We Are The Champion
Minggu, 02 Desember 2012
We are The Champion
Pdt. Petrus Agung
Jurnalis : Antonius FW
Setiap
orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih
ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena
ia lahir dari Allah. (1 Yoh 3: 9)
Saat akan kelahiran anak pertama p Agung, dokter kandungan bertanya apakah akan menemani persalinan atau tidak. Saat bilang mau, dokter meragukan, lalu berikan p Agung video tentang terbentuknya sebuah janin. Sperma pria pada pembuahan kira-kira 40 juta, dan begitu masuk terjadi seperti lomba lari dan ketahanan fisik antara sel-sel tersebut. Tubuh manusia mempunyai mekanisme pertahanan otomatis terhadap masuknya benda asing, maka segera segera sistem itu aktif. Akibatnya sel-sel yang berlomba berguguran. Di ujung pertandingan hanya beberapa saja yang tertahan dan mencapai sel telur. Di akhir hanya 1 yang berhasil masuk ke dalam sel telur, dan pintu sel di tutup- game over, dan sel lain mati pelan-pelan !
Secara manusia kita adalah produk terbaik, best of the best ! Kita berasal dari benih yang bisa mengalahkan sekian banyak benih yang lain, dan merupakan benih yang terbaik dari benih yang ada pada waktu itu.
Kata benih di ayat di atas adalah sperma = (G4690) σπέρμα
Begitu kita lahir baru dan terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat kita, yang kita undang masuk ke hati kita adalah benih terbaik sepanjang masa, dan merupakan benih Ilahi.
Di dalam kita ada 2 jenis benih terbaik: jasmani dan terutama yang rohani !
Maka
tidak ada alasan untuk tidak berkata: We are the Champion,
dan kita tak terkalahkan !
Maka
tidak ada yang mustahil bagi orang yang PERCAYA!
Dengan potensi juara seperti di atas, ternyata banyak anak Tuhan yang hidupnya kalah.
Ada
3 kemungkinan penyebab seorang yang berpotensi juara tapi ternyata
hidupnya mengalami banyak kekalahan:
1. Mengalami penderitaan dan kekurangan terus-menerus sehingga menghapus pengharapan.
Kel 6: 1-8
Lalu
Musa mengatakan demikian kepada orang Israel, tetapi mereka tidak
mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena
perbudakan yang berat itu (Kel 6: 8)
Karena
orang Israel alami ratusan tahun diperbudak dan ditindas, akibatnya
saat kabar baik datang, itu tidak berarti apapun bagi mereka. Orang
yang putus asa adalah orang yang kehilangan pengharapan, tidak
percaya adanya mujizat dalam hidupnya.
Respon orang yang putus asa jika ada orang diberkati dan bersaksi :
- Sopan: puji Tuhan, tanpa komentar tambahan apapun.
- Kurang sopan: bagus bagimu, tapi tidak bagi saya.
- Parah: Iri, mengkritik kesaksian sebagai pamer.
Orang yang terlalu lama dalam kondisi menanti atau mengalami aniaya, harus waspada, karena semua itu bisa mengikis habis pengharapannya.
Kadang
kita fokus kepada satu berkat, tapi mengabaikan begitu banyak berkat
yang Tuhan alirkan dalam hidup kita.
Contoh: Orang sakit mengharapkan berkat kesembuhan. Saat belum sembuh anggap tidak ada berkat Tuhan, padahal di sisi lain ada keluarga yang baik dan materi bertambah. Tapi karena fokus di satu sisi dan itu menekan, akhirnya kita tidak bisa melihat berkat lain yang turun dalam hidup kita. Hal ini membuat kita kurang bersyukur dan sikap hati kita salah.
Kesaksian: setelah KKR di kupang, p Agung naik pesawat ke Malaysia. Saat terjadi turbulence di udara, ada penumpang lain yang sangat ketakutan. Jika dalam kondisi seperti itu kita bisa tenang: itu adalah berkat.
Jika hari ini kita dianugrahi kesehatan dan bisa menikmati hidup, itu juga berkat.
Ketika pengharapan hilang dan kemudian menganggap berkat Tuhan yang lain tidak ada, maka ujungnya kandidat juara ini akan rontok di dalamnya.
Dalam diri kita ada potensi juara yang luar biasa, karena ada benih Ilahi di dalam kita !
Jangan pernah kehilangan pengharapan! Karena orang yang kehilangan pengharapan tidak bisa bergerak ke mana-mana.
Sebagai
seorang ayah yang tidak sempurna, kebaikan kita masih jauh dibanding
dengan kebaikan Bapa. Bapa rela menyerahkan nyawa anakNya untuk kita
! Ketika kita berikan yang terbaik untuk anak kita, bahkan yang dia
tidak minta, apalagi BAPA di Surga ! Jangan curiga terhadap Tuhan !
