Jarahan Yang Menjadi Beban

Jarahan yang Menjadi Beban

Pdt. Petrus Agung

Apresiasi
Acara ucapan trima-kasih ini diadakan di gereja tanggal 19 Nov 2012- 12:00
Di hari itu kita ucapkan terima-kasih kepada orang-orang yang sudah berjasa bagi hidup kita, yang mungkin selama ini terlupakan.

Cara membuat seseorang jadi lebih baik lagi adalah dengan memberi pujian dan apresiasi. Manusia butuh 2 hal: koreksi dan ucapan terima-kasih/ penghargaan.

Pembukaan
Tuhan ingin kita diberkati. Pengajaran transfer kekayaan bangsa-bangsa bukan mengajar orang mata duitan, tapi mendidik anak-anak Tuhan supaya bisa dipercayai.

Sebelum pembangunan Holy Stadium, P Agung diundang ke Topeka, Indiana, USA, kota ps. Harold Gingerich. Ada jemaat sana yang mengkritik rencana pembangunan HS yang berkapasitas 12 ribu orang. Dia anggap itu kesombongan, dan lebih baik membangun 100 gereja @100 kursi. Dijawab P Agung bahwa pemikiran itu adalah pemborosan. Karena 100 gereja perlu 100 alat musik, gaji 100 pendeta, dst.

Belajar dari Bangsa Israel
Ada 7 orang terima transfer kekayaan bangsa-bangsa: Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Israel, Salomo, kita.

Kel 3: 17-22, Kel 12: 35-36
Orang Israel jumlahnya kira-kira 2 juta jiwa. Para wanita pergi merampasi harta orang Mesir dalam jumlah sangat banyak. Tapi semua yang lahir di Mesir, yaitu yang dewasa dan ikut merampasi orang Mesir, ternyata tidak ada yang masuk tanah perjanjian kecuali Yosua dan Kaleb. Artinya mereka hanya bawa-bawa jarahan dari Mesir selama 40 tahun, sebagai beban.

Bil 14: 22-29 – Orang Israel yang berusia 20 tahun ke atas habis.

Saat kita bawa jarahan begitu banyak, tapi ujungnya mati, maka itu adalah jarahan yang jadi beban.

Contoh jarahan yang jadi beban:
  • Kisah seorang ibu yang mati kurang gizi. Ternyata di bawah kasurnya ada uang begitu banyak.
  • Seorang pria yang hoby nonton film BF. Saat pensiun dan ditinggal istrinya pergi ke luar kota, pria ini asik nonton dan lupa makan maupun tidur selama 3 hari. Saat si istri pulang, si pria ditemukan mati tertimpa rak koleksi film BF nya.

Penyebab Jarahan menjadi beban:
1. Jika kita menolak panggilan dan destiny kita

Dari 10x orang Israel bersungut-sungut, 6x di antaranya soal makanan dan minuman, karena mereka bosan dengan menu manna setiap hari. Dan ini sebetulnya sangat manusiawi. Kita juga akan bosan jika diberi menu yang sama setiap kali makan selama bertahun-tahun.

Manna bukan pilihan, jika tidak ada manna, maka mereka tidak makan.
Sebetulnya Tuhan tidak pernah desain orang Israel untuk hanya makan manna. Kelimpahan manna sekedar cukup, membuat orang Israel hidup seperti burung: tidak menabur, tidak menuai, tidak menyimpan.

Orang Israel harus 40 tahun di padang gurun karena pilihan orang Israel sendiri!

Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka
melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat;
sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal,
apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir (Kel 13: 17)

Desain Tuhan bagi bangsa Israel awalnya melewati tempat orang Filistin, karena di situ dekat, ada oasis, tanah subur, banyak ternak. Di Filistin inilah Ishak menabur dan menuai 100 kali ganda. Tapi dalam ke-Maha-tahuanNYA, Tuhan tahu bahwa jika harus perang orang Israel bisa balik ke Mesir. Orang Israel selama 400 tahun tinggal di Gosyen yang subur dan nyaman, tidak terkondisi untuk mengembara di padang gurun.

