TETAPLAH MENJADI DIRIMU

TETAPLAH MENJADI DIRIMU, 1 Korintus 7:17-20:



    Image


Dalam artikel Mengikat dan Melepaskan - Matius 16:19,18:18, kita bersama telah belajar bahwa Tuhan Yesus memberikan wewenang kepada murid-murid-Nya pada otoritas menetapkan suatu peraturan/ keputusan (dogma) yang diperlukan dalam penggembalaan Jemaat. Dan, pada kenyataannya, kita dapat melihat sendiri bahwa setiap Denominasi Gereja-gereja memiliki peraturannya sendiri, menurut yang ditetapkan oleh para pemimpin gerejanya masing-masing. (Note: Dalam hal ini kita harus arif memandang dan menerima dogma dan doktrin yang dihasilkan oleh masing-masing Gereja. Sebab bagaimanapun dogma dan doktrin yang dihasilkan oleh masing-masing gereja/ denominasi tidak dapat dipersamakan dengan Tradisi Rasuli seperti yang tercatat dalam Alkitab kita).

Berpijak kepada pengajaran Tuhan Yesus dalam Matius 16:19,18:18, kita dapat melihat implementasinya pada zaman Gereja mula-mula. Bahwa Para Rasul pernah melakukan sidang bersama yang membuahkan suatu "Keputusan Bersama" tentang suatu aturan dalam kehidupan berjemaat (Reff: sidang-gereja-bersama-untuk-pertama-kalinya-kisah-pasal-15-vt2639.html#p15190 ). Dan dalam artikel ini kita akan melihat contoh yang lainnya tentang penerapan wewenang "Mengikat dan Melepaskan" (Matius 16:19,18:18) yang dilakukan oleh Rasul Paulus pada Jemaat yang digembalakannya itu. Dan peraturan yang ditetapkan Rasul Paulus itu memiliki dampak yang besar dalam kehidupan gereja-gereja hingga saat ini.

Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa, dalam aktifitas penggembalaannya, Rasul Paulus memberikan "rule/ peraturan/ ketetapan" (διατάσσω - diatassô) bagi jemaatnya yang sangat khas, yang dapat kita baca di dalam 1 Korintus 7:17-20. Apakah peraturan yang khas yang dibuatnya itu?

 Sekarang, mari kita perhatikan ayatnya:

    * 1 Korintus 7:17-207:17 LAI TB, Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.KJV, But as God hath distributed to every man, as the Lord hath called every one, so let him walk. And so ordain I in all churches. TR, ει μη εκαστω ως εμερισεν ο θεος εκαστον ως κεκληκεν ο κυριος ουτως περιπατειτω και ουτως εν ταις εκκλησιαις πασαις διατασσομαιTranslit interlinear, ei mê {tetapi} hekastô {kepada masing2} hôs {seperti} emerisen {telah diberikan} ho theos {Allah} hekaston {kepada masing2} hôs {seperti} keklêken {telah memanggil} ho kurios {Tuhan} houtôs {demikian} peripateitô {hendaklah ia hidup} kai {juga} houtôs {demikian} en {dalam} tais ekklêsiais {jemaat2} pasais {semua} diatassomai {aku memberikan ketetapan/ perintah, verb - present middle indicative - first person singular}7:18 LAI TB, Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.KJV, Is any man called being circumcised? let him not become uncircumcised. Is any called in uncircumcision? let him not be circumcised. TR, περιτετμημενος τις εκληθη μη επισπασθω εν ακροβυστια τις εκληθη μη περιτεμνεσθωTranslit interlinear, peritetmêmenos {setelah disunat} tis eklêthê {ada orang dipanggil} mê {janganlah} epispasthô {meniadakan tanda-tanda sunat-nya, verb - present middle or passive deponent imperative - third person singular} en {dalam} akrobustia {keadaan tidak bersunat} tis eklêthê {ada orang dipanggil} mê {janganlah} peritemnesthô {ia disunatkan}7:19 LAI TB, Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.KJV, Circumcision is nothing, and uncircumcision is nothing, but the keeping of the commandments of God. TR, η περιτομη ουδεν εστιν και η ακροβυστια ουδεν εστιν αλλα τηρησις εντολων θεουTranslit interlinear, hê peritomê {keadaan bersunat} ouden estin {adalah tidak berarti apa-apa} kai {dan} hê akrobustia {keadaan tidak bersunat} ouden estin {adalah tidak berarti apa-apa} alla {tetapi} têrêsis {ketaatan} entolôn {kepada perintah2} theou {Allah}7:20 LAI TB, Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.KJV, Let every man abide in the same calling wherein he was called.TR, εκαστος εν τη κλησει η εκληθη εν ταυτη μενετωTranslit interlinear, hekastos {masing2} en {dalam} tê klêsei {posisi} ê {di mana} eklêthê {ia telah dipanggil} en {dalam} tautê {hal ini} menetô {hendaklah ia tetap tinggal}

