Kesaksian Elisabeth Mengenai Surga dan Neraka, "40 Hari Bersama Tuhan Yesus ke Surga dan Neraka"

Kesaksian Elisabeth Mengenai Surga dan Neraka, "40 Hari Bersama Tuhan Yesus ke Surga dan Neraka"

Shalom…

Salam damai sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Perkenalkan namaku Elisabeth Widyawati Herman. Aku lahir tahun 1981 di Semarang. Pada saat aku berusia 20 tahun, aku mengalami hal yang luar biasa, aku diperkenankan Tuhan Yesus bertemu dengan-Nya dan diberi kesempatan melihat neraka dan surga. Saat mengalami kejadian ini, aku tinggal bersama dengan mamiku dan dua orang adik laki-lakiku di Semarang.

Kami hidup dalam kesederhanaan, bahkan untuk membantu keperluan kami, aku bekerja sambil kuliah. Sepulang kuliah, aku bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan kecil dan juga memberi les pelajaran untuk anak-anak sekolah dasar.

Papiku sudah lebih dahulu dipanggil Bapa di Surga pada saat aku berusia 17 tahun. Walaupun hidup dalam kesederhanaan tetapi kami hidup dalam sukacita.

Aku bukan mahasiswa teladan walaupun nilai pelajaranku bisa dibilang diatas rata-rata. Aku tidak terkenal, baik di kalangan kampus, lingkungan tempat tinggalku atau pun di gereja. Aku biasa-biasa saja. Entah mengapa Tuhan memilih aku yang biasa-biasa ini untuk mengalami peristiwa yang luar biasa. Sungguh, ini hanya karena kasih karunia-Nya.

Aku hanya dapat mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang oleh anugerah-Nya mengijinkanku menjalani misi yang sangat penting yaitu menyampaikan pesan-pesan Tuhan bagi keselamatan umat manusia yang adalah ciptaan-Nya yang paling mulia. Banyak pesan Tuhan yang disampaikan agar manusia dijauhkan dari api neraka yang kekal. Tuhan ingin kita semua diselamatkan dan hidup bersama dengan-Nya di Surga mulia.

Aku telah membagikan pengalaman ini melalui youtube dan kesaksian di gereja-gereja baik di kota asalku maupun di kota-kota lain seperti Jakarta, Bandung, Mojokerto, Surabaya, Medan, Banjarmasin, dll. Juga melalui buku kesaksian bersama berjudul “Surga dan Neraka”.

Pada saat buku ini dibuat, walaupun sudah sepuluh tahun kemudian dari peristiwa ini terjadi, aku berdoa agar aku diingatkan kembali secara detil. Lagi-lagi Tuhan berikan kemurahan-Nya. Aku diperlihatkan kembali hari demi hari sehingga aku dimampukan menuliskannya dengan runut dan rinci. Terpujilah nama Tuhan Yesus Kristus.

Kiranya buku ini dapat menjadi berkat bagi kita semua dan pengingat bagi kita untuk hidup dengan fokus kepada Tuhan Yesus Kristus.

Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Medio Agustus 200


Peristiwa Temanku….
“Lho koq bisa ya???…” Itu yang pertama kali timbul dalam benakku. Rasanya tidak biasa, kedengarannya agak membingungkan. Itu lah yang terus ada dalam pikiranku. Temanku, Maria, berdoa dalam bahasa roh dan tidak bisa berhenti, dan hal itu berlangsung hingga beberapa hari. Kejadian itu bermula di suatu acara doa pemuda di gereja yang biasa kuhadiri. Ada satu peristiwa yang tidak bisa kulupakan. Seorang temanku berbahasa roh dan tidak bisa berhenti. Peristiwa itu mengejutkan orang-orang yang hadir saat itu. Secara pribadi aku merasa aneh dan bertanya kepada Tuhan Yesus, “Tuhan, kok bisa ya ada orang yang berbahasa roh dan tidak bisa berhenti seperti itu?” Orang-orang yang melihat kejadian itu mempunyai pikiran yang sama. Selain merasa aneh, aku juga sebenarnya kurang percaya dan menganggap hal itu agak berlebihan. Sungguh itu bukan hal yang biasa

