Bahtera Nuh




Sejak pertama kali kami, beberapa hamba Tuhan disuruh mengadakan acara Bahtera, kami tidak pemah memikirkan sampai kepada hal-hal yang kecil-kecil, karena kalau dipikirkan, pasti kami tidak akan mampu. Apalagi, memperbandingkan dengan Bahtera Nuh, yang dicatat dalam kitab Perjanjian Lama. Pada waktu Bahtera Nuh dibangun orangnya masih sedikit. Sekarang ini, manusia di dunia ini semakin banyak. Sehingga pada waktu mulai mengadakan acara Bahtera yang disuruhkan kepada kami itu, kami berpikir dan bertanya: "Bahteranya sebesar apa?" Kemudian pikiran kami mulai jalan.

Padahal Tuhan memberikan penglihatan bahwa, "Bahteranya itu bukan seperti Bahtera biasa. Panjangnya luar biasa, lebih panjang dari pada dunia, tipis dan landp." Cara membawa orang masuk ke dalam Bahteranya pun, Tuhan tunjukkan. Ternyata setiap kita pribadi itu punya Bahtera hidup sendiri-sendiri. Gereja juga punya sendiri.
Tuhan bilang: "Aku tidak minta kamu masuk, tapi kamu melekat." Tiap-tiap Bahtera itu, baik yang kecil, maupun yang besar, dekat dan melekat kepada Bahteranya Yesus. Setelah menempel maka tambah lama, tambah tebal, tambah besar, sehingga merupakan Bahtera yang lebih besar dari daratan.

Pertama kali acara Bahtera diadakan di Semarang. Kami hanya taat saja.
Waktu itu Holy Stadium (gedung gereja JKI Injil Kerajaan di jalan Arteri, Semarang) belum jadi 100%. Tapi kami mengalir saja. Biarpun kursi belum ada dan gedung belum selesai, masih berlubang, tapi sudah ada atapnya. Apa yang kita tidak pernah pikirkan, itu yang Tuhan mau. Jadinya luar biasa! Biaya milyaran rupiah bisa tersedia, dan itu karya Tuhan.

Setelah diadakan di Semarang, kami kemudian mengadakannya di Lampung, Kalimantan, Papua, Eropa dan Manado. Ketika kami telusuri, waktu diadakan di Kalimantan, saya tidak bisa hadir. Hanya suara saya yang sampai.

Pada waktu Tuhan mengatakan kepada kami untuk mengadakan bahtera di Irian dan membuka Golden Gate di sana, Tuhan berkata: "Bukalah karena Aku akan masuk. Karena Injil harus diberitakan dari Yerusalem sampai ke ujung bumi dan sekarang Aku harus balik dari ujung dunia masuk ke Yerusalem." Setelah dari Papua, kami ke Israel. Setelah kami sampai di Israel, Tuhan memerintahkan supaya kami ke Golden Gate.

Untuk mendekati Golden Gate di kota Yerusalem itu susah sekali, karena itu merupakan daerah terlarang. Pada waktu melihat 'Golden Gate' Tuhan berbicara kepada adik saya, Nany (Ibu Nany, melayani di P.D. Ecclesia Cirebon).
Tuhan berkata: "Kamu harus mendekati Golden Gate, sedekat mungkin."
"Tidak boleh kan Tuhan?" jawab saya.
Tuhan berkata lagi: "Memang sulit, tetapi kamu bisa." Tuhan tidak memberitahukan, bagaimana caranya menuju ke sana. Tour Guide (pembimbing perjalanan) juga berkata, bahwa kami tidak boleh mendekat ke sana.