Rasul Paulus menetapkan suatu peraturan yang sederhana saja bahwa hendaknya pengikut Kristus tetap menjadi dirinya yang semula. Tetap di dalam keadaan sperti ketika ia dipanggil. Bahwa ketika mereka mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, mereka tetap pada keadaan dirinya. Jika dia adalah seorang Goyim (non-Yahudi), dia tidak harus menjadi seorang Yahudi dengan melaksanakan adat-istiadat Yahudi khususnya yang menyangkut tanda-tanda fisik, yaitu pelaksanaan sunat ( בְּרִית מִילָה - B'RIT MILAH). Sedangkan yang Yahudi biarlah tetap menjadi Yahudi, agar mereka tidak menjadi "batu sandungan" bagi kalangan Yahudi yang lainnya.

Umumnya seorang proselit (seorang Goyim yang masuk kepada keimanan Yahudi), ia otomatis menjadi seorang Yahudi, apabila dia seorang laki-laki dia harus disunat, dan melakukan ketentuan-ketentuan Taurat dan peraturan-peraturan Rabinik lainnya, bahkan secara pandangan nasionalismenya, ia menjadi Yahudi. Namun, Rasul Paulus dalam misi pengabaran injilnya kepada kalangan Goyim, yaitu bangsa-bangsa yang bukan-Yahudi, Rasul Paulus tidak menetapkan cara-cara "proselit umum" yang kala itu lazim dikenal.

Meski Rasul Paulus sendiri adalah seorang Yahudi yang taat, seorang Farisi dan seorang ahli Taurat, murid dari seorang guru besar Raban Gamaliel (saya sering menyebut Rasul Paulus dengan panggilan Rabbi Saul untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa dia adalah seorang Ahli Taurat). Rabbi Saul justru tidak menetapkan bahwa seorang non-Yahudi yang menjadi percaya Kristus harus menjadi Yahudi. Dan juga seorang Yahudi yang percaya, ia tidak harus berubah menjadi orang non-Yahudi.

    Image

Dalam kehidupan masyarakat masa lalu, ada hal-hal yang cukup pelik jika seseorang berganti keimanan ("menjadi mualaf" ganti agama). Bahwa berganti keyakinan, seringkali harus mengubah tanda-tanda fisik. Dan jika itu dilakukan, seringkali menimbulkan gesekan-gesekan dalam kehidupan ybs. Pada zaman dahulu terdapat klub-klub/ perkumpulan-perkumpulan laki-laki dalam komunitas-komunitas. Pada zaman dahulu mereka melakukan aktifitas pertandingan olah-raga, ataupun melakukan spa (ritual mandi), yang semuanya dilakukan dengan telanjang. Maka, bagi seorang laki-laki akan dengan jelas terlihat tanda-tandanya, apakah dia bersunat atau tidak. Jika ia bersunat-tidak memiliki kulit katan (kala itu), jelaslah ia seorang Yahudi. Jikalau tidak bersunat-masih memiliki kulit katan, jelaslah ia seorang Goyim.