Hari ke 1
Peristiwa Aneh Terjadi Padaku
Seminggu kemudian, ada hal yang tidak kusangka-sangka terjadi. Saat itu aku dan teman-teman di gereja mengadakan doa syafaat untuk kaum muda, gereja dan Indonesia. Seperti biasa, kami memuji dan menyembah Tuhan, kami semua berbahasa roh, sungguh kami merasakan hadirat dan jamahan-Nya. Ternyata ini merupakan awal perjalananku bersama dengan Tuhan menuju surga dan neraka.

Setelah doa syafaat selesai, semua yang berdoa berhenti berbahasa roh, kecuali aku. Aku merasa heran karena Roh Kudus masih menguasai aku sehingga hatiku bergejolak dan lidah pun tidak bisa berhenti mengucapkan bahasa roh. Aku berusaha untuk menghentikan bahasa roh tersebut, teta[i usahaku sia-sia karena roh Tuhan lebih kuat lagi menguasaiku sehingga aku tidak dapat menghentikannya.

Seperti biasa, selesai berdoa, kami membahas apa yang didapat dalam doa tersebut. Tetapi aku hanya terdiam dan tersenyum saja saat teman-teman bertanya kepadaku. Dalam hati, aku bertanya kepada Tuhan “Aduh Tuhan kenapa aku tidak bisa berhenti berbahasa Roh?” Ternyata aku juga mengalami hal yang sama dengan Maria…

Sebelum pulang, dengan bahasa isyarat aku meminta kepada rekan-rekan untuk mendoakanku supaya aku berhenti berbahasa Roh. Tetapi aku tidak bisa berhenti berbahasa Roh. Yang terakhir, dengan bahasa isyarat lagi-lagi aku meminta seorang temanku mendoakanku supaya aku berhenti berbahasa roh, tetapi sekali inipun aku tetap tidak bisa berhenti berbahasa roh. Ooh tidak…

Kemudian aku diantar pulang oleh seorang temanku. Di tengah jalan hatiku merasa sedih, bingung, dan aku pun menangis. Aku tidak mengerti mengapa bisa seperti ini. Sesampainya di rumah, Mamiku bingung dan panik melihat keadaanku yang tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Temanku menjelaskan kepada Mamiku bahwa ini adalah proses dari Tuhan. Walaupun sebenarnya hatiku galau, tetapi aku berusaha ikut menjelaskan kepada mamiku melalui tulisan di selembar kertas: “Tenang Mam, ini semua proses dari Tuhan.” Mamiku pun merasa lebih tenang.

Perjumpaan Pertamaku Dengan Tuhan Yesus
Aku tidak bisa tidur karena aku masih tidak percaya dengan kejadian yang aku alami. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana esok saat kuliah dan bekerja. Di depan meja belajar aku duduk sambil meletakkan kepala di atas meja. Aku menangis, sedih, bingung, tidak tahu harus bagaimana. Rasanya stres berat. Ketika aku merasa kesedihan yang luar biasa, tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahuku dan memanggil namaku, “Elisabeth”.

Suara yang sangat lembut tetapi tegas terdengar jelas di telingaku. Aku sangat terkejut, jantungku berdetak kencang. Aku tetap menunduk tetapi perlahan-lahan aku melirik & menoleh ke kiri sedikit. Kulihat jubah putih panjang sampai ke lantai. Hampir saja aku lari masuk ke kamar, ketakutan karena kukira itu hantu.

Detak jantungku bertambah kencang. Terdengar kembali suara di sampingku, “Elisabeth… Ini Aku, jangan takut.” Sesaat setelah mendengar suara yang lembut ini, aku mengarahkan pandangan ke depan ke arah buku-buku dan mencoba sedikit demi sedikit untuk menoleh kembali ke samping kiri. Lebih terkejut lagi ketika ada tangan yang diletakkan di atas meja belajar tepat di samping tanganku.

