LEMBAH PENENTUAN

LEMBAH PENENTUAN
*DAILY DEVOTION*


 *Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian; marilah, iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan, sebab banyak kejahatan mereka. Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari TUHAN di lembah penentuan! Yoel 3:13-14*


Dalam Bahasa Ibrani Lembah Yosafat disebut *Lembah Berachah.* Pernah mendengar lembah ini? Secara tradisi orang menyebutnya lembah Kidron, sebuah cekungan yang terletak antara tembok Yerusalem dengan Bukit Zaitun. Kita perlu merujuk pada sebuah pengalaman nyata yang dialami oleh seorang Raja Yehuda yang bernama Yosafat, yang hidup dengan roh takut akan Tuhan dan berkenan kepadaNya. Yosafat pernah berada di lembah itu dan mengalami kemenangan seperti yang juga dinubuatkan oleh Yoel. Memang tidak disebutkan bahwa itu lembah Yosafat, tetapi tempat dimana Yosafat berada di sana adalah lembah yang sama yang dimaksud oleh Yoel. “Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru. Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian; marilah, iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan, sebab banyak kejahatan mereka. Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari TUHAN di lembah penentuan!“ (Yoel 3:12-14)

Setiap orang pernah mengalami atau mungkin sedang mengalami lembah-lembah air mata. Tetapi respon hati kita saat berada dalam lembah-lembah tersebut akan menentukan masa depan kita. Itulah lembah-lembah penentuan.

Janji Tuhan secara profetik dapatlah kita klaim melalui iman kita. Ketika percaya bahwa setiap perkataan Allah adalah sebuah kebenaran yang digenapi dan akan digenapi, maka disanalah sebetulnya iman kita dituntut untuk aktif, melihat agar kebenaran itu menjadi nyata di setiap aspek kehidupan kita. Iman adalah klaim rohani atas setiap janji Allah dalam kehidupan kita. Sama halnya ketika kita mengklaim janji berkat Allah kepada kita sebagai keturunan Abraham. Demikian halnya dengan segala kemenangan dan tuaian yang ada di lembah Yosafat. Kita perlu menerima pernyataan Tuhan tersebut melalui iman kita, untuk menjadi sebuah pengalaman real di dalam menghadapi berbagai situasi sulit yang akhir-akhir ini mengepung atau menghadang langkah kita. Mungkin anda tidak dapat hadir di sana (baca: di lembah Yosafat) secara real, tetapi iman atas perkataan Allah tersebut dapat membawa kita ‘ke sana’ melalui pengalaman hidup yang saat ini dihadapi. Bagaimana caranya?

*LEMBAH BERACHAH*
Kita perlu menelusuri secara historis mengapa lembah ini disebut dengan lembah Yosafat. Kita perlu merujuk pada sebuah pengalaman nyata yang dialami oleh seorang Raja Yehuda yang bernama Yosafat, yang hidup dengan roh takut akan Tuhan dan berkenan kepadaNya. Yosafat pernah berada di lembah itu dan mengalami kemenangan seperti yang juga dinubuatkan oleh Yoel. Memang tidak disebutkan bahwa itu lembah Yosafat, tetapi tempat dimana Yosafat berada di sana adalah lembah yang sama yang dimaksud oleh Yoel. Pada zaman Yosafat, lembah itu diberi nama Lembah Pujian atau lembah Berachah (baca: berkat). Disebut lembah pujian karena di sana, Yosafat dengan seluruh tentaranya memuji dan memuliakan Allah atas pertolongan, kemenangan dan pembelaan yang mereka dapatkan.

Pada hari keempat mereka berkumpul di Lembah Pujian. Di sanalah mereka memuji TUHAN, dan itulah sebabnya orang menamakan tempat itu Lembah Pujian hingga sekarang(2 Taw 20:26). Juga dinamakan lembah berkat (The Berachah Valley) karena di lembah itu, Yosafat mendapatkan jarahan yang luar biasa sebagai berkat atas mereka.

Saking luar biasanya jarahan itu, apa yang mereka dapatkan untuk di bawa pulang, tidak lebih banyak dibanding barang yang mereka bawa. Alkitab bahkan mencatat mereka menjarah selama tiga hari penuh dan itupun masih menyisakan banyak barang. Saya membayangkan peristiwa itu. Kita sebagai anak-anak Tuhan akan dibawa Tuhan ke lembah itu untuk menjarah harta benda milik orang-orang yang akan diadiliNya. Wah, namanya saja menjarah, maka itu pasti bukan diambil secara tertib. Semua orang yang ada di sana tentunya berebut mengambil apapun yang ada didepannya. Ini luar biasa bukan? Saking banyaknya barang jarahan, kita yang berebutnya pun, masih menyisakan kepada yang lain.

Lalu Yosafat dan orang-orangnya turun untuk menjarah barang-barang mereka. Mereka menemukan banyak ternak, harta milik, pakaian dan barang-barang berharga. Yang mereka rampas itu lebih banyak dari pada yang dapat dibawa. Tiga hari lamanya mereka menjarah barang-barang itu, karena begitu banyaknya (2 Taw 20:25). Apa jadinya ya, jika jarahan yang sama berlaku atas setiap bisnisman yang saat ini sedang mengelola usahanya; berlaku atas para penginjil yang menuai jiwa-jiwa; berlaku atas setiap kesempatan di dunia pekerjaan? Betapa beruntungnya kita menjadi milik Tuhan ! Amin

By His Grace

Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer