Ballet dan Tarian Gereja (part.2)
Ballet dan Tarian Gereja (part.2)
Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai pengaruh tarian
atau tehnik ballet dalam koreografi tarian gereja. Berikut kita akan
melanjutkan pembahasan kita dan mengulas lebih jauh mengenai seputar
tehnik-tehnik ballet yang kerap kali di gunakan namun dilakukan dengan
tehnik yang salah.
4. Chaines / Tourne / Soutenu / Pivot Turn (turn/berputar/berputar dengan bantuan tumpuan)
Dalam tarian ballet, gerakan berputar dengan kaki sebagai poros dalam
satu putaran atau dua atau lebih dari dua putaran adalah hal yang biasa
dan sudah pasti akan dilakukan dalam koreografi tarian ballet. Terutama
dalam koreografi tarian ballet klasik, seorang penari di tuntut untuk
melakukan putaran lebih dari 2 kali atau minimal 2 kali, ditempat atau
berpindah tempat.
Tehnik yang paling utama dalam berputar yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut:
a. Spot / Spotting
Tehnik spot atau spotting, adalah tehnik berputar dimana kita menetapkan
arah pandangan kita di satu titik, dimana titik tersebut ada di arah
putaran kita dan ketika kita berputar baik ke kiri atau ke kanan, kita
terus menetapkan pandangan kita pada titik tersebut dan bilamana putaran
tubuh kita tidak memungkinkan lagi untuk kita melihat titik tersebut,
kita memputarkan kepala kita dengan cepat dan mencari kembali titik
tersebut.
Dengan tehnik ini, kita menjaga cairan dalam tuba yang terletak pada
bagian dalam telinga kita yang befungsi sebagai penjaga keseimbangan
yaitu 'semicircular canals' dimana cairan yang berada dalam tuba
tersebut apabila terguncang-guncang atau tidak stabil, maka akan
membemberikan efek pusing pada tubuh.
Pada kebanyakan penari gereja atau penari yang tidak terlatih dengan
benar, mereka melakukan gerakan berputar tanpa menggunakan tehnik
spotting ini sehingga mereka merasa pusing apabila gerakan berputar ini
dilakukan berulang - ulang. Lebih parah lagi beberapa dari mereka bahkan
melakukannya dengan kepala tertunduk atau pandangan ke lantai. Ini
justru membuat efek pusing akan lebih parah yang akhirnya bisa membuat
konsentrasi atau keseimbangan si penari menjadi terganggu. Akibatnya,
setelah melakukan gerakan berputar, si penari akan sulit melakukan
gerakan berikutnya dengan maksimal.
Padahal, tehnik spot atau spotting ini bisa membuat penari, khusus nya
penari yang menari dengan rambut tergerai menjadi sangat indah,
dikarenakan dengan tehnik spot atau spotting ini dapat memberikan efek
khusus pada rambut ketika berputar sehingga terlihat menjadi lebih
menarik.
b. Poros Rotasi
Tehnik berikutnya yang perlu di perhatikan dalam melakukan gerakan
berputara adalah poros rotasi. Kalau kita melihat gangsing, kita bisa
melihat bahwa benda tersebut berputar ditempat dengan menggunakan satu
poros. Dengan menggunakan tehnik yang sama, apabila kita berputar ke
kiri atau ke kanan, kita pun menggunakan salah satu dari kaki kita
sebagai poros untuk berputar. Memang untuk gerakan berputar ada dua,
yaitu berputar di tempat, atau berputar berpindah posisi baik ke kiri
ataupun ke kanan, kedepan atau kebelakang. Untuk tehnik berputar di
tempat, sama hal nya pada konsep gangsing, kita menggunakan satu kaki
sebagai poros sementara untuk kaki yang tidak di gunakan, dapat kita
tekuk dengan posisi telapak kaki lancip (point) menempel di mata kaki,
atau di samping lutut baik lutu yang ditekuk dalam keadaan parallel,
atau ke arah luar tubuh (turn out) dan satu kaki yang kita gunakan
sebagai poros, harus dalam keadaan jinjit atau 'rise' atau 'demi
pointe'. Ini dimaksudkan agar perputaran lebih mudah dilakukan dengan
mengunakan luas kaki yang lebih sedikit.
Gerakan ini di dalam ballet disebut dengan 'pirouette en dedans'.
Gerakan ini dapat di kategorikan gerakan yang agak sulit, karena si
penari akan di tuntut untuk bisa memiliki keseimbangan dengan 1 kaki
sambil jinjit dan berputar satu putarar. Tehnik yang benar untuk
melakukan gerakan ini dalam ballet klasik adalah si penari harus
meluruskan kakinya dan mengunci semua otot kakinya dalam keadaan lurus
ketika naik ke demi pointe atau ketika ia berjinjit, dan jinjintan
tersebut harus dilakukan dalam keadaan full, dan pada saat seluruh tubuh
di tompang dengan satu kaki dalam keadaan demi pointe atau berjinjit,
bagian dari pinggang keatas terutama bagian 'core' atau pusat tubuh
harus dalam keadaan kencang dan terkunci. Ini agar supaya si penari
dapat menjaga balance nya pada saat ia berputar.
Pada penari yang belum terlatih dengan baik, sering sekali mereka
melakukan gerakan ini dengan lutut pada kaki yang menjadi poros tidak
kencang dan pusat tubuh nya tidak terkunci, sehingga mereka terjatuh
sebelum sempat menyelesaikan satu putaran. Ditambah dengan tidak
menggunakan tehnik spotting yang benar, dapat menyebabkan si penari
tidak mendarat dengan keseimbangan yang baik dan menyebabkan cidera pada
tumit atau pergelangan kakinya.