Tangan itu ada lubang di pergelangan tangan, antara telapak tangan dan urat nadi. Lubang itu cukup besar… Selagi aku memandang tangan-Nya, suara lembut itu kembali terdengar, ”Jangan takut sayang, ini Aku Tuhan Yesus yang selama ini kamu sembah, ini Aku, pegang tanganKu. Aku benar-benar nyata.”

Dengan perlahan kupegang tangan-Nya, tangan itu nyata secara jasmani dan bisa disentuh, bukan bersifat Roh. Sungguh… tangan yang berlubang itu nyata! Aku memasukkan telunjukku ke lubang tangan-Nya, seakan-akan tidak percaya bahwa itu adalah Tuhan Yesus. Aku juga melihat lubang di pergelangan kaki Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengenakan sepatu sandal coklat tua keemasan seperti tentara romawi.

Ini benar-benar nyata…

Aku melihat jubah-Nya dan dengan perlahan aku memegangnya. Kemudian aku mengangkat kepala dan kulihat wajah Tuhan Yesus. Sungguh seperti mimpi rasanya. Wajah-Nya yang lembut dan tegas memandangku dan tersenyum. Saat memandang-Nya, tubuhku terasa lemas seakan tulang-tulang ini lepas. Anehnya hatiku terasa damai, ada sukacita yang meluap.
Tuhan Yesus membelai kepalaku, bagai seorang ayah menyayangi anaknya, “Jangan takut anak-Ku, apa yang kamu alami adalah kehendak-Ku, semua dari Aku.” Aku menganggukkan kepala dan menjawab pelan, “Iya Tuhan…. tetapi bagaimana nanti dengan semua aktifitas dan kegiatan yang aku jalani? Aku harus kuliah sambil bekerja.” “Jangan takut sayang, Aku yang mengatur semuanya, Aku menyertaimu” kata Tuhan sambil memelukku. Aku menganggukkan kepala “Ya Tuhan.. aku mau”, sahutku pelan sambil meneteskan air mata. Semua perkataan Tuhan terdengar jelas di telingaku. Setelah itu Tuhan menghilang.

Aku memegang mulutku sambil berkata dalam hati, “Perasaan tadi waktu berbicara dengan Tuhan Yesus aku dapat berkata-kata dalam bahasa Indonesia.” Tetapi ternyata tidak… Tetap saja aku berbahasa roh. Ternyata, hanya ungkapan hatiku saja yang aku sampaikan dalam bahasa Indonesia, sehingga sepertinya aku berkomunikasi dengan Tuhan dalam bahasa Indonesia.

Pada saat itulah aku baru mengerti bahwa ketika kita berdoa dalam bahasa roh, hanya Tuhan dan pribadi kita yang tahu. Tak seorang pun mengerti, bahkan Malaikat, apalagi iblis
.
Setelah kejadian ini, aku merasa lelah lalu beristirahat.

Hari ke 2
Bangku kosong di belakang supir…
Saat bangun pagi, aku merasa haus dan ingin minum air putih. Betapa terkejutnya karena begitu minum, air putih tersebut tidak bisa kutelan, seperti ada sekat di tenggorokan. Air itu keluar kembali. Aku tidak bisa makan dan minum. Aku teringat pesan Tuhan Yesus kemarin malam, aku pun pasrah. Ini adalah proses dari Tuhan, begitu aku mengingatkan diriku.

Setelah itu aku bersiap untuk kuliah dan seperti biasanya aku berjalan kaki dari rumah sampai tempat angkutan umum. Aku bingung sewaktu akan naik angkutan umum. Bagaimana aku berkomunikasi dengan pak supir saat aku mau turun nanti? Bertambah bingung karena setiap angkutan umum yang akan kutumpangi terlihat penuh. Tuhan memegang janji-Nya, Dia mengatur segala sesuatu. Datanglah angkutan umum yang lain dan aku mendapat tempat duduk tepat di belakang supir sehingga ketika turun aku tidak perlu bicara, hanya memberi tepukan di bahu supir. Baik pergi maupun pulang kuliah, selalu tersedia satu tempat duduk kosong untukku, tepat di belakang supir.

