Kisah Kesaksian Ev. Nany Susanty - Janji & Proses Penggenapan Mendapat Kantor Baru
Kisah Kesaksian Ev. Nany Susanty - Janji & Proses Penggenapan Mendapat Kantor Baru
Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." - Yakobus 4:13
Ev. Nany Susanty saat itu masih
menjadi notaris aktif di kota Cirebon. Kantor lamanya dirasa sudah
sangat sempit dan tidak lagi mencukupi untuk menampung berkas-berkas
berbagai data yang ada. Beliau berdoa supaya Tuhan memberikan sebuah
tempat baru yang lebih luas untuk kebutuhannya yang semakin meningkat.
Beberapa waktu kemudian, beliau mendapati sebuah tempat bekas kantor
pemerintahan yang sudah kosong dan tidak dipakai, dan mencoba
"berinisiatif" menanyakan tentang tempat tersebut. Ternyata harga
sewanya cukup murah, hanya Rp 2.500.000,- per tahun.
Ibu Nany berdiskusi dengan
suaminya, dan direspon, "Mungkin dari Tuhan." Hanya mendapat respon
seperti itu, TANPA bertanya kepada Tuhan lagi, Ibu Nany membayarkan uang
sewa untuk satu tahun dan dijanjikan akan diserahkan kunci dalam waktu 3
bulan. Namun setelah 4 bulan ditunggu, kunci tidak pernah diserahkan
sampai sekarang, dan belakangan baru diketahui bahwa beliau ditipu.
Mengalami hal itu, Ibu Nany minta ampun dan bertobat sungguh-sungguh.
Dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Sekian waktu berlalu, seseorang
dari luar kota menjanjikan untuk memberikan sebuah tempat di daerah
pusat kota Cirebon untuk Ibu Nany bisa pakai sebagai kantor baru selama
10 tahun tanpa bayar sewa. Mendengar hal yang menakjubkan itu, Ibu Nany
tetap berusaha menjaga hati, tidak membiarkan kegirangan menguasai
hatinya. Setelah bertanya kepada Tuhan dan memperoleh persetujuan-Nya,
Ibu Nany barulah merespon orang tersebut untuk menerima tempat baru itu.
Karena sikap hatinya, bahkan Tuhan membuat orang tersebut yang
membayari renovasi tempat tersebut.
Memasuki tahun ke-8 sejak kantor
baru ditempati, Tuhan berjanji untuk memberikan tempat tersebut kepada
Ibu Nany. Sebelumnya, pemilik tempat tersebut sudah memberitahukan bahwa
ia memiliki banyak properti di Cirebon dan semuanya telah dijual,
kecuali tempat yang dijadikan kantor notaris itu, pemiliknya berikhtiar
untuk tidak akan menjualnya. Sungguh sebuah kenyataan yang bertolak
belakang dengan janji Tuhan. Namun bagaimana caranya, Ibu Nany tidak
berani gegabah seperti dulu lagi. Semua menunggu waktu dan petunjuk
Tuhan.
Setelah beberapa waktu berdoa,
Tuhan menunjukkan untuk Ibu Nany mengutarakan niatnya untuk membeli
tempat tersebut dan menanyakan harganya. Ternyata pemilik tempat
tersebut menyetujui Ibu Nany membelinya. Persetujuan jual beli sudah
ada, tinggal uangnya yang belum ada. Dan untuk itu, Ibu Nany tidak bisa
berbuat apa-apa selain menanti petunjuk Tuhan selanjutnya.
Seorang makelar tanah datang
menawarkan sebidang tanah di sebuah daerah pinggiran kota Cirebon,
beberapa hari setelah persetujuan jual beli itu. Merasa tidak
membutuhkan tanah, melainkan rumah untuk kantor, tentu saja tawaran
tersebut ditolaknya. Namun anehnya tiga hari berturut-turut makelar
tanah tersebut datang menawarkan, hingga kali yang ke-3 Tuhan
memerintahkan untuk tidak menolak, melainkan menerimanya. Tanah tersebut
seluas 2,5 hektar ditawarkan seharga Rp 5.000.- per meter. Setelah
mengecek semua surat & sertifikat tanah tersebut dan menyepakati
harganya, Ibu Nany membayar separuh dari harga tanah tersebut.
Keesokan harinya, Ibu Nany
beserta suami mencoba melihat tanah yang ditunjukkan Tuhan, yang telah
dibeli dan dibayar separuh itu. Dan ternyata tanah tersebut adalah
JURANG. Melihat segala kenyataan yang ada, Ibu Nany merasa begitu bodoh
dan sedih. Pikirnya, "Bagaimana mungkin dapat menjual tanah itu dengan
harga yang lebih tinggi dan memperoleh keuntungan." Namun Tuhan hanya
menjawab, "Sekarang kamu tidak tahu, tapi nanti kamu tahu." Dan dengan
firman-Nya itu, setiap kali Iblis menyerang pikirannya dengan
mengingatkan soal "jurang" tersebut, Ibu Nany hanya berseru, "Sekarang
aku tidak tahu, tapi nanti aku tahu!" Hal ini bukan terjadi 3-4 hari,
namun 3-4 bulan.
Setelah 4 bulan berlalu, seorang
pengusaha dari Jakarta datang mencari Ibu Nany untuk membeli tanah
"jurang" tersebut. Sungguh ajaib pikirnya, karena tidak menyangka bahwa
"jurang" ada yang mau membeli. Ketika ditanya soal harga, dalam hati Ibu
Nany sudah bersyukur jika dibayar dengan harga yang sama persis dengan
harga saat membeli dari tangan makelar tersebut. Untunglah hikmat Tuhan
menuntunnya. Ibu Nany mencari tahu alasan pengusaha tersebut membeli
tanah "jurang" itu. Ternyata pengusaha tersebut akan membangun sebuah
hotel dan membutuhkan tanah :jurang" tersebut sebagai akses ke hotel
tersebut, sebab tanah yang diperuntukan bangunan hotel terletak di
belakang tanah "jurang" tersebut.
Merasa posisi "di atas angin",
Ibu Nany membuka harga Rp 75.000,- per meter dan setelah melalui proses
negosiasi dan meminta petunjuk Tuhan, harga yang disepakati jatuh di Rp
50.000,- per meter, 10 kali lipat dari harga belinya. Pengusaha tersebut
membayar tunai. Dan segera Tuhan memerintahkan supaya semua keuntungan
dari penjualan tanah tersebut dan setelah dipotong perpuluhan, sisanya
tepat untuk membeli rumah yang telah ditempatinya sekian tahun sebagai
kantor barunya itu.
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Komentar
Posting Komentar