Hati Yang Lembut

HATI YANG LEMBUT

Ps. Joseph Hendrik Gomulya


Daud adalah seorang yang sangat lembut hatinya dan mudah untuk bertobat yang membuatnya sangat berbeda dengan yang lain, salah satu contohnya seperti ketika dirinya di tegur oleh nabi Natan.

(Mazmur 51:1-21 TB) "Pengakuan Dosa"

Salah satu alasan yang membuat Tuhan sangat berkenan kepada Daud adalah karena hatinya yang lembut, hati yang mudah di sentuh oleh Tuhan, hati yang mudah bertobat. Tuhan mengetahui bahwa sesungguhnya kita ini adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dan banyak kelemahan seperti Daud yang mempunyai kelemahan dalam hal SEX, tetapi Daud selalu sangat bergumul dengan ini (ayat 5). Tuhan menginginkan ketika kita menyadari dimana kelemahan kita, kita mau bergumul akan hal itu dimana kita menghadapi hal itu dan tidak menyembunyikannya. Bergumul juga berarti jujur dengan Tuhan, mengandalkan Tuhan untuk merubah.

Kesadaran akan dosa itu adalah awal untuk orang bertobat seperti Daud yang menyadari akan dosa dan pelanggarannya. Mengenali diri kita adalah sebuah pintu dimana Tuhan mengubah seluruh hidup kita karena yang Tuhan inginkan adalah sikap hati kita. Apabila sikap hati kita lembut dan yang di dalam kita berubah dan bertobat sungguh-sungguh maka prilaku yang di luar pasti akan mengikuti. Sikap yang bergumul juga seperti Yakub yang tidak mau melepaskan sampai Tuhan memberi jawaban kepadanya.

Ketika mempunyai kelemahan, kita harus bergumul dengan Tuhan dan meminta jaminan dari Tuhan sampai Tuhan melepaskan kita.

"Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu." (Mazmur 51:6 TB)

Setiap kali kita berdosa kita mesti mengerti bahwa yang kita sakiti adalah Hati-Nya, yang kita sakiti adalah orang yang kita Cintai dan yang sangat mencintai kita, dan Daud mengerti akan hal ini. Setiap kali kita berdosa yang kita lukai bukan diri kita,  bukan orang lain tetapi yang tanpa kita sadari justru Hati Tuhan yang kita lukai. Mari kita membandingkannya dengan Saul di 1 Samuel 13 untuk supaya kita bisa belajar hal-hal yang berbeda dimana Daud yang adalah seorang raja mau mengakui  dosa dan kesalahannya di depan nabi Natan bahkan dia menulis akan itu semua. Sangat banyak orang ketika berbuat dosa jangankan untuk mengakuinya, aib itu akan di simpan dan orang lain tidak boleh mengetahui akan hal itu yang penting dirinya mau merubah dan tidak lagi melakukan dosa itu.

Daud memang seorang raja yang berbeda dan special, seorang raja yang begitu di hormati, seorang raja yang begitu di urapi dan ketika dirinya jatuh ke dalam dosa dengan Betsyeba sebenarnya Daud bisa menutupi dan menyangkalnya semua yang nabi natan katakan bahkan mengusirnya. Tetapi Daud mengakui itu bahkan sampai mengoyakkan jubahnya dan dia bertobat. Daud bahkan menulis dosa dan kesalahannya itu agar orang lain bisa belajar dari hal tersebut, dimana pelajaran itu bukan hal yang baik saja karena kegagalan itu bisa menjadi berkat buat orang lain apabila kita mengetahui bagaimana cara menyikapinya.

Berbeda dengan Saul yang selalu tidak mau jujur, selalu mengandal pikiran dan caranya sendiri.

 (1 Samuel 13:1-14 TB)

Jabatan dan panggilan tidak berdiri sendiri selalu harus di barengi “BERJALAN DENGAN TUHAN” – “HATI YANG BERKENAN”. Setiap Saul melalukan kesalahan, dia selalu berkata “maka pikirku”, jadi sebenarnya tidak ada niat jahat dari Saul. Saul tidak belajar untuk bertanya kepada Tuhan untuk setiap hal yang ingin di kerjakannya. Kesombongan Saul adalah akar dari kejatuhannya, akar dari masalah seperti dikatakan ketika dirinya memimpin dua ribu orang Mikhmas dan ketika anaknya Yonatan anaknya memimpin seribu orang memenangkan peperangan, dengan pikiran manusianya Saul meniup sangkakala agar setiap orang mengetahui bahwa dirinya telah memenagkan peperangan tetapi akarnya sebenarnya adalah KESOMBONGAN, Yonatan yang memenangkan peperangan Saul yang mencuri kemuliaan itu.