Begitu juga saat kuliah aku bingung bagaimana harus berkomunikasi dengan teman-teman. Ketika ditanya aku hanya mengangguk, geleng kepala, seperti menggumam atau hanya tersenyum saja. Lidah ini terasa kelu. Teman-temanku bertanya, “Kamu sariawan ya?” atau “Kamu lagi stress kali, diajak bicara kok hanya senyum-senyum saja..”, dan lain lain. Sebenarnya aku geregetan, gemas, ada juga rasa berontak dalam hati dan ingin teriak memberitahu mereka “Hai semua… aku lagi diproses Tuhan nih!!” Tapi aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku hanya menerimanya.

Bahkan saat teman terdekat yang tinggal satu komplek denganku berkata, “Kamu kenapa sih..kok aneh.. Kalau ditanya jawabnya cuma menggeleng, mengangguk, menggumam dan tersenyum saja.” Aku hanya pasrah.

Di ruang kuliah, aku selalu duduk paling depan dan biasanya dosen sering bertanya kepadaku tetapi kali ini tidak. Selesai kuliah, biasanya dosen sering menyuruhku membawakan buku-buku dan makalah-makalahnya ke ruang dosen. Tapi kali ini pun tidak.

Aku kuliah di gedung A lantai 1 dan 2, gedung C lantai 3 dan 5 tergantung keberadaan dosen. Memang sih tiap gedung dilengkapi lift tapi seringkali penuh atau tidak berfungsi. Jadi aku lebih banyak berjalan kaki naik turun tangga bahkan ke lantai 5. Dalam keadaan biasa saja sudah cukup melelahkan, apalagi saat tidak dapat makan dan minum, hal ini terasa lebih berat. Akan tetapi, Tuhan memberiku kekuatan. Puji Tuhan.

PERJALANAN KE NERAKA
Pintu Gerbang Neraka
Malam harinya aku berdoa di gereja bersama tim doa. Ketika berdoa, kurasakan tubuh jasmaniku berada di gereja tetapi tubuh rohaniku berada di sebuah tempat yang gelap dan kudengar tangisan dan teriakan melengking.

Tepat di depanku ada sebuah pintu gerbang gelap. Pintu tersebut terbuka dengan sendirinya. Saat dipegang terasa lengket seperti lendir dan berwarna hijau kehitaman. Ketika aku masuk ada pilar-pilar penyangga yang sangat besar. Berwarna hijau kehitaman pula dan lengket seperti lendir. Jalan yang kuinjak seperti lumpur, berlendir dan tidak begitu lebar. Di bagian kiri jalan ada lautan api (*bagian dari Hades, bukan Gehena) yang sangat luas dan berkobar-kobar. Berjuta-juta orang di dalamnya. Di sebelah kanan, ada lautan ulat yang sangat luas dengan berjuta-juta orang di dalamnya.

Aku sangat terkejut mengapa berada di tempat ini. Dimana ini? Aku takut dan bingung. Ketakutanku sirna saat Tuhan Yesus berada di sampingku; Tuhan Yesus berjubah putih, mengenakan sepatu sandal seperti tentara romawi, tangan dan kaki-Nya berlubang, wajah-Nya lembut penuh kasih dan rambut-Nya agak bergelombang coklat tua keemasan. Dia memegang tanganku.

Aku juga memakai jubah putih dan bersepatu sandal mirip kepunyaan Tuhan Yesus. Dalam tubuh rohani, aku berusia 12 tahun padahal secara tubuh jasmani, aku berumur 20 tahun.

Di sekeliling tempat itu sangat menyeramkan. Banyak setan berjalan-jalan. Beragam wujudnya; ada yang besar, ada juga yang ukurannya seperti manusia biasa, ada yang perempuan dan laki-laki dengan berbagai bentuk yang sangat menyeramkan, ada yang seluruh tubuhnya penuh bisul, ada yang bertanduk satu di belakang kepala, ada yang bertanduk dua, dan lain lain.

Walaupun setan-setan itu berjalan di sekitarku, mereka tidak dapat menjamahku karena seluruh tubuhku diselimuti sinar kemuliaan Tuhan. Dan ada Tuhan Yesus di sampingku. Itu sebabnya pula walaupun aku merasakan panas namun api itu tidak dapat membakarku. Setelah melihat daerah tersebut, tubuh rohaniku kembali berada di gereja.

Hari ke 3
Hari ini aku beraktifitas di kampus dari pagi sampai sore. Aku pergi dan pulang kuliah naik angkutan umum. Kembali Tuhan atur dengan baik dan sempurna. Juga ketika berada di dalam ruang kuliah sampai aku tiba kembali di rumah.

Sekitar jam 19.00 kakak pembinaku menelpon. Ia adalah Pdt. Harun Wiyanto, Gembala GBI Pagaden Subang, Jawa Barat. Ia juga Pembina Golden Lamp Ministry (GLM) yang berpusat di Jakarta. Beliau sudah kuanggap sebagai kakak.

Pdt. Harun menanyakan keadaanku melalui mamiku, kemudian ia mendoakan aku. Ia pun menyampaikan bahwa pada hari yang sama di hari pertama aku berbahasa roh dan tidak bisa berhenti, ada 3 orang rekan Golden Lamp Ministry, Jakarta yang juga mengalami hal yang sama. Hanya bedanya mereka berhenti pada hari itu juga, sedangkan aku tidak. Setelah beliau mendoakan aku, ternyata beliau pun mendapatkan pernyataan yang sama dari Tuhan bahwa aku harus menjalankan proses ini selama 40 hari.

Hari ke 4
Gerbang Neraka
Malam hari aku berdoa bersama tim doa gereja. Tubuh rohaniku dibawa Tuhan ke tempat yang berbeda dari tempat yang kulihat kemarin. Aku dan Tuhan berdiri di depan pintu gerbang besar yang terbuat dari seperti tembaga, bersinar terang.

Dengan rasa penasaran aku raba pintu tersebut dan hendak masuk ke dalamnya tetapi ternyata Tuhan Yesus menunjukkan hal yang lain. Ia menunjukkanku tempat yang di bawah, tempat dimana hari sebelumnya aku singgah.

Tuhan Yesus berkata bahwa tempat tersebut adalah Neraka(Hades). Aku melihat dari atas tempat tersebut berbentuk seperti tubuh manusia yang sedang tidur, tangannya terentang sedangkan kakinya lurus rapat, kalau aku perhatikan seperti Tuhan Yesus mati disalib. Tuhan Yesus disalib untuk semua orang supaya tidak masuk ke Neraka.

Setelah aku melihat hal tersebut mataku kembali tertuju ke pintu gerbang besar di depanku. Aku penasaran ada apa di balik pintu gerbang tersebut, dan ingin sekali masuk kedalamnya tetapi Tuhan Yesus membawaku kembali ke Neraka.

Kumasuki pintu yang bentuknya seperti mulut. Kudengar Tuhan berkata, “Oleh sebab itu hati-hati dengan perkataanmu, karena dengan mulut engkau dapat memuji Tuhan dengan mulutmu juga engkau dapat mengeluarkan kata-kata yang kotor dan menghujat Tuhan.”

(Yakobus 3:9 [LAI TB] Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,
3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.)


Aku masuk ke tempat yang bila dilihat dari atas seperti bagian kepala dan leher. Aku berjalan melihat sisi sebelah kiri; terdapat lautan belerang di situ. Di sebelah kanan ada lautan ulat yang bergerak-gerak. Di dalam kedua lautan tersebut ada jutaan orang; mereka menangis, merintih kesakitan dan berteriak memanggil Tuhan Yesus. Aku melihat ke bagian kiri. Ada jutaan orang yang memakai baju berwarna putih, kuning dan lain-lain. Aku coba mendekat ke bagian tepi lautan api tersebut. Banyak dari mereka yang merintih menangis “Ampuni saya Tuhan Yesus, saya mau percaya kepada-Mu.” Aku juga memohon kepada Tuhan Yesus, supaya Tuhan Yesus mengampuni mereka. Mereka dari berbagai macam bangsa. Ada yang berkulit hitam, putih, merah, kuning, coklat.