Kemudian kami lapor kepada Tuhan bahwa menurut guidenya tidak mungkin! Aneh. Tuhan justru berbicara kepada salah satu dari mereka, guide itu.
Ia kemudian bertanya kepada kami: "Berapa orang yang akan masuk ke sana?" Kami menjawab: "Hanya kami berenam." "Oh, hanya enam. Baiklah, saya antarkan!" Suatu keanehan terjadi. Sang guide tahu benar, bahwa itu adalah suatu larangan. Setelah dia mengantarkan kami, kami bertanya kepadanya, mengapa ia begitu berani melakukan hal tersebut? Ia menjawab: "Tidak tahu." Sebab itu Anda harus percaya, jika Tuhan yang perintahkan. Dia tahu karena Dia berbuat baik, meskipun hal itu kelihatan berbahaya dan tidak enak. Waktu kami tanya, dikatakan tidak mungkin boleh didekati karena dijaga oleh tentara. Tapi Tuhan memerintahkan kami harus pergi ke sana.
Secara logika, perintah ini melanggar aturan yang berlaku di sana. Kalau saya pakai pikiran sendiri, saya tidak mau mendekat. Sebab, tidak ada orang yang mau ditangkap, apalagi di negeri orang. Masalah besardan rumit sudah di depan mata. Lalu kami taat saja. Kami melakukan perintah Tuhan. Sampai di Golden Gate, ketika saya pegang, barulah kemudian Tuhan bicara, kalau kami disuruh berdoa.

Tuhan tidak memberitahukan kepada kami dari dulu, bahwa kami disuruh berdoa. Kalau diberi tahu dari dulu, saya bisa jawab, berdoa di mana saja, sama. Kenapa harus jauh jauh ke Golden Gate. Setelah sampai di sana baru Tuhan berkata: "Berdoa menghadap Bapa dalam nama-Ku, minta supaya kedatangan-Ku dipercepat!"

Kemudian kami juga ke Manado. Tiba di sana kami belum mengerti juga apa yang harus kami lakukan. Kemudian Tuhan berkata: "Kamu harus berdoa, minta supaya murka Iblis itu ditahan 3 tahun." Kami jalani semua yang Tuhan suruh. Kami berdoa dan merenung.

Kemudian, Tuhan gambarkan semua yang kami sudah jalani dalam pelaksanaan bahtera ini. Mulai dari Semarang, Lampung, Kalimantan, Papua, Eropa, Sulawesi.

Saya diingatkan kepada apa yang Tuhan sudah sampaikan kepada saya 20 tahun yang lalu, kalau Tuhan sudah pernah bicara. Sebab dalam dunia roh 20 tahun itu sekejap, tapi di dalam dunia pikiran dan daging kita, itu lama. Lalu Tuhan mengatakan: "Aku sudah bicara 20 tahun yang lalu. Kamu punya tugas untuk minta kepada-Ku supaya menahan kekuatan musuh selama 3 tahun."

Marilah kita pasang mata dan telinga rohani yang benar. Saya ajak Anda untuk melihat, mengevaluasi semua yang sudah kita lakukan, lalu berpikir sendiri dan berdoa. Jangan lalu berkata: "Sekarang, harus cepat-cepat selesaikan semua yang aku senangi. Terus yang anak-anak berkata: "Aku tidak mau sekolah lagi, malas belajar." Atau yang dewasa berkata: "Aku tidak mau kerja lagi, tapi mau cari Tuhan! Setiap hari mau doa dan puasa." Kalau kita menangkapnya begitu dan tindakan kita seperti itu, namanya tidak bijaksana, tapi maunya sendiri.

Dalam hal ini, saya mengalami dilema. Kalau Anda diberitahu tidak bisa menangkap, kemudian menerimanya secara dunia, tapi kalau tidak diberitahu, Anda tidak siap.


Makanya, pada peristiwa kelahiran Tuhan Yesus pun, tidak ada yang tahu. Karena, manusia tidak bisa menerima dengan akal sehatnya.

Cobalah kita lihat dan analisa lalu kita berdoa. Memang waktunya sudah sangat singkat. Kita harus berdoa karena setiap kita punya jatah dan tugas sendiri-sendiri. Kita selalu inginnya pengangkatan, nanti kalau pulang ke rumah Bapa, bisa bersama-sama. Padahal, kita punya tugas, tanggungjawab dan urusan masing-masing.

Tuhan memerintahkan saya untuk minta supaya kekuatan musuh itu ditahan, itu untuk negara kita Indonesia. Inilah saatnya kita bergerak bersama Tuhan untuk memenangkan Indonesia. Ketika kekuatan musuh ditahan selama tiga tahun ini, gunakan waktu yang ada dengan maksimal. Cari Tuhan secara pribadi dan jarah jiwa-jiwa untuk dibawa masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
(Kesaksian Drg. Yusak Tjipto dalam buku ”Garis Akhir”)

Komentar

Postingan Populer