Akhirnya bangsa Israel harus lewat padang gurun, sekaligus jadi filter untuk jadi suatu bangsa yang luar biasa. Orang Israel tidak mau menjalani destiny mereka.

Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga,
keluarlah segala pasukan TUHAN dari tanah Mesir (Kel 12: 41)

Destiny Israel adalah jadi pasukan Tuhan, artinya kelompok orang bersenjata yang mampu bertempur. Karena pasukan maka ketika menghadapi Filistin pasti menang karena Tuhan ikut berperang, tapi mereka tidak mau. Orang Israel punya destiny dan panggilan Tuhan yang luar biasa, tapi menolak untuk hidup dalam destinynya. Karena pasukan, maka bangsa Israel di desain untuk perang, bukan untuk mengembara di padang gurun.

Hidup kita terdiri atas berbagai pilihan. Jika kita pilih sesuatu yang
kita anggap nyaman atau benar menurut kita, bahkan korbankan destiny kita, maka suatu kali
kita harus hadapi situasi yang kita tidak pernah di desain untuk menghadapinya.
Akibatnya yang keluar akhirnya hanya keluhan.

Contoh menghadapi situasi yang tidak sesuai desain:
Menggunakan mobil Ferari untuk relly paris dakar. Ferari tidak di desain untuk padang gurun atau daerah rob.

Setiap kali sesuatu produk tercipta, produk itu didesain untuk kondisi dan tujuan tertentu.
Jika dihadapkan pada kondisi yang berbeda, bahkan extrim, maka akan hancur.

Kita semua punya calling dan destiny. Ikuti kemana Tuhan bawa kita. Berhenti bersungut-sungut, berhenti menggerutu dan berhenti keluar jalurnya Tuhan. Pilihan Tuhan adalah yang paling baik.

Terlalu banyak hal yang menakutkan kita, sehingga kita tidak bisa ikuti desain Tuhan.
Akibatnya kita berputar di padang gurun, dan gurun bukan alam yang bersahabat dengan kita.

Jika Israel mau jalani destinynya, maka akan menang mudah terhadap Filistin. Menikmati jarahan, bisa olah makanan sesuai seleranya, tidak perlu manna.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29: 11)

Karena kita menolak apa yang Dia tetapkan, dan memilih jalur lain, maka apapun yang Dia beri malah jadi beban.
2. Jika kita menunda apa yang Tuhan perintahkan.

Kel 35: 21-29, 36: 4-7

Jarahan jadi beban karena banyak orang yang suka menunda saat Tuhan memerintahkan. Akibatnya di satu titik saat Tuhan bilang cukup, maka jarahan itu mereka bawa ke mana-mana hingga hari matinya.

Jangan pernah tunda saat Tuhan perintahkan sesuatu. Karena akan ada orang lain yang melakukan yang Tuhan mau, dan jarahan kita akhirnya hanya jadi beban

Kesimpulan
1. Jangan tolak panggilan dan destiny kita, kita diciptakan dan desain untuk situasi khusus.
2. Jangan jadi orang yang suka menunda apa yang Tuhan perintahkan.

-------------
Martinus menantunya p Marso baru saja meninggal. Dia asli kalimantan, ke jogja. Dengar band sangkakala, cari alamatnya di Semarang, mau gabung band sebagai pemain biola. Di sangkakala bertemu dengan p Marso.
Setelah menikah kembali ke kalimantan: Jki Sungai Yordan.

Penting bagi kita untuk tetap dalam jalur destiny Tuhan. Jika kita tetap dalam jalur destiny Tuhan, maka di usia berapapun kita akan berbuah sangat luar biasa.

Bukan kita yang pilih Yesus, tapi Yesus yang pilih kita.
Dia yang tunjuk kita satu-persatu, itu Roh Kudus yang gerakkan dari awal

Komentar

Postingan Populer