Jurnal SHRK December 2012 - Hari Ke-1
Jurnal SHRK December 2012 - Hari Ke-1
Jurnalis : Windunatha
Kita telah ada di bulan terakhir dari tahun 2012 yang luar biasa ini.
Jika kita mengingat kembali ke awal tahun hingga sekarang ini, apa saja
yang terlintas di pikiran kita? Apa saja yang telah kita lalui? Apa
yang bisa kita perhadapkan ke Tuhan dengan sujud syukur untuk sepanjang
tahun ini? Apa warna yang telah kita torehkan pada perjalanan hidup kita
untuk satu tahun terakhir ini? Jika kita masih gagal, adakah kita belajar dari kegagalan itu?
Sekarang masih ada hampir sebulan lagi sebelum kita memasuki tahun 2013
nanti. Harapan tetap masih ada selama kita tetap percaya bahwa apa yang
akan Tuhan berikan sesuai dengan yang dijanjikan-Nya. Namun bangsa
Israel sejak keluar dari tanah Mesir tidak ada satu pun yang masuk ke
Tanah Perjanjian selain dari pihak Yosua dan Kaleb.
Pada awalnya, bangsa Israel hidup di tanah Gosyen, sebuah tempat yang
subur BUKAN padang pasir. Jadi sesungguhnya mereka tidak dirancang untuk
menjalani kehidupan sepanjang puluhan tahun di padang gurun dan Tuhan
memahami hal itu, tetapi mengapa Tuhan tetap membawa mereka ke sana?
Bahkan selama perjalanan panjang di padang gurun, bangsa Israel tidak
pernah belajar, melainkan semakin tegar tengkuk dan memperbanyak
sungut-sungut mereka hingga Tuhan terus dipojokkan dan menjadi murka.
Namun bagaimana kita pun tidak menjadi seperti mereka jika kita pun
harus mengalami pengalaman seperti itu?
Tidak perlu kita bahas soal cara hidup dan situasi kehidupan mereka di
padang gurun secara keseluruhan. Mari kita bicara soal makanan saja.
Tiap hari, selama 3 kali sehari mereka hanya makan roti Manna selama 40
tahun. Sedangkan mereka tidak pernah memilih untuk menikmati Manna
tersebut, Tuhan yang memilihkan untuk mereka. Sekarang coba
masing-masing kita memilih menu kesukaan kita sendiri, untuk kita
nikmati 3 kali sehari, setiap hari selama 40 tahun, siapa di antara kita
yang tidak bersungut-sungut sepatah kata pun? Dan jika Tuhan memahami
keadaan ini, lalu mengapa Tuhan seperti kelihatan sangat jahat mengajak
bangsa Israel kepada situasi yang sedemikian rupa beratnya dan
panjangnya sehingga mereka bersungut-sungut.
Rancangan & Destiny Bangsa Israel
Perhatikan apa yang sudah Tuhan rancang dan rencanakan bagi bangsa Israel sejak awal: "Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan TUHAN dari tanah Mesir." - Keluaran 12:41.
Jadi mereka bukanlah segerombolan budak di mata Tuhan, melainkan
segerombolan pasukan yang memiliki panggilan untuk berperang. Namun
mereka tidak pernah memenuhi panggilan berperang tersebut. Dalam
kemahatahuan-Nya, inilah pertimbangan Tuhan: "Setelah
Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui
jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat;
sebab firman Allah: 'Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.'" - Keluaran 13:17.
Idealisme-Nya adalah membawa bangsa Israel keluar, lalu "transit"
sebentar di tanah orang Filistin, baru kemudian masuk ke Tanah Kanaan.