Penghalang terbesar untuk orang memiliki hati yang lembut, hati yang mudah bertobat adalah mengandalkan pikiran manusia. Setiap kali orang mengandalkan pikirannya lebih dari Firman, mengelola segala sesuatu dengan pikirannya maka orang itu akan sulit untuk bertobat karena akan terus berargumen dan berbantahan dengan Tuhan, tidak pernah memakai hatinya. Yang tanpa di sadari ini yang membuat hati menjadi keras, selalu merasa benar dan ujungnya kesombongan.

Yonatan sebenarnya sudah memenangkan peperangan tetapi karena Saul tidak bertanya kepada Tuhan apa yang selanjutnya harus di lakukannya. Jadi mari selalu bertanya kepada Tuhan untuk setiap langkah kita dan tidak memakai dan mengandalkan pikiran kita karena disini niat Saul sebenarnya baik. Di level dimana kita di penuhi oleh Roh Kudus Tuhan akan melihat seberapa kita bergantung kepada Roh Kudus yang sudah di berikan karena cara Tuhan akan berbeda dengan orang yang belum di penuhi Roh Kudus. Kekuatan harus dibarengi dengan tanggung jawab, kebergantungan kita kepada Tuhan. Ini yang sering kali tidak di pahami, seberapa hati kita mau berjalan bersama Tuhan tanpa mengandalkan pikiran manusia kita tetapi kita selalu bertanya, sepakat dan menunggu waktu Tuhan karena apa yang kita pikirkan belum tentu tepat seperti yang Tuhan pikirkan. Bahkan Saul memakai Firman Tuhan untuk memberikan sanggahan kepada Samuel. Orang yang tidak lembut hatinya bisa memakai Firman untuk membenarkan setiap kesalahan dan ujungnya membuat Tuhan tidak berkenan.

Nabi Natan sebenarnya hanya seorang nabi kecil dibandingkan dengan nabi Samuel yang seorang nabi besar, yang dahulu memimpin bangsa Israel tetapi kenapa Daud bisa bertobat ketika nabi Natan yang hanya seorang nabi kecil menegurnya? Karena hati Daud yang lembut. Apabila anda mengenal dan berjalan dengan Tuhan memakai hati anda bukan memakai pikiran maka itu akan sangat berbeda. Ketika di tegur oleh nabi Natan, Daud tidak menunggu sampai besok saat itu juga Daud langsung bertobat dan terus bergumul akan hal itu.

Setiap kelemahan atau setiap bentuk kedagingan itu harus di matikan dan seringkali kita harus bergumul untuk mematikan perbuatan daging itu karena seperti Firman-Nya berkata apabila daging dibuahi itu menjadi dosa.

"Sebab itu Saul berkata: “Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.” Lalu ia mempersembahkan korban bakaran."  (1 Samuel 13:9 TB)

Saul membawa dan mempersembahkan sendiri korban bakaran itu sebenarnya baik untuk membuat pendamaian dan meminta belas kasihan Tuhan padahal Samuel telah berkata untuk menunggunya terlebih dahulu. Jadi bukan sekedar korbannya saja tetapi harus selalu dalam ketepatan perintah yang sepaket dengan korbannya karena Samuel adalah seorang Imam dan Saul sendiri bukan seorang Imam. Dan karena berpikir bahwa Samuel terlambat, maka Saul membawa korban bakaran itu sendiri karena ingin itu cepat dilakukan sehingga membuat Saul menjadi tidak sepakat dengan Samuel.

Seringkali ketika kita di berikan otoritas kita tidak mengerti bahwa sebenarnya kita harus sepakat dengan Tuhan untuk melakukan itu dengan memakai cara dari Tuhan. Samuel mungkin saja sedikit sengaja untuk datang agak terlambat karena cara Tuhan memang terkadang seperti itu agak sedikit terlambat untuk menguji apakah kita tetap mau sepakat atau tunduk dengan Tuhan.

"Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang. Saul pergi menyongsongnya untuk memberi salam kepadanya."  (I Samuel 13:10 TB)

Di katakan “baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang”. Jadi selisih waktunya tidak lama, masih di hari yang sama dan mungkin di jam yang sama, makanya jalan bersama Tuhan tidak seperti yang kita pikirkan seperti ketika kita dalam penyembahan, hati kita harus selalu terkoneksi dan bertanya kepada Tuhan lagu apa yang Tuhan ingin kita naikkan dalam penyembahan. Roh kudus adalah pribadi yang akan menolong kita bagaimana membawa korban itu dan bukan dengan pikiran kita untuk dupa penyembahan itu naik (korban) dan Memuliakan Bapa. Ketika Saul dengan pikirannya membawa korban itu sendiri meminta belas kasihan Tuhan, Tuhan tidak berbicara kepada Saul karena memang itu bukan jawatan atau bagiannya dan juga caranya yang salah, jadi mari terus belajar bagaimana cara Tuhan untuk kita melayani.

Apabila kita membaca kisah Saul, sejak dirinya di urapi menjadi raja sampai saat Roh Allah meninggalkannya, Saul sama sekali tidak pernah bertanya, bergaul dan bergantung kepada Roh Allah. Hanya sekali Saul mengalami kepenuhan Roh Allah ketika dia berkumpul bersama dengan nabi-nabi selebihnya tidak pernah, padahal Roh Allah di berikan untuk membuatnya tetap ada dan memimpin bangsa Israel dalam pekenanan Tuhan. TB

"Tetapi kata Samuel: “Apa yang telah kauperbuat?” Jawab Saul: “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas," (1 Samuel 13:11 TB)

Yang ada dalam pikiran Saul hanya dirinya sendiri, jadi korban itu hanya sebagai alat untuk rakyat tidak meninggalkannya, supaya dirinya tetap punya pengaruh dan di segani. Pelayanan tidak bisa di jadikan alat untuk mengejar popularitas dan jabatan, di sini Saul memperalat Tuhan untuk rakyat tidak meninggalkan dirinya. Jadi Saul adalah contoh orang yang selalu hanya mengandalkan pikiran dan memikirkan dirinya sendiri, memikirkan tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri sehingga membuatnya sulit untuk bertobat karena yang ada adalah kebenaran diri sendiri.

Iblis selalu menyerang dengan masuk kedalam pikiran kita seperti yang Saul lakukan ketika melihat rakyat meninggalkannya, yang masuk ke dalam pikiran Saul adalah membawa korban bakaran itu sendiri karena Samuel yang di tunggunya belum datang juga, Saul mengandalkan pikirannya untuk supaya Tuhan berbelas kasihan kepadanya.

Saul tidak menyadari bahwa belas kasihan Tuhan itu turun hanya ketika orang bertobat. Jadi jangan pernah memperalat belas kasihan Tuhan karena seberapa banyak korban pun itu tidak akan pernah di kenan oleh Tuhan apabila itu tidak di persembahkan dengan hati yang hancur dan remuk (Mazmur 51:19). Seharusnya saat itu Saul bertanya kepada Tuhan ketika mengalami masa kesulitan dan tekanan seperti itu dan tidak mencari kambing hitam untuk bagaimana dirinya bisa bertahan. Seharusnya Saul mencari dan bertanya kepada Tuhan apa yang di inginkan-Nya dan bertobat sungguh-sungguh dengan apa yang Tuhan tidak sukai, mencari akar permasalahannya dan menggumulinya.
Seringkali anak-anak Tuhan melakukan banyak pelayanan untuk menutupi dosa dan kesalahannya dan berharap untuk Tuhan berkenan padahal esensinya sebenarnya bukan seperti itu. Seharusnya yang di dalam kita yang harus di bereskan terlebih dahulu dengan bergumul dan memperhadapkannya kepada Tuhan untuk tidak menyakiti dan mendukakan hati Tuhan.

Hari-hari ini Tuhan sedang ingin memulihkan Gereja-Nya dimana-mana kepada kemurnian. Jadi mari meminta untuk hati kita tidak ada yang lain, kita ada bukan untuk mempertahankan jabatan atau jawatan apapun tetapi hati kita hanya untuk Tuhan saja. Pelayanan tanpa menyentuh hati Tuhan tidak akan pernah memberi dampak, pelayanan yang menyentuh hati Tuhan membuat Tuhan berkenan karena fokusnya kepada Tuhan bukan kepada diri sendiri. Jangan pernah melayani hanya untuk supaya di lihat orang atau untuk kebanggaan diri sendiri.

"Tetapi kata Samuel: “Apa yang telah kauperbuat?” Jawab Saul: “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan Tuhan ; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran.” (1 Samuel 13:11-12 TB)

Saul bukannya bertobat tapi justru menyalahkan Samuel yang adalah pemimpinnya dan orang yang mengurapi dan nabi bagi dirinya. Orang yang tidak lembut hatinya, orang yang hatinya keras akan selalu memberi argument dan selalu ada ego/kebenaran diri sendiri yang di hembuskan iblis masuk ke dalam pikiran.