Tehnik poros rotasi yang kedua adalah berputar pindah posisi ke kiri
atau ke kanan, ke depan atau ke belakang. Untuk berputar berpindah
tempat, dibutuhkan kedua kaki kita sebagai poros rotasi. Kedua kaki kita
harus bekerja bersamaan secara berkesinambungan untuk menyelesaikan
satu putaran tubuh. Tehnik yang benar adalah, awalan dapat di awali
dengan melangkahkan kaki yang searah dengan arah putaran, contohnya
apabila kita ingin berputar ke kanan, maka kaki kanan kitalah yang di
langkahkan. Setelah kita melangkahkan kaki, kita mulai setengah
lingkaran pada kaki kanan dan kaki kiri kita tahan di samping kaki kanan
dengan demi pointe/berjinjit atau menapak, angkat sedikit saja agar
kaki kiri bisa tetap bergerak mengikuti tubuh, sehingga kita menghadap
ke belakangan. Otomatis arah kanan kita akan berubah menjadi kiri. Pada
saat itu, kira kita yang berfungsi sebagai poros, dengan menapak atau
demi pointe/berjinjit, meneruskan putaran ke kanan setengah lingakaran
sehingga posisi badan kita kembali menhadap ke depan. Apabila putaran
yang diminta lebih dari satu kali, si penari hanya perlu mengulangi
tehnik yang sama ke arah yang sama.
Sama hal nya pada berputar dengan menggunakan satu kaki sebagai poros,
pada penari yang belum terlatih dengan baik, apabila ia melakukan
gerakan berputar berpindah tempat dengan tehnik yang tidak benar, maka
ia akan kesulitan menempatkan kakinya yang bisa menyebabkan ia
tersandung oleh kakinya sendiri.
c. Balance / Center
Pada pembahasan posisi tubuh di artikel sebelumnya, kita sudah membahas
posisi tubuh yang benar dan posisi tubuh yang tidak benar seperti
contohnya tubuh yang berat badannya terlalu kebelakang atau terlalu
kedepan. Dan seperti sebelumnya kita juga sudah membahas bahwa posisi
badan yang salah tersebut bisa mempengaruhi penari untuk melakukan
gerakan putaran.
Sama halnya dengan gangsing, benda tersebut bisa berputar lama dan tetap
pada posisinya yang tegak, karena bentuknya yang simetris dan pembagian
berat di sekelilingnya sama rata. Apabila ada satu sisi yang lebih
berat, maka gangsing itu tidak akan bisa berputar tegak dengan porosnya.
Apabila si penari memiliki tendensi tubuh yang terlalu berat ke
belakang atau ke depan, maka hal itu bisa mengakibatkan si penari
terjatuh kearah dimana berat tubuhnya lebih condong, dan bisa bahaya
apabila si penari tersebut melakukan gerakan berputar dengan cepat,
ditambah dengan tidak melakukan tehnik spot atau spotting yang benar.
5. Pose Temps Leve
Pose Temps Leve adalah gerakan dimana kita melakukan lompatan dengan satu kaki, sementara kaki lainnya dalam posisi ditekuk, atau di angkat ke samping, depan atau belakang (biasanya ke belakang, membentuk posisi 'arabesque') atau dalam posisi yang biasa disebut 'attitude' (di tekuk sambil di angkat) yang dimana dalam ballet klasik, telapak kaki tersebut harus dalam keadaan 'full pointe' dan mendarat dengan kaki yang sama. Sementara lompatannya tersebut harus dilakukan dengan full dan ketikan berada di udara, kaki yang menjadi tolakan harus dalam keadan lurus terkunci, dan telapak kaki 'full pointe'. Gerakan ini benar-benar mengandalkan kekuatan kaki yang menjadi tolakan untuk melambungkan seluruh tubuh ke udara, tanpa bantuan badan bagian atas.
Pada kebanyakan penari gereja, ketika mereka melakukan gerakan ini, tolakan yang dilakukan tidak full, kaki yang menolak pun tidak terlalu kuat untuk menolak seluruh badan ke udara sehingga tidak ada kesempatan untuk kaki yang menolak untuk 'full pointe', yang terkesan hanya sekedar 'asal lompat' dan kaki yang satu lagi tidak jelas posisinya, apakah lurus, bengkok seperti 'attitude' dan telapak kaki tidak 'full pointe'
6. Couru
Couru, adalah serangkaian gerakan kecil yang dilakukan pada posisi kaki 'demi pointe' atau 'pointe' dengan kaki dekat denga satu dan lainnya (biasanya di ballet, di lakukan dengan kaki dalam posisi 5) yang akhirnya membuat tubuh berpindah posisi baik ke kiri atau ke kanan, ke depan atau ke belakang.
Sekilas, gerakan ini terlihat cukup simple dan mudah dikerjakan, sehingga rata-rata penari gereja sering memasukan tehnik ini kedalam tarian. Namun sayangnya sering sekali penari gereja melakukan tehniknya dengan tidak posisi kaki 'demi pointe' nya tidak full dan tidak melakukan serangkaian gerakan kecil seperti tehnik yang seharusnya, tapi lebih ke: 'hanya berpindah tempat pelan-pelan dengan langkah kecil-kecil'.
Komentar
Posting Komentar