Dan semuanya dapat ditempuh dalam hitungan hari atau minggu juga penuh
dengan suka cita. Tanah orang Filistin itu tanah yang amat subur, sebab
di sanalah Ishak menabur dan menuai 100 kali ganda sedangkan Tanah
Kanaan lebih baik lagi. Belum lagi adanya jarahan yang sudah dibawa dari
tanah Mesir berupa emas dan berbagai benda berharga lainnya yang tak
terhitung jumlahnya. Jika dilakukan dengan taat dan tepat, mungkin hanya
dalam dua hingga tiga tahun, bangsa Israel akan menjadi penguasa dunia
yang sedemikian rupa berkuasanya.
Namun bangsa Israel tidak memenuhi kewajiban panggilannya. Mereka tidak
berpikir dan bertindak sebagai pasukan Tuhan sebagaimana Tuhan
memperlakukan mereka. Dan dengan sangat terpaksa Tuhan menemani mereka
di padang gurun sampai mereka mampu secara mental menerima warisan yang
sudah dijanjikan itu. Pesan firman kali ini hendak berkata bahwa apa
yang Tuhan rancangkan, rencanakan, dan janjikan bagi kita itu tetap
masih ada. Tanah Perjanjian tetap masih ada di tempatnya sekalipun kita
bahkan harus mati di padang gurun. Namun maukah kita mulai peduli dengan
apa yang Tuhan inginkan dalam panggilan yang sudah Tuhan tetapkan bagi
masing-masing kita? Bahkan sekalipun kita kelihatan mustahil, namun kita
percaya bahwa Tuhan memiliki begitu banyak keajaiban asalkan kita tidak
menjadi lemah.
Teruslah Berharap, Tetaplah Beriman
"'Akulah TUHAN. Aku telah menampakkan diri
kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, ...
tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak
oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku. Sebab itu
katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu
dari kerja paksa orang Mesir, ... Aku akan mengangkat kamu menjadi
umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, ... Dan Aku akan membawa kamu ke
negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham,
Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi
milikmu; Akulah TUHAN.' Lalu Musa mengatakan demikian kepada orang
Israel, tetapi mereka tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang berat itu." - Keluaran 6:1-8.
Perbudakan dan luka batin karena perbudakan telah membutakan mata hati
bangsa Israel dan mereka tidak bisa mendengarkan berita pesan suka cita
itu. Bahkan ketika Tuhan membuktikan kemahakuasaan-Nya terhadap Firaun
dan rakyat Mesir, bangsa Israel tetap buta dan tuli karena asa mereka
sudah putus total.
Apa yang sudah kita usahakan sepanjang 2012 ini? Dalam keuangan,
kesehatan, pekerjaan, pelayanan, keluarga, rumah tangga, dan sebagainya.
Dan kita masih belum melihat keberhasilan dalam bidang yang kita
harapkan. Namun cobalah melihat aspek lain yang sampai saat ini masih
terpelihara dengan begitu baik. Sebagai contoh, ada seorang pria yang
kesehatannya terganggu selama beberapa waktu dan sudah mencoba dengan
berbagai cara untuk sembuh, namun kesembuhan tak kunjung ada. Sedangkan
secara keuangan ia tetap makin berlimpah, istri, anak-anak dan
keluarganya terpelihara dengan amat baik, bahkan ia masih bisa jadi
berkat bagi banyak orang lainnya. Pantaskah pria tersebut berkata,
"Tuhan jahat" hanya karena kesehatannya yang masih belum sembuh total?
Padahal ada didikan Tuhan yang hendaknya ia terima dan akan ia pahami
maksudnya pada waktunya.
Namun jika pria tersebut malah menjadi lemah dan dengan sengaja tidak
menjaga hatinya sehingga harapannya ikut tergerus sejalan dengan
pemikirannya sendiri, maka bahkan apa yang masih baik dari padanya pun
dapat terhilang. Bahkan ketika berkat mulai datang kepada hidupnya, ia
tidak mampu meraih apa yang sudah ada di tangannya. Lepas karena
berhenti berharap.
Sebab bukan kepada panahku aku
percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku kemenangan, tetapi Tuhanlah
yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan orang-orang
yang membenci kami Kauberi malu.
Komentar
Posting Komentar