SMITH WIGGLESWORTH

SMITH WIGGLESWORTH


Pada hari-hari ini, saya sedang membaca satu buku tentang kesaksian hidup dari Smith Wigglesword. Melalui buku kesaksian yang sedang saya baca tersebut saya sangat diberkati melalui apa yang ia lalui dalam hidupnya bersama Tuhan. Robert Liardon sebagai penulis dari buku kesaksian tersebut menegaskan bahwa salah satu 'kekuatan' dari pelayanan Smith adalah hatinya yang lembut. Dia bukanlah seorang orator hebat seperti Charles Finney tapi apa pun yang ia sampaikan, selalu keluar dari hatinya yang mencintai Tuhan dan mencintai jiwa-jiwa.
 
Di saat saya membaca penegasan tersebut, saya bisa merasakan curahan hadirat Tuhan yang seperti menegaskan: "Itulah yang sedang terus Aku bangun dalam hidupmu maupun orang-orang yang ada di sekitarmu, orang-orang yang terhubung dengan dirimu!"
 
Memiliki hati yang lembut, mudah dibentuk, mudah diajar dan mau berubah hanya akan dapat kita miliki melalui proses pembentukan Tangan Tuhan dan firman-Nya yang terjadi secara berkesinambungan dalam hidup kita.
 
Smith pernah mengalami hatinya jadi 'ter-distract' ke pekerjaannya sebagai seorang tukang pipa yang sukses di kotanya sehingga saat istrinya semakin maju dalam pelayanan, hatinya kepada Tuhan justru makin 'menjadi dingin'. Pernah sekali waktu, karena istrinya pulang agak larut malam akibat pelayanan yang berkepanjangan, Smith menjadi marah dan menegur istrinya tersebut. Tapi sementara istrinya masih dalam kuasa Roh, dia menjawab teguran Smith dengan berkata kepadanya: "Engkau memang suamiku tapi Kristus adalah Majikanku!"
 
Menerima jawaban dari sang istri, membuat Smith bertambah marah sehingga mendorong istrinya keluar rumah dari pintu belakang dan mengunci istrinya tersebut! Tapi dalam kemarahan Smith, dia lupa mengunci pintu depan rumahnya, sehingga Polly (istri Smith), dengan mudah kembali masuk rumah dari pintu depan dan segera menertawakan Smith yang sedang marah-marah di bagian belakang rumah mereka. Polly tertawa dengan sedemikian kuat sehingga akhirnya membuat Smith pun jadi ikut tertawa bersamanya.
 
Tapi peristiwa tersebut membuat Smith menyadari bahwa hatinya sudah menjauh dari Tuhan. Dan dia pun mengambil keputusan untuk melakukan doa dan puasa untuk kembali mencari wajah Tuhan. Kehausan dan kelaparan Smith terhadap realita Tuhan telah menjadi bekal untuk ia selalu memiliki hati yang lembut, mudah dibentuk, mudah diajar dan mau berubah.
 
Saya berdoa, biarlah setiap pembaca Daily Devotion ini betul-betul berseru dan meminta kepada Tuhan untuk diberikan hati yang haus-lapar akan realita Tuhan sehingga selalu memiliki roh yang lembut, mudah diajar, mudah dibentuk dan mau berubah.
 
Itu harus menjadi nature ilahi yang kita miliki dalam kehidupan sehari-hari kita. Hati yang lembut itulah yang akan menarik datangnya dimensi kasih ilahi untuk memenuhi batin dan kehidupan kita. Dengan hidup kita dipenuhi oleh kasih ilahi-Nya yang tanpa syarat itu, kehidupan sehari-hari kita pun otomatis juga akan mengalirkan kasih ilahi-Nya. Dimensi kasih ilahi itulah yang saat ini sedang sangat dibutuhkan oleh orang-orang 'di luar sana'.
 
Sampai hari ini, ada begitu banyak orang yang menjalani kehidupan sehari-harinya dengan membawa adanya emosi atau jiwa yang terkoyak sehingga selalu ada 'ruang kosong' dalam hidupnya. Hanya realita keberadaan dan kasih Tuhanlah yang akan bisa memenuhi 'ruang kosong' tersebut. Jadilah pribadi yang mengalirkan kasih Bapa yang melampaui segala akal dan tanpa syarat itu.
 
Efesus 3:18-19 (TB)  Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
 
#AkuCintaTuhan
 
Ps. Steven Agustinus

Komentar

Postingan Populer