Menikmati Kekayaan dan KELIMPAHAN

Menikmati Kekayaan dan KELIMPAHAN


Pengkhotbah 2:4-11  Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur;
aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan;
aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda.

Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku.

Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik.
Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku.

Aku tidak merintangi mataku dari apa pun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apa pun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.

Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.

Menikmati kelimpahan & kekayaan finansial tidak bisa dijadikan sebagai patokan bahwa kita sedang ada dalam berkat & perkenanan Tuhan - memiliki kehidupan yang akurat. Seringkali, dengan melimpahnya berkat, kekayaan & berbagai bentuk kelimpahan lahiriah lain, menuntut untuk kita jadi harus makin berhati-hati dalam menjagai hati kita. Tanpa kita sadari kecenderungan hati yang kita miliki bisa saja berubah menjadi tidak akurat dan kita tetap tidak menyadarinya (Ams 4:23, Yer 17:9-10)

Didalam masa kelimpahan Musuh justru memiliki peluang yang sangat besar untuk ia melancarkan tipu dayanya kepada kita!

1. Orang dengan mudah memiliki asumsi bahwa hidupnya sedang memperkenan hati Tuhan hanya karena ia sedang menikmati kelimpahan (materi)

Ada banyak orang yang sedang dalam pergumulan (biasanya pergumulan materi) yang dengan tekun terus berdoa, membaca firman (dan melakukan berbagai kegiatan rohani lain) dengan tujuan untuk membenahi diri. Biasanya , bersamaan dengan pembenahan demi pembenahan diri dilakukan, orang yang bersangkutan juga akan mulai mendapati bagaimana berkat finansial mulai mengalir dalam hidupnya. Jadi ketika ia mendapati berkat finansial makin melimpah dalam hidupnya, tanpa sadar terbangunlah suatu asumsi bahwa ia mulai menikmati berkat finansial karena ia memiliki kehidupan yang memperkenan Tuhan...

Memang perkenanan Tuhanlah yang menarik berkat untuk datang dalam hidup seseorang (Ul 28:1-14) tapi justru di tengah melimpahnya berkat yang seseorang nikmati, ia harus melipat gandakan kewaspadaan hidupnya dalam menjagai kondisi hatinya!

2. Kelimpahan finansial memang berkuasa menyingkirkan berbagai batasan yang dapat dimiliki seseorang tapi justru disaat itulah orang yang bersangkutan harus dengan sengaja membatasi dirinya sendiri sendiri.

Dengan memiliki uang yang banyak, seseorang bisa mewujudkan apapun yang ia ingini. Tapi sesungguhnya, walaupun bisa mendapatkan apapun yang diinginkan hatinya, seseorang harus dengan bijak membatasi dirinya sendiri. Sehingga akan selalu ada ucapan syukur (kondisi hati yang selalu penuh dengan ucapan syukur) meski dengan mudah seseorang dapat meraih sesuatu/ mendapatkan apa yang ia ingini... Merasa dengan mudah bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan akan mengkondisikan seseorang jadi kehilangan rasa kebergantungan terhadap Tuhan didalam batinnya. Bahkan tanpa sadar, ia akan mulai memanipulasi orang-orang lain dengan memanfaatkan kelimpahan materi yang ia miliki. Sampai hari ini - bahkan selama sistem Babel masih bekerja, iming-iming uang/ materi adalah merupakan sarana yang paling efektif yang bisa dilakukan seseorang untuk memanipulasi orang-orang lain; bahkan iming-iming uang tersebut juga merupakan salah satu senjata Iblis yang paling efektif untuk ia terapkan dalam melancarkan tipu dayanya terhadap umat manusia - termasuk terhadap orang-orang percaya & hamba-hamba Tuhan!
Bagi anda yang sudah menikmati kelimpahan finansial, belajarlah untuk membatasi dirimu sendiri -khususnya dalam aspek penggunaan uang. Terus ingatkan dirimu bahwa uang yang ada padamu tetap bukanlah milikmu! Jadi setiapkali ingin memakai uang yang ada pada kita, belajarlah untuk selalu 'meminta persetujuan' dari pemiliknya yang sah: Tuhan sendiri...!
3. Salomo mengalami kehancuran di akhir hidupnya karena ia tidak mewaspadai jebakan dari kekayaan & kelimpahan.

Bisakah anda bayangkan seseorang yang memiliki semua yang diimpikan orang banyak: mulai dari kekayaan finansial, pasangan hidup yang rupawan, kecerdasan/ otak yang brilian, berbagai kemewahan & kesenangan hidup - dan memilikinya secara melimpah-limpah.... Salomo memiliki itu semua tapi pada akhir hidupnya, ia justru mengatakan bahwa semua kelimpahan yang ia sudah lalui adalah merupakan sebuah kesia-siaan belaka....

Alasan Salomo mengatakan bahwa semuanya adalah sebuah kesia-siaan disebabkan karena meskipun ia memiliki seluruh kemewahan & kesenangan yang seseorang bisa nikmati di dunia ini, tapi ia kehilangan Tuhan....!

Dengan seseorang hidup dalam kelimpahan, adalah mudah untuk ia mewujudkan apapun keinginan hatinya; tapi tanpa seseorang terus 'membatasi dirinya' untuk hidup hanya didalam koridor kebenaran firman, ia justru sedang menggantikan keberadaan & peranan Tuhan dalam hidupnya dengan kelimpahan yang ada. Tanpa disadari, ia justru sedang memberi dirinya untuk menjadi hamba Mamon!

Perhatikanlah pesan firman berikut:

Ulangan 17:14-20  "Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku,
maka hanyalah raja yang dipilih TUHAN, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu. Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh kauangkat atasmu.

Hanya, janganlah ia memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda, sebab TUHAN telah berfirman kepadamu: Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi.
Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perak pun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak.

Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi.
Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya,
supaya jangan ia tinggi hati terhadap saudara-saudaranya, supaya jangan ia menyimpang dari perintah itu ke kanan atau ke kiri, agar lama ia memerintah, ia dan anak-anaknya di tengah-tengah orang Israel."

Kekasih Tuhan, waspadailah jebakan serta tipu daya dari kekayaan & kelimpahan hidup....#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)

Komentar

Postingan Populer