Tetapi Tuhan Yesus hanya menjawab “Sudah terlambat, sewaktu di dunia kamu sudah diberi kesempatan untuk percaya kepada-Ku dan bertobat tetapi kamu tidak mengambil kesempatan tersebut.”

Jika kita hidup sampai sekarang itu tandanya ada kesempatan dari Tuhan Yesus untuk bertobat dan percaya kepada-Nya. Jangan sampai kita sia-siakan kesempatan tersebut. Berjuta manusia di lautan api dibakar dari ujung kaki sampai ujung kepala. Seperti lilin yang meleleh, begitulah manusia-manusia tersebut terbakar sampai habis tetapi kemudian tubuh mereka kembali utuh seperti sedia kala, lalu dibakar api lagi sampai meleleh. Begitu terus-menerus, berulang-ulang, tidak ada kata berhenti. Apinya kekal. Lautan api itu khusus untuk orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus.

(Wahyu 20:14 [LAI TB] Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.
20:15 Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.)


(Wahyu 21:8 [LAI TB] Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.")

Pada bagian kanan, ada jutaan ulat menggerogoti jutaan manusia. Begitu satu ulat menggigit manusia, darah mengalir dari tubuhnya. Sedangkan ada berjuta-juta ulat menggerogoti tubuh manusia. Darah mengalir dimana-mana, dan berjuta-juta orang mengalami hal tersebut. Mereka digerogoti sampai tubuhnya habis, tulangnya habis tetapi kemudian tubuh mereka kembali utuh seperti sedia kala lalu digerogoti lagi sampai habis; begitu terus-menerus, berulang-ulang. Tidak ada kata berhenti. Ulatnya kekal.

(Yesaya 66:24 [LAI TB] Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.)

(Markus 9:48 [LAI TB] di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.


Mereka berteriak, “Tuhan Yesus ampuni aku…”. Mereka merintih kesakitan. Tetapi Tuhan Yesus berkata kepadaku “Sudah terlambat, ketika di dunia Aku telah memberi banyak kesempatan kepada mereka untuk berbalik kepada-Ku tetapi mereka tidak mengambil kesempatan tersebut.”

Kemudian Tuhan Yesus menggandeng tanganku dan kami berjalan ke tempat yang lebih dalam lagi. Di tengah perjalanan, tiba-tiba aku merasa sendirian. Aku menoleh ke kanan dan kaget sekaligus takut. Ternyata aku benar-benar sendiri. Tuhan Yesus meninggalkanku! Aku benar-benar ketakutan, merasa lemas sampai akhirnya aku tergeletak di tempat itu, menyandar ke dinding Neraka. Aku tidak kuat lagi dengan bau amis darah, bau tubuh terbakar dan lengkingan teriakan orang-orang yang begitu menyakitkan telinga. Aku tergeletak di Neraka.

Tidak lama kemudian aku merasa ada tangan yang kuat dan lembut menggendongku. Hatiku terasa damai setelah memandang wajah-Nya tersenyum kepadaku. Aku ada di gendongan-Nya, di pangkuan-Nya, “Tidak mungkin Aku meninggalkan anak-anak-Ku, tetapi seringkali banyak anak-Ku ketika mengalami masalah yang menurut mereka begitu berat, mereka merasa Aku meninggalkan mereka. Padahal sekali pun Aku tidak pernah meninggalkan mereka, sebaliknya mereka yang meninggalkan Aku.” Kali itu aku mendengar suara Tuhan Yesus yang lembut sekali, sedih seperti mau menangis.

(2 Timotius 2:11 [LAI TB] Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia;
2:12 jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita;
2:13 jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.")


Dampak perjalanan ini sampai ke tubuh jasmani, membuatku merasa lemas sekali, aku merasa tidak kuat berdiri. Pulangnya aku diantar oleh teman-teman satu tim doa.

