Pengharapan



Pengharapan
Joshua Ivan Sudrajat


Roma 15 : 13 “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.”

Apa yang menyebabkan anda dapat tetap bertahan jika anda berada dalam keadaan ditawan dalam sebuah ruangan bawah tanah yang dingin, gelap dan dengan cahaya yang redup dan sangat terbatas yang masuk melewati lubang kecil yang ada di pintu, yang menolong anda untuk mengetahui saat siang ataukah  malam hari. Bagaimana anda dapat bertahan hidup dengan keadaan serba terbatas, makanan terbatas, air terbatas ?

Pengharapan (Hope) adalah suatu dasar yang menjadi kekuatan kita untuk kita bertahan. Pengharapan kita didalam Yesus yang membuat kita bisa bertahan.

Seperti yang sering engkong Yusak Tjipto katakan : “Hidup Kekristenan itu adalah berjalan sendiri dengan Tuhan.” Hidup Ikut Tuhan itu nggak gandeng-gandengan. Seringkali kita memaksakan standar hidup kita kepada orang lain. Standar Pengharapan kita C harus diterapkan kepada saudara kita yang standar pengharapannya A ya nggak bisa, akan mentok.

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (Ibrani 6 : 19)

Pengharapan didalam Allah adalah sebuah sauh atau jangkar untuk hidup kita, seperti sauh dari sebuah kapal, sauh itu menjaga kita sewaktu kita diserang atau diombang-ambingkan oleh badai kehidupan. Sauh ini berbeda karena kabel atau kawat yang menghubungkan kita dengan sauh kita naik ke hadirat Tuhan bukannya ke bawah seperti sauh sebuah kapal.

Sauh ini berbeda karena kita diberi sauh untuk maju ke depan dan bukan hanya berdiam diri saja dan berbeda karena sauh kita tidak terbawa oleh arus. Sauh kita adalah pasti, secara mutlak dan pasti tidak akan dapat patah, tidak akan menyimpang atau dipindahkan.

Pengharapan kita didalam Allah tidak akan mencegah serangan angin badai, tetapi memampukan kita untuk tetap tegak berdiri bahkan terbang seperti Rajawali yang terbang tinggi melintasi angin badai.

Kita memiliki pengharapan didalam Tuhan, perjalanan kita mengikut Tuhan tidak mudah. Saya belajar mengikuti Tuhan sejak saya bertobat lahir baru 18 Oktober 1991 sampai sekarang, saya mengalami banyak angin ribut.

Tahun 2007 adalah angin badai mulai menerpa, mama sudah mulai kolaps secara ekonomi, dia stress dan memendam sendirian hutang-hutangnya sehingga ia sering sakit dan maag blooding belasan kali masuk rumah sakit dan diabetesnya tidak stabil. Sampai puncaknya Mei 2010 mama terjatuh di kamar mandi dan mata kaki sebelah kirinya menonjol keluar dan patah harus di operasi, oleh sebab itu operasi ditunda.

Secara medis kaki mama harus diamputasi namun karena saya memiliki pengharapan didalam Tuhan maka kaki mama saya tidak diamputasi sehingga ketika dia pulang ke rumah Bapa di Surga dalam keadaan utuh sempurna.

Secara manusia itu merupakan tidak mungkin karena lukanya akan membusuk namun keajaiban terjadi, lukanya kering total. Saya bersyukur karena saya tidak sendirian ada hambaNya Ev. Yongki Gunawan yang mendoakan mama saya bersama Tante Yohana yang menguatkan saya.

Saat-saat ini saya masih terus belajar bersama Tuhan, berjalan sendirian bersama Tuhan. Memiliki pengharapan sama Tuhan dan bahkan saya teringat akan kotbahnya Pak Agung mengenai naikkan level pengharapanmu.

Kiranya renungan pagi ini menjadi berkat buat pembaca sekalian. Tuhan Yesus memberkati.

By His Grace

Ivan Sudrajat S

Komentar

Postingan Populer