KEGAGALAN MENDIDIK ANAK
Kegagalan Mendidik Anak: Refleksi dari Sudut Pandang Alkitab
Perasaan gagal dalam mendidik anak adalah salah satu beban terberat yang mungkin dirasakan orang tua. Dalam terang Alkitab, kita dapat menemukan penghiburan, pengajaran, dan juga pelajaran berharga dari kisah-kisah kegagalan yang pernah terjadi di masa lalu.
1. Mengenali Tanggung Jawab Utama
Alkitab dengan jelas menempatkan tanggung jawab mendidik anak di pundak orang tua, terutama untuk mengajarkan tentang iman dan jalan Tuhan.
Ulangan 6:6-7 mengajarkan prinsip "berulang-ulang" dan integratif: "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."
Ketika anak menyimpang dari jalan yang benar, seringkali itu menjadi cerminan bahwa pengajaran dan teladan rohani mungkin tidak tertanam secara utuh. Namun, Alkitab juga mengajarkan bahwa hasil akhir dari hidup anak adalah hasil dari pilihan bebas mereka sendiri.
2. Belajar dari Kisah Kegagalan dalam Alkitab
Alkitab tidak menyembunyikan kelemahan para tokoh besarnya. Kisah-kisah ini menjadi peringatan dan pelajaran berharga:
Imam Eli (1 Samuel 2-3): Eli dihakimi oleh Tuhan karena ia menghormati anak-anaknya lebih dari Tuhan dan tidak menegur mereka dengan tegas ("...mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku..." - 1 Sam 2:29). Anak-anaknya, Hofni dan Pinehas, melakukan dosa yang keji di Bait Allah, dan kegagalan Eli adalah karena ketidaktegasan dan membiarkan dosa.
Hofni dan Pinehas
Dursila atau Worthless - Belial
Samuel lahir dari nazar
Anak lahir karena Ketetapan Ilahi ada dasar Tuhan ada perjanjian Tuhan
ELI LEBIH MENGHORMATI ANAK DARI TUHAN
1 Samuel 2:29 (TB) Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?
Dimulai dari kita
Imam Eli yang pertama kali yang ditegur.
Kalau Kita mau anak-anak mencintai Tuhan kita sebagai orang tua memberikan contoh teladan kepada anak-anak
FIRMAN VISI RHEMA PEWAHYUAN DALAM MENDIDIK ANAK
1 Samuel 3:1 (TB) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
Raja Daud (2 Samuel): Meskipun Daud adalah "orang yang berkenan di hati Tuhan," ia menunjukkan kegagalan dalam keluarga. Beberapa penafsir melihat bahwa Daud terlalu memanjakan dan kurang mendisiplinkan anak-anaknya (seperti Amnon dan Absalom), yang berujung pada tragedi dan pemberontakan. Daud sering kali bereaksi terlambat atau tidak konsisten dalam mendisiplinkan.
Penyebab kegagalan yang dapat kita tarik dari kisah-kisah ini antara lain:
Ketiadaan Ketegasan/Disiplin yang Konsisten: Kasih tanpa disiplin dapat merusak (Amsal 13:24: "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." - Catatan: 'Tongkat' di sini merujuk pada otoritas dan disiplin, bukan selalu kekerasan fisik.).
Prioritas yang Keliru: Menghormati anak-anak (atau ambisi, karier, kenyamanan) lebih dari Tuhan.
Kurangnya Teladan: Orang tua tidak menjadi teladan hidup iman yang konsisten.
3. Kasih Karunia di Tengah Kegagalan
Jika Anda merasa gagal, ingatlah beberapa prinsip Kasih Karunia Alkitab:
a. Anak Memiliki Kehendak Bebas
Meskipun orang tua bertanggung jawab atas pengajaran, setiap anak, saat dewasa, bertanggung jawab atas pilihannya sendiri di hadapan Tuhan. Kegagalan Anda sebagai orang tua bukanlah penentu tunggal dari takdir rohani anak Anda.
b. Anugerah Tuhan Bekerja
Amsal 22:6 menjanjikan: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Janji ini memberikan pengharapan bahwa benih Firman yang pernah ditabur, meskipun lama, tidak akan sia-sia. Tuhan sanggup bekerja bahkan setelah orang tua selesai dengan perannya.
c. Jangan Patah Semangat, Teruslah Berdoa
Rasul Paulus mengingatkan: "Sebab Aku yakin, bahwa Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan menyelesaikannya sampai pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6). Anda mungkin merasa telah gagal, tetapi rancangan Tuhan bagi anak Anda mungkin belum selesai.
Doa adalah Senjata Paling Kuat: Serahkan anak Anda kepada Tuhan dan terus doakan mereka. Iman yang Anda tanamkan mungkin sedang berjuang di dalam hati mereka.
Bertobat dan Perbaiki Diri: Jika ada dosa (seperti kebanggaan, ketidaktegasan, atau amarah) yang menyebabkan kegagalan, bertobatlah di hadapan Tuhan. Kemudian, jika memungkinkan, bicaralah dengan anak Anda—akui kesalahan Anda dan tunjukkan kerendahan hati.
Kesimpulan
Kegagalan mendidik anak dalam perspektif Alkitab adalah pengingat akan keterbatasan manusia dan kebutuhan kita akan anugerah Tuhan. Tuhan mengundang kita untuk bertekun dalam pengajaran dan bersabar dalam menantikan pekerjaan-Nya.
Jangan biarkan rasa bersalah menguasai, tetapi jadikan itu sebagai panggilan untuk kembali kepada prinsip-prinsip Allah, dan yang paling penting, percaya bahwa Tuhan sanggup menyelesaikan apa yang tidak dapat kita selesaikan.



Komentar
Posting Komentar