Jurnal SHRK December 2012 - Hari Ke-2
Jurnal SHRK December 2012 - Hari Ke-2
Jurnalis : Windunatha
Perhatikan benih pohon beringin (oak wood), ketika ditanam dan
dipupuk untuk beberapa hari pertumbuhannya tidak seberapa. Namun dengan
jangka waktu yang relatif cepat, pohon beringin yang memiliki tinggi 1 -
1,5 meter akan memiliki kedalaman akar yang lebih panjang daripada
tinggi pohon tersebut dan panjang akan yang juga lebih panjang daripada
tingginya. Dan ketika hendak dicabut, akarnya sudah terlalu luas dan
dalam untuk dimusnahkan. Dan jika pohon ini ditanam dekat rumah atau
teras, dalam waktu beberapa minggu, akarnya akan sangat merusak rumah
tersebut. Demikian pula dengan dendam, kepahitan, kekecewaan, amarah dan
sejenisnya. Jika semua itu tidak segera dibereskan sedini dan sesegera
mungkin maka hal itu akan terus merusak kehidupan, iman dan harapan
kita. Semua TANPA TERKECUALI, tidak ada seorang pun di muka bumi ini
yang tidak memiliki benih kejahatan seperti, semua kita memilikinya.
Kita perlu memohon kepada Tuhan untuk Dia menyelidiki hati kita
masing-masing dan menunjukkan kepada kita serta menanggulangi (benih)
"beringin" yang ada di hati dan batin kita.
Pemberontakan Yang Fatal
"Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi,
beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya
orang Ruben, mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa,
beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu,
yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan.
Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada
keduanya: 'Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang
kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu
meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?'" - Bilangan 16:1-3. Demikianlah
Korah, Datan, Abiram, On dan 250 orang yang merasa benar, merasa
terkenal serta merasa punya nama baik di antara kalangan bangsanya
sehingga mereka merasa berhak menggulingkan Musa dan Harun.
Lebih fatal lagi, ketika Musa memanggil Datan dan Abiram untuk dicarikan
solusi yang terbaik, maka respon mereka terhadap panggilan Musa, "Belum
cukupkah, bahwa engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang
gurun, sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami?
Sungguh, engkau tidak membawa kami ke negeri yang berlimpah-limpah susu
dan madunya, ataupun memberikan kepada kami ladang-ladang dan
kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka. Masakan engkau dapat mengelabui mata orang-orang ini? Kami tidak mau datang." - Bilangan 16:13-14.
Sikap hati seperti itu jelas ada kepahitan dan kekecewaan, sama seperti
sebagian besar kita semua pasukan-Nya. Yang merasa sudah berkorban
sedemikian rupa, sudah kehabisan waktu, tenaga, bahkan uang, namun
melihat kenyataan tidak ada yang berubah dan fakta yang masih terlalu
jauh dari harapan yang dijanjikan. Dan ujung-ujungnya menuduh
pemimpin-pemimpin kita sendiri dengan rasa penuh kecewa dan marah.
Dan lebih berbahaya lagi sikap seperti ini sangat mudah dan cepat
"menular" tanpa dapat disadari sebelumnya. "Tetapi pada keesokan harinya
bersungut-sungutlah segenap umat Israel kepada Musa dan Harun, kata mereka: 'Kamu telah membunuh umat TUHAN.'
Ketika umat itu berkumpul melawan Musa dan Harun, dan mereka
memalingkan mukanya ke arah Kemah Pertemuan, ... Dan mereka yang mati
kena tulah itu ada empat belas ribu tujuh ratus orang banyaknya, belum
terhitung orang-orang yang mati karena perkara Korah. Ketika Harun
kembali kepada Musa di depan pintu Kemah Pertemuan, tulah itu telah
berhenti." - Bilangan 16:41-50.
Perhatikan kasus cerita ini, Korah, Datan, Abiram dan gerombolannya
meng"kudeta" Musa & Harun. Lalu Musa langsung menyerahkan kasus ini
kepada Tuhan. Keesokan harinya Musa meminta semua rakyat menjauh dari
Korah sehingga hukuman Tuhan tidak ikut menimpa rakyat. Karena ada jarak
tertentu, maka ada "missing link" yang tidak diketahui oleh
rakyat. Jadi ketika Korah dikubur hidup-hidup ke dalam dunia orang mati
oleh Tuhan sendiri, rakyat menganggap itu sebagai ulah Musa yang sedang
mengutuki secara verbal kepada Korah. Maka pada hari yang berikutnya
rakyat memberontak kepada Musa dengan pemahaman yang sama sekali keliru.
Respon Musa
Pada titik peristiwa ini, Musa sudah dipastikan "kena penalti" untuk
tidak beroleh masuk ke Tanah Perjanjian. Namun Musa tidak pernah
mencondongkan hatinya kepada berkat, baginya hati Tuhan jauh lebih
penting daripada janji-Nya. Pernah suatu ketika Tuhan sudah ingin
meninggalkan bangsa yang tegar tengkuk itu, dan memberi jaminan supaya
seorang malaikat diutus untuk menghalau semua musuh, Musa tetap
menginginkan penyertaan Tuhan lebih dari segalanya, untuk berapapun
lamanya waktu yang harus dihabiskan lagi di padang gurun. Itu sebabnya,
Musa tetap memiliki sikap hati yang benar, ia tetap mengerjakan
pertobatannya dengan benar. Kita harus memiliki sikap yang sama untuk
dapat berjalan dari kemuliaan kepada kemuliaan, untuk dapat menari di
atas gelombang, untuk menaklukkan dunia. "Ketika Musa mendengar hal itu, sujudlah ia." - ayat 4. "Tetapi sujudlah mereka berdua
dan berkata: 'Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu orang saja
berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan ini?'" - ayat
22. "Ketika ia berdiri di antara orang-orang mati dan orang-orang hidup, berhentilah tulah itu." - ayat 48. Musa tidak membela dirinya, namun masih tetap bersyafaat bagi "musuh"nya.
Satu-satunya reaksi yang bisa kita lakukan ketika keadaan semakin
tidak dapat kita pahami dan tidak menentu adalah semakin bersujud di
hadapan-Nya. Ingatlah bahwa selalu ada Iblis yang berdiri di samping Tuhan karena mereka bersama-sama menantikan reaksi sikap hati kita.
Kita tidak dapat melakukan hal lainnya lagi, meragukan Tuhan jelas
bukan pilihan, karena keadaan yang ada hanya sementara seperti sebuah
turbulensi ketika kita sedang terbang tinggi. Namun dengan bersujud,
kita akan terus naik melampaui semuanya itu.
"Tidak ada gunanya kami memberi jawab
kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup
melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang
menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi
seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui bahwa kami tidak akan
memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku
dirikan itu." - Daniel 3:16-18. Diberkati ataupun tidak diberkati, sikap hati mereka tetap sama. Dan sikap inilah yang harus lahir dari diri kita masing-masing.
Komentar
Posting Komentar