Hari ke 5
Pagi hari aku kembali kuliah seperti biasa
Siang hari sepulang kuliah aku langsung menuju ke tempat kerja. Aku bekerja tiga hari dalam seminggu. Sesampainya di tempat kerja, pimpinanku bertanya, “Lis, katanya kamu dapat proses dari Tuhan dibawa ke surga dan neraka?” Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Ternyata beliau tahu dari tanteku. Pimpinanku meragukan apa yang aku alami, beliau mencemooh dan menganggap aku terserang stroke. Dari kantor aku mengajar les privat anak SD. Lokasinya tidak jauh dari rumah pimpinanku. Dekat sich, tapi masalahnya bagaimana nanti cara mengajarnya? Puji Tuhan, aku tidak perlu bertanya sebab jadwal pelajaran esok hari dan semua buku sudah tersedia di atas meja. Sebenarnya mereka bingung melihatku tidak berbicara, dianggap aku ini sariawan, sakit gigi dan lain-lain. Aku bersyukur muridku hanya ulangan matematika, sehingga aku tidak perlu mengajar dengan bertanya jawab pada mereka, cukup memberi soal hitungan saja.

Hari ke 6
Kepala - Leher
Siang hari aku berdoa sendiri di kamarku. Mami sedang bekerja dan kedua adikku sekolah. Saat aku menyembah Tuhan dan berbahasa roh, aku dibawa Tuhan ke Neraka lagi. Kali ini aku dibawa ke bagian kedua dari Neraka. Ketika itu aku berdiri di sebuah persimpangan jalan; yang satu ke kiri yang lainnya ke kanan. Bagian pertama Neraka bentuknya seperti kepala dan leher manusia. Di sebelah kiri yang berupa lautan api adalah tempat untuk orang-orang yang tidak percaya Tuhan Yesus Kristus. Di sebelah kanan yang berupa lautan ulat adalah tempat untuk orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tetapi murtad, tidak mempertahankan imannya.

Bagian kedua neraka bentuknya seperti tangan dan tubuh. Di bagian tangan ada jalan menyimpang ke kanan dan ke kiri dan ada lorong-lorong seperti sel penjara. Aku berjalan ke sisi kiri terlebih dahulu kemudian ke sisi kanan lalu ke bagian tubuh. Setiap tempat ada lorong-lorong seperti sel penjara. Setiap sel hukumannya berbeda. Aku melihat di salah satu sel terdapat seseorang yang dijaga oleh beberapa setan. Tempatnya pengap, gelap, hawanya panas dan dindingnya berlendir.

Di salah satu sel ada orang yang matanya dicungkil oleh setan dengan kuku-kuku tajam seperti gading berwarna putih kecokelatan, sedangkan tiga setan lainnya memegang kedua tangan dan kaki orang tersebut. Dalam posisi demikian, mata orang tersebut dicungkil, bola matanya jatuh ke tanah Neraka, darah mengalir deras dari kedua lubang mata orang tersebut, ia meronta-ronta dan berteriak kesakitan.

Kemudian perlahan muncul kembali bola matanya tetapi setan mencungkil lagi, lalu bola matanya muncul kembali, begitu seterusnya. Di sel lain aku melihat ada orang yang lidahnya ditarik setan, kemudian dipotong-potong, darah mengucur di bagian mulutnya sampai lidahnya terpotong semua, kemudian lidah orang tersebut tumbuh kembali seperti sedia kala, kemudian setan melakukan hal yang sama lagi. Sedangkan tiga setan lainnya memegang tangan dan kaki orang itu.

Lalu aku berjalan ke sel lainnya; kulihat seseorang yang kedua tangannya dipotong sedikit demi sedikit sampai habis, kemudian perlahan tangan orang tersebut tumbuh kembali, kemudian dipotong lagi sedikit demi sedikit, dan begitu seterusnya.

Di sel lainnya aku melihat ada orang yang hidungnya dirobek-robek sampai habis dan darah mengalir, tetapi kemudian hidungnya muncul lagi, kemudian dirobek lagi, dan seterusnya.

