Ciri-Ciri Generasi Penuntas
Ciri-Ciri Generasi Penuntas
Ev. Iin Cipto
Pembukaan: Petrus Agung
Hidup
kita dibangun bukan berdasar karunia yang kita miliki, tapi berdasar
setiap perubahan hati dan pertobatan. Seberapa besar Tuhan memberkati
kita tergantung seberapa besar tanggung jawab yang kita sedia pikul.
Jika keinginan diberkati keluar dari kedagingan kita, tanpa kemampuan
bertanggung-jawab, itu berbahaya.
Semua
yang Tuhan beri dalam hidup kita berkaitan dengan
seberapa
besar tanggung-jawab yang kita harus pikul dalam anugrahNya,
dan
seberapa kita mau bertanggung-jawab dengan apa yang Tuhan tugaskan
dalam hidup kita.
Kisah 5 roti dan 2 ikan terjadi bukan karena Tuhan iseng. Tuhan beri tanggung jawab kepada muridNya untuk memberi makan orang banyak. Saat memberi persembahan dan taburan, jangan hidup dikuasai ketamakan, jangan emosional. Tuhan memberi hak waris kepada mereka yang dewasa dan akil balik. Jika ingin diberkati, dewasalah dalam segala hal.
JKI Injil Kerajaan diberkati Tuhan sehingga punya 9 bis. Ini karena punya tanggung-jawab mengantar jemput 4000 siswa.
Tuhan memberkati anak-anakNya sesuai kapasitas dan tanggung-jawab anak-anakNya.
Ciri-Ciri Generasi Penuntas - Iin Cipto
Yes
41: 1-6 – Tuhan sedang bangkitkan generasi yang berbeda, yang akan
jadi penggenap dari semua rencana Tuhan dari abad ke abad.
Ciri generasi ini:
1.
Generasi yang bisa mendengar Tuhan (ay 1).
Mendengar
Tuhan bukan hanya audible, tapi berjumpa pribadi dengan Tuhan, bisa
mengerti semua kerinduan hati Tuhan.
Dikatakan duduk diam, karena seringkali kita duduk diam secara fisik, tapi pikiran dan hati kita sibuk. Terlalu banyak konsep sehingga tidak bisa dengar sesuatu yang baru dari Tuhan. Terlalu banyak motivasi, ego, kemarahan, kekhawatiran, semuanya membuat kita tidak bisa mendengar suaraNya. Minta kepada Tuhan untuk mencabut semua yang perlu dicabut dari hidup kita, meredakan yang semua kekhawatiran dan kemarahan.
Saat akan berbicara di SOM, bu Iin tidak mendapatkan firman Tuhan hingga kurang 1 hari. Penyebabnya di dasar hati bu Iin ada kebanggaan dan prestise, bukan pelayanan. Terlalu banyak hal yang bisa bikin kita jadi tidak murni, geser dari Tuhan. Tuhan minta bu Iin ajak semua yang hadir untuk koreksi dan periksa hati yang terdalam. Tidak ada kejatuhan hamba Tuhan secara mendadak, kesuaman gereja yang tiba-tiba. Semua dimulai saat ada benih kesombongan, benih prestise, agenda pribadi, rutinitas, pembuktian diri, dll. Sampai suatu titik kita tidak bisa dengar lagi suara Tuhan yang murni, tapi dari keinginan daging dan suara manusiawi kita.
2. Generasi yang berperang (ay 2).
Artinya
tidak ada kata santai atau lengah, karena hidup di tengah-tengah
peperangan. Generasi ini tahu cara menggunakan pedang Firman Tuhan,
dan panah ketepatan untuk menaklukkan dan menyelesaikan yang Tuhan
mau.
Kisah seorang tentara:
Sebelumnya
tidak tahu rasanya perang, karena hanya berlatih. Seberapapun suara
yang terdengar tetap sadar bahwa hanya berlatih. Saat tugas di Timor
Timur, dan diserang saat berpatroli, baru sadar kondisi perang
sebenarnya, dan sempat membuat mereka takut dan tidak bersikap
seperti tentara.
Di akhir jaman iblis akan melipat-gandakan serangannya, sayangnya kita tidak pernah sungguh-sungguh bereaksi dan bersikap seperti tentara. Setiap perang ada strategi dan hitungannya. Setiap kita harus berdiri di tempat kita masing-masing: pekerjaan, negara, kota, pelayanan. Dan mau-tidak-mau kita menghadapi peperangan level demi level. Setiap level akan semakin sulit dan berbahaya, bahkan menyangkut nyawa.
Berkat sejajar dengan tanggung jawab. Mau berkat besar, belajar terima tanggung jawab besar.
Bagi tentara kenyamanan bukan pilihan. Harusnya kita tidak terganggu oleh uang. Alasan kita hidup hanya untuk berkenan kepada Atasan kita.
3. Generasi yang berbeda (ay 3).
Generasi
yang tidak lazim, tidak terduga, tidak melakukan yang biasa dilakukan
orang lain, memasuki setiap sudut yang bisa dimasuki, menempuh jalan
yang baru – yang belum ada orang menempuhnya, tetapi selalu
berkemenangan.
4. Generasi yang selalu mengutamakan unity dan hineni (ay 6).
Generasi
ini tidak berkata “saya”, tapi “kita bersama”.
Saat
anak-anak Tuhan menuduh saudaranya sesat, tidak menolong saudara yang
membutuhkan, menggosip dan menghakimi saudaranya, membuat perpecahan
di gereja-gereja, saling menjelekkan antar gereja, itu melukai tubuh
Kristus. Mereka menjadi agen-agen iblis di dunia
Kita adalah generasi yang :
- Menolong anak Tuhan lain yang lemah
- Menopang rekan yang akan naik mencapai destiny-nya
- Berkorban dan melayani saudaranya
Saat generasi ini bersatu, dunia akan melihat bahwa Yesus adalah Tuhan!
Walaupun denominasi, cara ibadah, bahkan negara kita beda, tapi kita adalah saudara dalam Kristus. Kita masing-masing berdiri di bagian kita masing-masing, karena tidak mungkin satu orang atau golongan menyelesaikan semuanya. Ujungnya semua hanya dari-buat dan bagi Tuhan.
Penutup: Petrus Agung
Revival
selalu karena ada pengorbanan. Tahun 70an ada 5 anak dari satu
keluarga terima Tuhan Yesus, mereka dari keluarga yang masih doa
sembahyangan. Suatu malam meja sembayangan terbakar. 5 anak ini
dituduh menjadi pelakunya. Saat disuruh memilih antara ayah atau
Yesus, mereka pilih Yesus.
5 orang anak itu ditampung di rumah p Thomas (sekarang salah seorang pendeta JKI). Suatu hari mereka dapat perintah Tuhan untuk bikin kegerakan di Semarang. Dengan dana seadanya mereka bikin kkr pada maret 1979, dan 300 orang terima Tuhan Yesus, di antaranya p Agung. Pada bulan berikutnya ribuan orang terima Tuhan Yesus.
Komentar
Posting Komentar