5 Poin Tentang Kemerdekaan
5 Poin Tentang Kemerdekaan
Pdt. Petrus Agung Purnomo
1.
Bebas dari masa lalu yang tidak baik
Ps Nieman menceritakan perbedaan antara Simson dengan Yusuf. Simson diurapi, tapi tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, dari hakim yang terhormat berakhir menjadi pelawak.
Mike
Tyson dulunya juara tinju, sekarang benar-benar jadi pelawak di Las
Vegas.
Tuhan
merindukan orang-orang seperti Yusuf: berani berkata tidak terhadap
rayuan istri Potifar.
Saat p Agung tanyakan tentang kejatuhan Daud dengan Barsyeba. Ps Nieman menjawab bahwa kemungkinan besar dosa Daud dengan Bersyeba adalah karena kutuk keturunan. Daud berkata bahwa dia dikandung dalam kelemahan (iniquity). Jika dikandung dalam hubungan suami-istri, maka tidak akan dikatakan dikandung dalam kelemahan daging.
Saat
Samuel minta Isai kumpulkan semua anak-anaknya, ternyata Daud tidak
dipanggil. Daud saat itu sedang menggembalakan kambing domba, padahal
menggembalakan bukan tanggung jawab seorang anak, tapi tugas seorang
budak. Setelah Daud diurapi Samuel sebagai jadi raja israel, Isai
tidak meng-istimewakan Daud, dan perintahkan Daud untuk kembali
menggembalakan domba.
Para
ahli menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Daud bukan dari istri sah
Isai.
Daud
tidak kebal dengan penolakan-penolakan keluarganya di masa lalu.
Kita
harus bebas dari ikatan masa lalu
Ilustrasi:
Anjing diikat dengan tali pada sebuah tiang. Setiap kali memberontak, tali itu menyakiti lehernya.
Suatu kali tuannya memberikan makanan dengan jarak sedikit di luar jangkauan tali. Anjing ini kembali berontak, tapi lehernya luka. Timbul "the pain inside", luka di dalam.
Beberapa
hari kemudian rantai dilepas, tapi anjing itu tetap tidak mau
mendapati makanannya walau sebenarnya dia bisa menjangkaunya.
Kita punya kenangan indah maupun buruk. Beberapa kenangan bisa membuat kita sangat terkekang. Kesakitan di jiwa kita sering menghalangi kita membuat yang Tuhan mau. Ijinkan Tuhan patahkan dan bebaskan semua kekang dari masa lalu kita, sehingga tidak ada masa lalu yang bisa mengejar kita.
2. Kebebasan dari kebutaan
Banyak
anak Tuhan hidup dalam kebutaan hati, mata fisik normal, tidak bisa
melihat pengharapan dan hal-hal yang sudah Tuhan siapkan bagi kita.
Contoh: Hagar, saat Tuhan buka matanya baru bisa melihat sumur.
Kebutaan menciptakan kepanikan, dan kepanikan itu yang membunuh kita.
Ilustrasi ps Kong Hee
Eksperimen
dengan 2 tikus. Kedua tikus dimasukkan dalam 2 kotak berisi air. Satu
kotak disimpan di ruang yang gelap total, yang satu di ruang yang
terang.
Tikus
yang di tempat gelap tenggelam dalam 3 jam, tikus di ruang yang
terang bisa bertahan 3 hari.
Kesimpulan:
saat mahluk hidup dalam keadaan yang gelap, tapi tidak melihat
apa-apa, maka tidak ada harapan baginya, menciptakan kepanikan,
frustasi, dan itu menggerus tenaganya sehingga akhirnya tenggelam dan
mati.
Tikus
yang di ruangan terang masih melihat bahwa ada harapan, sehingga daya
juangnya membuat dia bisa bertahan hidup lebih lama, matinyapun
karena kelaparan.
Orang
percaya harus punya kemampuan melihat, sehingga selalu memiliki
pengharapan.
Pengharapan tidak mengecewakan (Rm 5: 5), karena diletakkan seperti sauh.
Berdoa: minta Tuhan singkirkan dan singkapkan semua kebutaan di jiwa dan roh, yang menutup mata kita dari melihat pengharapan yang ada di depan mata kita.
3. Kebebasan di bidang keuangan
Banyak
orang sudah cukup atau limpah materi, tapi belum bebas, karena harta
itu mengikatnya.
Saat Musa berkali-kali menawar kepada Firaun untuk membawa bangsa Israel menyembah Tuhan di padang gurun, permintaan terakhir Firaun: harta dan ternak tak boleh dibawa. Ini karena:
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Mat 6: 21)
Harta
bisa mengikat kita. Saat kita bisa mengalami kebebasan dalam hal
keuangan, maka Tuhan akan pakai hidup kita dengan luar biasa. Tuhan
mau kita berkelimpahan.
Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Yoh 10:10b)
Kelimpahan artinya bukan banyaknya jumlah uang kita, tapi kebebasan untuk melakukan apapun kehendak Tuhan.
Tuhan bicara kepada 6 hamba Tuhan untuk membangun 100 ribu pasukan Tuhan, dan ini disambut dengan antusias. Dalam beberapa minggu sudah banyak orang yang tergerak ambil bagian dan men-support.
Bagaimana sikap kita setiap kali ada project dan tugas dari Tuhan:
- Meng-amin-kan dengan antusias, ambil bagian dan menganggap sebagai sebuah kehormatan
- Merasa ini sebuah beban, tugas berat, keluar uang lagi, dll. Ini berarti kita belum merdeka dalam bidang keuangan.
4. Kebebasan dari rasa takut
Dalam
Alkitab ada 365 kali Tuhan berkata: "JANGAN TAKUT"
Ini tidak kebetulan, sebenarnya Tuhan mau mengingatkan anak-anakNya setiap hari: “jangan takut”. Di depan Tuhan ketakutan adalah masalah yang serius bagi anak-anakNya. Maka setiap hati Tuhan beri vitamin/ vaksin kepada anak-anakNya berupa perkataan “jangan takut”. Karena setiap hari ada kemungkinan anak Tuhan takut, dan ketakutan bisa merusak iman, kehidupan, dll.
Kesaksian
Saat terbang dari Surabaya, pesawat mengalami badai. Penumpang menjerit, berteriak, dan berdoa. Di tengah situasi yang panik itu, P Agung seperti mendengar suara dari luar pesawat, lembut tapi berwibawa: "jangan takut". Maka tiba-tiba ketakutan itu hilang begitu saja.
Inilah
keberanian yang dari Tuhan, dan bukan diusahakan sendiri.
5. Kebebasan dengan tanggung-jawab (freedom with responsibilities)
Sebelum
manusia jatuh dalam dosa, Tuhan berikan kebebasan pada manusia:
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: " Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. " (Kej 2: 16-17)
Semua kebebasan yang kita peroleh harus dilakukan dengan tanggung-jawab, tidak boleh semaunya, tidak merugikan orang lain; baik itu kebebasan untuk memilih, berbicara, berpendapat, dll.
Jika anak Allah membebaskan kita, maka kita sungguh-sungguh merdeka. Tapi kemerdekaan itu adalah kemerdekaan yang bertanggung-jawab. Tanpa tanggung-jawab, kebebasan yang kita jalankan akan merusak, tidak membawa kebaikan, tapi justru mencederai dan merugikan orang lain, dan merugikan kepentingan kerajaan Tuhan.
Komentar
Posting Komentar