Jalan Penghambaan



Jalan Penghambaan
Ev. Yusak Tjipto



Yesaya 49:3 Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah hamba-Ku, f  Israel 1 , dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku. g "

Lukas 1 : 38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu 1 ." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Malam itu ibadah yang saya layani itu usai sudah, saya beranjak dari tempat duduk saya. Sebelum saya sempat berjalan keluar terlalu jauh, beberapa anak Tuhan datang mendekati saya. Nampak wajah mereka begitu senang. Mereka mengaku sangat diberkati dengan apa yang Tuhan pesankan. Rupanya banyak hal yang ingin mereka tanyakan. Dalam beberapa menit kami terbenam dalam keceriaan, kami berbincang tentang Tuhan Yesus yang amat saya cintai. Makin lama kerumunan itu makin banyak dan percakapan kami menjadi makin seru. Tiba-tiba sat u suara yang sudah tidak asing lagi yaitu suara Tuhan sendiri berkata : “Senang ya....Yusak”

Saya tersentak kaget dari nada bicaraNya saya tahu Tuhan tidak suka. Saya sadar apa yang membuatNya tidak berkenan. Tuhan tidak menghendaki hati saya jadi menyimpang. Sebab dengan menikmati kerumunan orang banyak itu, tanpa saya sadari saya bisa dengan mudah mencuri kemuliaan Tuhan. Memang saya menjawab pertanyaan mereka sesuai dengan Firman Tuhan, namun saat itu figur yang nampak adalah diri saya. Dengan sendirinya fokus orang-orang itu akan mengarah kepada diri saya.

Dengan menikmati kerumunan orang banyak itu, bisa membuat saya bangga dan itu adalah kebanggaan yang salah. Sebab semuanya itu adalah milik Tuhan dan tidak ada hubungannya  dengan saya sebagai hambaNya. Sadar akan bahaya itu saya segera bergegas meninggalkan mereka. Permintaaan serta rengekan mereka yang meminta saya agar saya tidak meninggalkan tempat itu tidak mampu mencegah langkah saya meninggalkan tempat itu. Saya taakut mencuri kemuliaan Tuhan.

Sejak saat itu, ada kesadaran yang lebih lagi muncul dalam hati saya. Betapa tidak mudahnya mempertahankan Hati Hamba ditengah-tengah hiruk pikuknya pelayanan yang penuh warna itu. Ya tanpa banyak disadari pelayanan seringkali menempatkan si Hamba Tuhan sebagai Fokus Perhatian. Jika pelayanan kita bertumbuh sedemikian rupa dan jadi berkat bagi banyak orang, maka makin banyak orang juga yang membutuhkan kita sebagai hambaNya. Status kita didunia pun mulai terpandang, orang-orang akan menghormati kita. Penghargaan serta perlakuan orang terhadap kita mulai berubah. Kita para hamba Tuhan ini mulai mendapatkan fasilitas yang sangat luar biasa. Apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan kita akan mudah dan selalu tersedia.

Akibatnya kita tanpa sadar menjadi orang-orang bukan yang melayani tetapi yang dilayani. Nah inilah yang membuat hati kita dengan mudah menjadi serong. Hati Hamba kita mulai memudar, kita menjadi orang yang suka menuntut. Fasilitas yang kita minta makin tinggi standarnya, makin lama makin banyak yang kita minta. Arogansi makin meninggi dan itulah awal kejatuhan.

Didunia ini semakin Tuhan memberi kepercayaan yang makin besar, seakan kita dibawa pada posisi yang makin tinggi. Namun perjalanan rohani kita yang sebenarnya adalah Perjalanan Penghambaan. Sikap kita sebagai seorang hamba tidak boleh berubah sekalipun kita hidup ditengah kemilaunya harta dunia. Inilah bagian yang paling sulit. Sebab itu berarti kita dituntut untuk hidup secara bertolak belakang. Hingar bingar diluar tidak boleh membuat hati kita sarat dengan kemewahan dan pesta pora sendiri. Melainkan makin lama makin merendah dan akhirnya sungguh-sungguh mengosongkan diri sama seperti seorang hamba sejati.

Lalu seperti apa perjalanan penghambaan itu ? Apa yang dimaksud dengan perjalanan penghambaan yang didalamnya terdapat kunci-kunci yang bisa membuat kita bisa mencapai garis akhir ? Tulisan ini akan membawa kita dalam perjalanan rohani yang menggairahkan. (Bersambung)

Jatiwangi, 30 April 2016
By His Grace
Jurnalis :

Joshua Ivan Sudrajat S

Komentar

Postingan Populer