan "God is Light" (1Jo_1:5), "God is Love" (1Jo_4:8). Menjelaskan siapa Allah (Bapa) yang harus kita sembah. Allah itu Roh berarti tanpa tubuh, tidak terdiri dari bahan/materi, Dia tidak kelihatan, tidak terbatas oleh apapun, dapat hadir dimanapun dan dalam keadaan apapun. Dia murni dan suci! Ini yang dijelaskan oleh Paulus ketika Paulus memperkenalkan Yesus (Allah) kepada orang-orang Athena. (Kis 17:22-29).
a.        Menyembah dalam roh (pneuma)
Mengapa kita harus menyembah Allah dalam roh? Dengan roh kita dapat berhubungan dengan Allah yang adalah roh. Manusia diciptakan oleh Allah  berbeda dengan ciptaan yang lain. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Dalam diri manusia Allah meletakan satu esensi yang sama dengan dirinya yaitu esensi roh, sehingga manusia dapat berhubungan dengan penciptanya. Ayub 33:4 Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup. Mazmur 104:30 Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi. Mazmur 104:29 Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu.
Pertama, dengan Roh kita memberi kekuatan pada jiwa dan tubuh kita untuk menyembah  (menghapiri) Tuhan Roh kita yang dikuasai oleh Roh kudus akan mampu memberikan kekuatanpada tubuh dan jiwa kita untuk menyembah Tuhan. Daging selalu membawa kita untuk memuaskan hawa nafsu kita tetapi roh selalu membawa kita untuk bertemu dengan Allah. Kedua, dengan roh kita mampu menyembah Tuhan dimanapun dan dalam keadaan apapunPenyembahan yang tidak terbatas adalah ketika roh kita selalu berhubungan dengan Tuhan.  Sekalipun tubuh kita beristirahat, atau sakit dihimpit oleh masalah dan tekanan, namun kita masih dapat menyembah Tuhan. Seperti yang terjadi ketika Paulus dan Silas menyembah Tuhan dipenjara (Kis 16 :25-26)
b.        Menyembah dalam kebenaran (aletheia)
Pertama, Kebenaran merupakan ciri Allah. Segala sesuatu yang kita lakukan harus didalam kebenaran dan dikuasai kebenaran. Kedua, penyembahan kita harus nampak yaitu buah kebenaran. Hidup kita akan menampakan buah.

Komentar

Postingan Populer