    Image

Ritual mandi (spa) ini sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan sebelum bangsa Romawi mengenal tentang ritual mandi, bangsa Yunani telah lebih dahulu mengenal spa (sejak 377 sM). Pertandingan olah-raga maupun mandi menjadi hal yang umum dalam kehidupan kaum laki-laki Yunani maupun Romawi. Bahkan ada pula seorang Yahudi yang sudah terlanjur disunat (pada masa kecilnya oleh keluarganya sesuai hukum Yahudi), kemudian ia ingin menjadi "Goyim", pada saat itu ada dilakukan semacam "operasi-plastik" yang menyembunyikan tanda-tanda sunat, bahwa seolah-olah ia masih memiliki kulit katan di kemaluannya (di dalam ayat 1 Korintus 7:18, Rabbi Saul menggunakan istilah mê epispasthô (janganlah ia meniadakan tanda-tanda sunat-nya)). Hal ini dilakukan seseorang Yahudi bersunat agar ia dapat masuk ke dalam komunitas orang-orang Romawi ataupun orang-orang Yunani.

Jadi dalam komunitas kehidupan orang-orang di zaman dahulu, perbedaan antara Yahudi dan Non-Yahudi sangat kental sekali. Dan Rabbi Saul tidak ingin menjadikan seseorang kemudian menjadi "asing" menjadi "bermasalah" di dalam komunitasnya sendiri gara-gara ia menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Maka, Rabbi Saul membiarkan seseorang pada identitasnya masing-masing. Bahwa seorang Goyim (yang tidak bersunat) ia tidak wajib disunat, biarlah di dalam keadaannya yang tidak bersunat seperti semula, dan itu memungkinkan ia tetap melakukan aktifitas kehidupan bahkan karir seperti sedia kala. Bahwa jika ia ingin tetap masuk kepada komunitasnya yang sebelumnya, misalnya tetap mengikuti pertandingan olah-raga ataupun ber-spa, ia tetap dalam keadaannya yang semula dan ia tidak menjadi bermasalah di dalam komunitas-nya yang lama. Sehingga kehadirannya di komunitasnya itu tidak menjadi gunjingan dan imannya yang baru itu menjadi "syak-wasangka" di komunitas lamanya.

    Seorang Goyim yang menjadi anggota jemaat Kristus, dia tidak perlu disunat seperti Yahudi. Biarlah dia tetap menjadi Goyim.


    Tapi....., mungkin Anda akan menyanggah penjelasan saya ini dengan memberikan contoh Timotius.

Mengapa untuk Timotius tampaknya Rabbi Saul menjadi tidak konsisten? Mengapa Rabbi Saul menganjurkan Timotius untuk disunat? Lha katanya sunat itu tidak lagi menjadi kewajiban? Dan, bukankah telah dikatakan "tetaplah menjadi dirimu yang sebelumnya" sebagaimana dituliskan dalam 1 Korintus 7:17-20?

Untuk kasus Timotius, kita harus melihat latar belakang kehidupan Timotius, bahwa dia adalah seorang Yahudi dari garis ibu:

    * Kisah 16:1-316:1 LAI TB, Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani.KJV, Then came he to Derbe and Lystra: and, behold, a certain disciple was there, named Timotheus, the son of a certain woman, which was a Jewess, and believed; but his father was a Greek:TR, κατηντησεν δε εις δερβην και λυστραν και ιδου μαθητης τις ην εκει ονοματι τιμοθεος υιος γυναικος τινος ιουδαιας πιστης πατρος δε ελληνοςTranslit interlinear, katêntêsen {ia datang} de {lalu} eis derbên {ke derbe} kai {dan} lustran {ke listra} kai {dan} idou {lihat} mathêtês {seorang murid} tis {ada} ên ekei {di situ} onomati {namanya} timotheos {timotius} huios {putera} gunaikos {seorang perempuan} tinos {dia adalah} ioudaias {seorang yahudi} pistês {yg menjadi percaya} patros {ayahnya} de hellênos {seorang yunani}16:2 LAI TB, Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium,KJV, Which was well reported of by the brethren that were at Lystra and Iconium. TR, ος εμαρτυρειτο υπο των εν λυστροις και ικονιω αδελφωνTranslit interlinear, hos {yang} emartureito {dikatakan baik} hupo {oleh} tôn en lustrois {di listra} kai {dan} ikoniô {ikonium} adelphôn {saudara2}16:3 LAI TB, dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani. KJV, Him would Paul have to go forth with him; and took and circumcised him because of the Jews which were in those quarters: for they knew all that his father was a Greek. TR, τουτον ηθελησεν ο παυλος συν αυτω εξελθειν και λαβων περιετεμεν αυτον δια τους ιουδαιους τους οντας εν τοις τοποις εκεινοις ηδεισαν γαρ απαντες τον πατερα αυτου οτι ελλην υπηρχενTranslit interlinear, touton {orang ini} êthelêsen {menghendaki} ho paulos {paulus} sun autô {bersamanya} exelthein {berangkat} kai {maka} labôn {ia membawa} perietemen {ia menyunat, verb - second aorist active indicative - third person singular} auton {dia} dia {karena} tous ioudaious {orang2 yahudi} tous ontas {yang ada} en tois topois {di tempat2} ekeinois {itu} êdeisan {mereka tahu} gar {sebab} hapantes {semua} ton patera {ayah} autou {-nya} hoti {bahwa} hellên {orang yunani} hupêrkhen {adalah}