2. Kita bertarung di gelanggang orang lain yang bukan arena/ bidang kita
1 Kor 12: 14-22 – Banyak anggota tapi satu tubuh.
Champion bukan hanya satu. Di event seperti PON atau Olympiade ada banyak cabang olah raga yang dipertandingkan. Setiap pemenang di masing-masing cabang mendapat medali yang sama, dan juga penghargaan yang sama. Setiap atlet harus tahu bertanding di bidang apa, di mana lokasi pertandingan, jadwal dan di kelas apa dia harus bertanding.
Kita adalah bagian dari tubuh Tuhan, dan masing-masing punya bagian yang sama hebatnya !
Kita
cenderung ikut panggilan orang lain, ingin jadi orang lain, dan
bermain di arena orang lain, dan tidak kuasai arena kita sendiri.
Akibatnya kita tidak merasa sebagai juara.
Contoh:
Atlet catur tidak latihan sekeras atlet tinju.
Setiap
kita punya bagian dan bidang masing-masing yang harus kita
taklukkan dan kuasai !
Seandainya
Yesus atau Paulus bertemu dengan salah seorang terkaya di dunia,
mereka tidak akan minder, karena Yesus dan Paulus berada dan
mengerjakan bagiannya yang berbeda: menyebarkan kabar baik. Sedangkan
orang-orang kaya mengerjakan di bidang bisnis.
Jika kita tahu bagian kita, maka kita akan jadi champion di bidang itu
Kesaksian: P Agung menginap di rumah salah satu staff sebuah gereja. Orang ini ingin keluar karena tidak tahan bergaul dengan jemaat-jemaat yang kaya. Saat jemaat yang kaya bercerita tentang liburan ke luar negri, staff ini bisa ajukan kisah yang beda: mengabarkan Injil kepada jiwa-jiwa yang terabaikan, lalu membabtis mereka. Maka staff inilah yang akan menang dalam pembicaraan itu, karena bertanding di bidangnya sendiri.
Penyebab kita tidak jadi champion karena kita melihat orang lain, kemudian ingin seperti orang itu, dan lupa bahwa kita punya bidang yang unik.
Kita akan jadi juara dalam jalur dan bidang yang Tuhan sudah tetapkan dalam hidup kita!
3. Tuhan bukan singkirkan beban kita, tapi memberi penghiburan yang memperkuat kita.
Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan
Allah
sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala
penderitaan kami,
sehingga
kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-
macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari
Allah. (2 Kor 1: 3-4)
Tuhan adalah Bapa yang penuh belas kasihan, sumber penghiburan. Tuhan menyatakan kasihNya kepada Paulus bukan dengan mengangkat penderitaannya, tapi dengan menghibur Paulus.
Penderitaan tetap harus kita lewati, bagian Tuhan adalah menghibur kita.
Penghiburan yang Tuhan berikan akan membangkitkan kekuatan di dalam kita,
dan
yang di dalam kita itu akan menghasilkan kekuatan untuk mengalahkan
penderitaan
Proses ini seperti cara menanam korma. Bibit di tanam, di atasnya diberi batu besar. Maka saat tunas mulai tumbuh dan terbentur batu di atasnya, tunas dipaksa tumbuh ke bawah untuk mencari mata air lebih dulu. Setelah mendapat air, tunas semakin kuat, dan akhirnya bisa mendongkel batu besar itu. Tanpa dihalangi batu, kurma akan mudah dirobohkan oleh badai gurun.
Kekuatan mujizat untuk mendongkel semua masalah dan problem ada di dalam kita, bukan dari luar !
Khotbah, pujian, penyembahan dan doa memberi makan jiwa dan roh kita, supaya yang di dalam kita bangkit. Kebangkitan yang di dalam akan menyingkirkan batu besar yang menghambat kita.
Kesaksian: saat sedang jemput anak sekolah, ada masalah dan tekanan dalam hidup p Agung. Di dalam mobil ber AC- p Agung berkeringat deras karena tekanan masalah. Tiba-tiba ada orang luar kota yang telpon p Agung dan lihat Tuhan Yesus sedang menyeka keringat p Agung, dan berkata: “Ayo, kamu kuat sahabatku! “. Awalnya p Agung kecewa karena Tuhan tidak singkirkan masalah itu, tapi Roh Kudus menegur p Agung. Kemudian Roh Kudus jelaskan cara kerja kerajaan surga, dan bahwa saat itu Tuhan sedang beri penghiburan yang menguatkan.
Mari berharap mujizat terjadi HARI INI, I expect a miracfle today !
Now
faith is the substance of things hoped for, the evidence of things
not seen. (Ibr 11: 1, KJV)
Komentar
Posting Komentar