Kasih dan Pengharapan

Kasih dan Pengharapan

Kunci kerajaan yang Yesus berikan kepada gereja sesungguhnya berkaitan erat dengan kemampuan untuk berurusan dengan manusia - sesama saudara - dan menolong mereka untuk kembali hidup dalam keakuratan (Mat 16:19, 18:18)

Selama ini sumber dari berbagai masalah yang terjadi di bumi ini adalah 'orang' - seringkali didasari oleh seseorang yang memiliki kekuasaan pada level puncak dan ia masih menyimpan suatu konflik batin, luka/ kekecewaan tertentu sehingga mulai 'memanfaatkan' posisi/ kekuasaan ia miliki untuk mewujudkan agenda pribadinya dan hal itu mengakibatkan terjadinya kekacauan di area-area tertentu dalam kehidupan sehari-hari; untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada, dibutuhkan munculnya 'orang yang berbeda'.

1. Kita harus memiliki sikap hati/ tujuan yang akurat.
Pada saat kita mendapati adanya dosa/ ketidak akuaratan dalam kehidupan salah satu dari saudara seiman (dari bahasa Yunani Hamartia - luput dari sasaran) kita cenderung mempermasalahkan aspek 'Benar-

Salah' dari kasus yang muncul. Yang seharusnya kita lakukan adalah mengutamakan usaha untuk memenangkan kembali saudara kita yang sedang melakukan tindakan tidak akurat tersebut dan baru setelahnya menolong untuk membereskan kasus-kasus yang muncul sebagai akibat dari ketidak akuratannya.

Selama kita tidak memiliki maksud hati, motivasi/ tujuan yang akurat, biasanya usaha untuk menegur hanya akan memperburuk keadaan belaka.

Tapi saya yakin, dengan kita mengadopsi sikap hati/ nature Tuhan yang selalu rindu membawa seseorang kembali kepada kebenaran, kita akan dapat menjangkau saudara-saudara seiman lain yang karena satu dan lain hal sedang hidup secara tidak akurat (Yoh 13:34-35) Mintalah untuk Roh Kudus memberikan roh kasih, pengayoman & penerimaan terhadap semua saudara karena memang itulah yang Tuhan inginkan (1 Kor 13:5-7)

2. Jadikan prinsip firman tertulis sebagai Hakim & Pengambil keputusan tertinggi dalam segala kondisi/ keadaan.

Setiapkali seseorang menghadapi suatu kasus/ pertentangan dengan saudaranya yang lain, akan selalu muncul suatu keadaan dimana masing-masing pihak akan berusaha menceritakan situasi/ keadaan yang dihadapi dari sudut pandang kebenarannya masing-masing sehingga tentu saja hal tersebut hanya akan membuat masing-masing pihak merasa bahwa pihaknyalah yang benar dan pihak satunya sebagai pihak yang salah.

Jika kita ingin membereskan setiap permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya ketidak akuratan, kita tidak boleh melibatkan persepsi, argumentasi manusiawi ataupun filosofi manusia untuk menjadi patokan dalam pengambilan keputusan; hanya prinsip firman tertulis saja!

Walau norma-norma yang berlaku juga bisa dijadikan sebagai patokan dalam kita berupaya 'memenangkan kembali' saudara kita yang sedang hidup tidak akurat, tapi jika seandainya norma-norma tersebut bertentangan dengan prinsip firman, kita harus tetap mempergunakan firman sebagai patokan utama.

3. Terkadang kita harus mengambil langkah 'mengalah demi memenangkan peperangan yang lebih besar'.

Mengalah bukan berarti kalah! Dalam usaha kita untuk memenangkan kembali saudara kita ya g sedang hidup dalam ketidak akuratan, kadangkala mengambil sikap 'berdiam diri' saat saudara kita yang tidak akurat tersebut sedang berkata-kata adalah tindakan yang paling bijaksana. Mungkin sikap kita 'berdiam diri' akan dibaca sebagai sebuah kekalahan; tapi kita tahu, itu adalah sikap mengalah demi untuk meraih kemenangan. Ingat mengalah itu bukan berarti kalah. Dan tujuan kita bukanlah untuk memenangkan suatu perdebatan dengan saudara kita itu tapi justru memenangkan kembali hidup dari saudara kita tersebut.

Dengan kita memenangkan perdebatan dengan saudara kita, bukan berarti kita sudah memenangkan hidupnya kembali; kadang, walau kita sudah 'menang' dalam perdebatan tersebut, saudara kita justru akan makin menjauhi kita...
Dibutuhkan suatu niat/ motivasi yang tulus dan suatu strategi dalam melakukan pendekatan atas saudara kita yang sedang hidup dalam ketidak akuratan sehingga kita justru akan bisa memenangkan hidupnya kembali

Amsal 25:11  Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.

4. Terus naikkan doa yang bertalu-talu - tanpa akhir, meminta campur tangan Tuhan untuk ikut melembutkan hati saudara kita yang sedang hidup dalam ketidak akuratan.

Dalam salah satu perumpamaan, Yesus menegaskan tentang pentingnya bertekun dalam doa (Luk 18:1-8) tapi Ia mengakhiri perumpamaan tersebut dengan suatu statement: ".....Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk 18:8)

Berurusan dengan 'Orang' adalah salah satu tugas yang paling sulit.

Alasannya adalah karena seseorang memang diberi kehendak bebas oleh Tuhan untuk mengambil keputusannya sendiri. Sementara, kadangkala keputusan tersebut tidak akurat - dan inilah akar dari berbagai masalah yang ada di bumi ini. Setiap keputusan seseorang -yang akurat maupun tidak -akan selalu membawa dampak berantai bagi orang-orang lain yang ada di sekeliling hidupnya.

Kita tidak pernah bisa memaksakan kehendak kita ke dalam hidup orang lain - kita hanya bisa membujuk, memohon, memberi pengertian dan berharap melalui apa yang kita sampaikan, orang yang bersangkutan akan menerima perkataan kita & mengalami perubahan. Tapi bagaimanapun sulitnya seseorang, jika kita tidak pernah kehilangan pengharapan bahwa orang yang bersangkutan pasti bisa berubah, kitapun tidak akan pernah berhenti untuk mendoakan dan mengupayakan untuk terjadinya perubahan dalam hidupnya.

Bahkan sementara kita terus mendoakan orang yang sedang hidup tidak akurat tersebut, pengharapan kita akan jadi semakin kuat - karena Tuhan menunjukkan apa yang menjadi rencanaNya atas orang tersebut. Semakin kuat pengharapan dalam hidup kita, semakin cepat pula perubahan dalam alam roh atas hidup orang tersebut terjadi.

Jika batu karang saja dapat berlobang karena tetesan air yang terus menerus, saya yakin, sekeras apapun hati manusia, pasti akan tembus oleh tindakan kasih & pengharapan yang tak kenal lelah.

Ingat, Tuhan selalu merancangkan 'Happy Ending' bagi kita. Jika belum 'Happy', artinya 'belum Ending'. Jika 'belum Ending' artinya Tuhan masih bekerja...!

Jadi teruslah percaya....!#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)

Komentar

Postingan Populer