Bahkan, himbauan Rabbi Saul kepada Timotius itu berseberangan dengan apa yang dihimbaukannya kepada Titus. Mari kita lihat perbedaannya antara Timotius dan Titus. Di mata orang Yahudi, Titus jelas adalah orang non-Yahudi, karena ia bukan keturunan bangsa Yahudi (alias Goyim); di lain pihak Timotius adalah orang Yahudi, karena ibunya orang Yahudi

    Note:
      Referensi-referensi dalam Mishnah Bikkurim 1:4-5 menunjukkan bahwa hal ini berlaku pada pria maupun wanita. Jika seseorang dibesarkan dalam keluarga bukan Yahudi, ia tidak dapat menjadi Yahudi sepenuhnya kecuali ibunya seorang Yahudi. Tetapi kemudian tidak akan ada perbedaan antara orang tersebut dengan seseorang yang ayah dan ibunya adalah orang Yahudi. Pada masa kini prinsip yang sama digunakan dalam Israel's Law of Return: Seseorang akan menjadi orang Yahudi dan secara otomatis memiliki kewarganegaraan Yahudi jika ibunya seorang Yahudi.

Bagaimanapun juga Mishnah, yang merupakan tradisi sah bangsa Yahudi, menjelaskan bahwa anak-anak dari ibu yang berkebangsaan Yahudi adalah benar-benar Yahudi, tanpa menghiraukan kebangsaan ayah mereka. Kisah Para Rasul menyatakan bahwa ayah dari Timotius bukan orang Yahudi. Sedangkan, ibu dan nenek Timotius (menurut 2 Timotius 1:5) adalah orang Yahudi, sesuai dengan apa yang kita ketahui mengenai ciri-ciri masyarakat Yahudi di Asia Kecil. Mengizinkan wanita Yahudi menikah dengan bukan orang Yahudi bukan merupakan kebiasaan Yahudi ortodoks. Rabbi Saul rupanya membuat keluarga itu bertobat selama perjalanan pekabaran Injilnya yang pertama. Tetapi sebelum itu pun Timotius mungkin telah mendalami Injil Kristus dan menaati agama ibunya, meskipun ibunya mungkin telah belajar secara diam-diam. Mungkin ayahnya telah meninggal dan apa pendapat ayahnya mengenai perilakunya dalam beragama tidak diketahui. Ayahnya mungkin seorang yang takut akan Tuhan, tetapi baik ayahnya maupun dirinya sendiri belum disunat. Ayahnya belum mengizinkan anaknya untuk menjadi orang Yahudi(penyunatan pada hari permandian umum merupakan tanda di depan umum yang akan membuat Timotius menjadi anggota dari bangsa yang berbeda, yaitu bangsa Yahudi).

Dalam mengabarkan Injil, biasanya Rabbi Saul pergi ke Sinagoga setempat lebih dulu. Bagaimana ia dapat melakukan penginjilan dengan Timotius, yang mungkin telah dianggap sebagai Yahudi pembelot? Dan bagaimana Timotius dapat berpartisipasi penuh dalam misi penginjilan jika ia belum sepenuhnya menjadi orang Yahudi? Sedangkan dalam hal Titus prinsipnya adalah: "Seorang Goyim tidak harus menjadi Yahudi". Tetapi dalam hal Timotius masalahnya adalah apakah seseorang yang belum sepenuhnya Yahudi dapat melaksanakan warisan Yahudinya.