Seringkali kita berpikir bahwa apabila seseorang telah kepenuhan Roh Allah maka otomatis segala apa yang di pikirkan berasal dari Roh Allah atau ketika sekarang  hidup kita telah di tebus oleh Darah Yesus otomatis pikiran kita menjadi seperti pikiran Kristus sehingga apa yang dianggap baik lakukan saja. Sebelum kita kepenuhan atau belum memiliki Roh Allah mungkin hal itu bisa di toleransi oleh Tuhan tetapi sejak kita kepenuhan dan mempunyai Roh Allah seharusnya kita semakin bergantung kepada Roh Allah.
Saul sebenranya sudah sekian tahun memerintah menjadi raja bahkan dia memerintah selama 40 tahun. Tetapi dari sekian tahun itu Saul tidak bisa belajar bagaimana mengandalkan Tuhan dan selalu mengandalkan pikirannya sehingga kemudian berpikir bahwa dia bisa menjadi raja dengan hanya mengandalkan pikirannya dan berpikir apa yang dilakukannya dikenan oleh Tuhan, padahal ada batas dimana apabila orang tidak belajar bagaimana bergantung dengan Tuhan maka tidak akan pernah dikenan di hati Tuhan.

Mari belajar ketika Tuhan masih memberi kita toleransi atau kesempatan untuk terus belajar dalam bergantung dengan Tuhan. Jangan mengandalkan pikiran yang adalah jebakan dari iblis karena sampai pada suatu waktu di titik krusial Tuhan tidak akan mentolelirnya lagi.

Jadilah seperti Daud yang berkenan di hati Tuhan, yang tidak mengandalkan pikirannya untuk menyentuh hati Tuhan. Hanya dengan Roh Allah yang berdiam di hati yang akan menuntun dengan hati yang lembut yang terus terkoneksi dengan Tuhan. Mari mematikan setiap ego, kesombongan, atau kepentingan diri sendiri karena apabila Tuhan tetap membiarkan kita harus berhati-hati karena itu yang membuat orang jatuh.

Saul yang selalu mengandalkan pikirannya berani melakukan sesuatu yang bukan bagiannya yang mana seharusnya itu dilakukan oleh Samuel sebagai seorang Imam dan nabi Tuhan. Kita semestinya mengerti dimana bagian kita, sampai dimana batasannya dan tidak mengerjakan yang bukan bagian kita, yang adalah tanda kerendahan hati. Ketika kita tidak mengerti dan justru memberanikan diri itu adalah kenekatan.

"Kata Samuel kepada Saul: “Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya Tuhan mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya."  (I Samuel 13:13 TB)

Orang tidak akan mungkin bisa mengikuti perintah Tuhan kalau dirinya, kesombongan, dan kepentingan dirinya di depan. Di dalam melayani Tuhan dan berkata semuanya untuk Tuhan, mau melakukan segala perintah-Nya itu berarti kita tidak lagi menjadi penting dan kepentingan dan perintah Tuhan itu yang paling penting.

Sewaktu seseorang fokus buat dirinya sendiri, menjaga kerajaanya sendiri dimana sebenarnya pusatnya untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan Tuhan, padahal sewaktu seseorang fokus kepada perintah Tuhan, menyenangkan hati Tuhan dan melakukan perintah-Nya tepat maka kerajaan itu otomatis akan kokoh, tetapi orang tidak bisa menjaga apa yang Tuhan berikan padahal Tuhan yang sedianya akan mengokohkan. Mari melayani Tuhan tanpa harus orang lain mengetahui apa yang kita lakukan (pelayanan tanpa wajah), matikan setiap kesombongan dan kepentingan kita yang mau muncul. Orang berkenan tidak ada yang di ingini selain Tuhan dan kita mau melepaskan setiap apa yang Tuhan inginkan untuk diubahkan dalam hidup kita.

"Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. Tuhan telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu.” (1 Samuel 13:14 TB)

Berkenan di hati Tuhan adalah orang yang mengikuti dan taat kepada perintah Tuhan. Ketaatan itu adalah ketepatan, penundaan itu sama dengan ketidak taatan, melakukan dengan cara dan waktu sendiri itu sama dengan ketidak taatan.

Mari terus belajar sampai Tuhan memilih kita menjadi orang yang berkenan di hati-Nya.

Amin...

Writer Untung Bongga Karua

Komentar

Postingan Populer