Keputusan Rabbi Saul adalah untuk memperjelas status Timotius, adalah demi kemudahan misi penginjilan dan menempatkan posisi Timotius tidak menjadi syak-wasangka dihadapan kalangan Yahudi ("Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi," 1 Korintus 9:20). Himbauan upacara sunat ( בְּרִית מִילָה - B'RIT MILAH) bagi Timotius juga untuk menghilangkan kecurigaan bahwa Rabbi Saul "mengabaikan" adat-istiadat leluhurnya ("Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita," Kisah 21:21.)

Maka, Rasul Paulus melakukan hal diatas sebagai jalan yang baik untuk kelangsungan penginjilan kepada kalangan-kalangan Yahudi, supaya mereka dapat dimenangkan untuk Kristus. Namun jelas bagi Rasul Paulus, orang non-Yahudi (Goyim) tidak perlu menjadi orang Yahudi untuk memperbaiki status rohani mereka, tetapi tidak ada salahnya seorang Yahudi hidup sepenuhnya menurut budaya Yahudinya.


DOKTRIN KEMBALI KE AKAR YUDAIK?

    Mungkin dalam 10 tahun terakhir, di beberapa komunitas Kristen di Indonesia, ada kelompok-kelompok yang aktif dalam "Gerakan Nama Suci" dan "Kembali ke akar Yudaik." Kelompok Kristen ini ingin menyerap warna Yahudi untuk masuk ke dalam peribadatan mereka. Mulai dari penggunaan Nama "YAHWEH", penolakan Nama "Allah", penolakan penyebutan nama "Yesus Kristus/ Jesus Christ/ Iêsous Khristos" dan maunya hanya menyebut "YESHUA HAMASIAKH" yang mereka anggap lebih tepat karena menggunakan "Nama Yahudi." Keinginan kelompok ini jelas tidak selaras dengan ajaran Rasuli. Golden rule yang ditetapkan Rabbi Saul: "Tetaplah menjadi dirimu," yang Yahudi tetap Yahudi, yang Goyim tetap Goyim (1 Korintus 7:17-20). Bahasa adalah netral, menjadi seorang kristen tidak harus berbahasa seperti orang Yahudi berbicara dan berbahasa. Allah Maha Mengetahui dengan panggilan apa Dia itu dipanggil di dalam iman dari umat-Nya.
    Bahkan terhadap Situs kami SPB. Juga sering ada kecaman dari kalangan yg "merasa benar sendiri" yang menggunakan Nama "YAHWEH" untuk artikel2 yg kami posting di SPB. Sebab, mereka pikir, kalau SPB adalah Situs Study Alkitab Bahasa Asli. Mengapa SPB tidak menggunakan proper Name YHVH yang diucapkan "YAHWEH"?
    Pertanyaan balik: Nah apakah "YAHWEH" adalah pengucapan yg paling benar? Apakah orang-orang Israel sendiri mengucapkannya demikian? Bagaimana dengan tata-krama mereka dalam mengucapkan "Sang Nama" (Ha-Shem) ini?
    Ada artikel yang cukup lama saya tulis, membahas tentang Nama YAHWEH ini, di: apakah-yahweh-nama-tuhan-yang-paling-sahih-vt1710.html#p6977

    Seperti apa yang diajarkan oleh Rasul Paulus, jika kita ini memang Goyim (non Yahudi), dan memang kita ini adalah orang Indonesia. Ya marilah kita tetap menjadi Goyim, tetap Indonesia yang menyembah Allah Israel, Allah yang Esa Sang Pencipta Alam Semesta, tanpa harus berganti gaya menjadi keyahudi-yahudian. Kita seharusnya bangga untuk tetap menjadi Goyim (non Yahudi), bahwa kita yang Goyim ini telah mendapat kasih-karunia keselamatan kekal dan kedudukan kita sama dengan orang percaya dari kalangan bangsa manapun di dunia ini, termasuk kalangan orang Yahudi (Reff: apakah-orang-orang-kristen-itu-yahudi-vt8525.html#p49643 ). Bahwa kitapun menjadi anak-anak Allah karena iman kita kepada Kristus dan karena tindakan Allah yang mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (υιοθεσια - huiothesia).

      * Roma 8:15LAI TB, Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"KJV, For ye have not received the spirit of bondage again to fear; but ye have received the Spirit of adoption, whereby we cry, Abba, Father.TR, ου γαρ ελαβετε πνευμα δουλειας παλιν εις φοβον αλλ ελαβετε πνευμα υιοθεσιας εν ω κραζομεν αββα ο πατηρ Translit Interlinear, ou {tidak} gar {karena} elabete {kalian menerima} pneuma {roh} douleias {perhambaan} palin {lagi} eis {ke dalam} phobon {ketakutan} all {tetapi} elabete {kelian menerima} pneuma {roh} huiothesias {pengangkatan anak} en {di dalam} hô {-Nya} krazomen {kita berseru} abba {Abba} ho patêr {Bapa}



TRADISI RASULI:

    Penalaran ajaran dari Rasul Paulus dalam 1 Korintus 7:17-20 adalah sederhana:
      Bahwa Pengikut Kristus dari kalangan Goyim - dan pengikut dari kalangan Yahudi, mereka tetap dalam identitasnya masing-masing. Dan mereka satu/ dipersatukan di dalam Tubuh Kristus. Sebab Allah kita bukanlah "Tribal God", bukan Allah bagi bangsa tertentu saja, tetapi Allah bagi semua bangsa-bangsa.

    Pemahaman ini menjadi lebih jelas dalam ayat-ayat ini:

      * Roma 3:28-303:28 LAI TB, Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. KJV, Therefore we conclude that a man is justified by faith without the deeds of the law. TR, λογιζομεθα ουν πιστει δικαιουσθαι ανθρωπον χωρις εργων νομου Translit. interlinear, logizometha {kami berpendapat} oun {maka} pistei {(karena) iman} dikaiousthai {dibenarkan} anthrôpon {manusia} khôris {tidak dengan} ergôn {perbuatan-perbuatan} nomou {hukum Taurat} 3:29 LAI TB, Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! KJV, Is he the God of the Jews only? is he not also of the Gentiles? Yes, of the Gentiles also: TR, η ιουδαιων ο θεος μονον ουχι δε και εθνων ναι και εθνων Translit. interlinear, ê {atau} ioudaiôn {(milik) orang-orang Yahudi} ho theos {Allah} monon {saja} oukhi {bukankah} de kai {juga} ethnôn {(Allah) bangsa-bangsa (lain) / non Yahudi)} nai {ya} kai {juga} ethnôn {(Allah) bangsa-bangsa (lain) / non Yahudi)} 3:30 LAI TB, Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. KJV, Seeing it is one God, which shall justify the circumcision by faith, and uncircumcision through faith. TR, επειπερ εις ο θεος ος δικαιωσει περιτομην εκ πιστεως και ακροβυστιαν δια της πιστεως Translit. interlinear, epeiper {karena sungguh} heis {satu} ho theos {Allah} hos {yang} dikaiôsei {akan membenarkan} peritomên {golongan bersunat} ek {dari (berdasarkan)} pisteôs {iman} kai {dan} akrobustian {golongan yang tidak bersunat} dia {melalui} tês pisteôs {iman}

    Jika Allah itu hanya bagi orang Yahudi saja, maka Allah itu akan menjadi terlalu kecil. Namun, jika pengikut Kristus dari kalangan Goyim, dari berbagai bangsa-bangsa di dunia ini, dan kita semua menyembah Allah Israel bersama-sama dengan orang-orang Yahudi, maka kemegahan Allah yang Esa ini akan menjadi jelas bagi semua.


Haleluyah!

Amin.


Blessings in Christ,
BP
March 8, 2017

http://www.sarapanpagi.org/tetaplah-menjadi-dirimu-1-korintus-7-17-20-vt8595.html#p50557

Komentar

Postingan Populer