Pindah ke bagian sel lainnya; ada manusia yang ditarik telinganya, lalu dipotong-potong dan darah mengalir dari sisi kanan dan kiri telinga orang tersebut, tetapi perlahan-lahan telinga tersebut tumbuh kembali kemudian dipotong-potong lagi, tumbuh kembali dan seterusnya.

Di sel lainnya ada yang dipotong kakinya, dimana setan yang satu memegang kedua tangannya, dan dua setan lainnya memegang kedua kakinya. Orang tersebut dalam keadaan terlentang. Darah mengalir dari kedua kaki orang tersebut. Kakinya dipotong sampai habis, kemudian perlahan-lahan tumbuh kembali, dipotong-potong lagi dan seterusnya.

Aku berjalan seorang diri di bagian tangan dan tubuh Neraka, tetapi suara Tuhan Yesus mengiringiku dari atas, dan begitu jelas sekali terdengar olehku sehingga aku tidak merasa takut. Sambil berjalan aku pun bertanya kepada Tuhan Yesus mengapa hukuman di setiap sel berbeda. Apakah ini untuk orang-orang yang tidak percaya kepada-Mu juga, Tuhan?”.
Jawab Tuhan kepadaku, “Bukan anak-Ku, itu untuk orang yang percaya kepada-Ku, tetapi dengan setiap anggota tubuh mereka melakukan hal-hal yang jahat, yang tidak sesuai dengan firman-Ku.

Dengan matamu engkau melihat film, gambar dan situs internet porno, memandang wanita atau pria sehingga menimbulkan nafsu serta menginginkannya. Jika engkau tidak bertobat sampai akhir hidupmu, maka engkau akan dimasukkan ke dalam Neraka.

Dengan lidahmu engkau berkata-kata yang jahat, mengecap narkoba, mencela orang, mengucapkan kata kutuk, sumpah, serta menghujat Aku, terlebih Roh Kudus, jika sampai akhir hidupmu engkau tidak bertobat, maka seluruh tubuhmu akan dimasukkan ke dalam Neraka.

Dengan hidungmu, engkau menghisap obat-obat terlarang, bersemedi, jika sampai akhir hidupmu tidak bertobat, maka seluruh tubuhmu akan dimasukkan ke dalam Neraka. Dengan tanganmu engkau mencuri, mengambil apa yang bukan menjadi hakmu termasuk mencuri perpuluhan. Walaupun engkau tidak mencuri tetapi dengan tanganmu engkau melakukan perbuatan kejam, membunuh, berkelahi dan kejahatan lain yang engkau lakukan dengan tanganmu, jika sampai akhir hidupmu engkau tidak bertobat, maka engkau akan dimasukkan ke dalam Neraka.

Dengan kakimu engkau berjalan ke tempat-tempat pelacuran, diskotik dan banyak kejahatan lain yang engkau lakukan dengan kakimu, kalau engkau tidak bertobat sampai akhir hidupmu maka engkau dan seluruh tubuhmu akan dimasukkan ke dalam Neraka.

Dalam hatimu engkau menyimpan kekecewaan, akar pahit, perkataan-perkataan jahat sehingga engkau melakukan kejahatan, membunuh, dan bila engkau tidak bertobat sampai akhir hidupmu maka engkau akan masuk ke dalam Neraka dengan tubuhmu yang utuh.“

Sewaktu Tuhan Yesus berbicara, aku sedang berada di depan sel di mana dalam sel tersebut ada orang yang diikat kaki dan tangannya dalam keadaan berdiri sedangkan setan melempar tombak dari jarak jauh tepat mengenai jantungnya. Darah mengalir dari dada, mulut, hidung dan telinga. Lalu perlahan-lahan pulih kembali seperti sediakala lalu ditusuk tombak lagi, pulih kembali dan seterusnya.

Hukuman di Neraka tidak ada kata berhenti ataupun istirahat. Hukumannya berlangsung terus menerus, tiap saat, tiap jam, tiap detik. Kekal. Ketika Tuhan menyingkapkan setiap dosa, terlihat gambar banyak orang yang kebanyakan anak-anak muda sedang berpesta pora di diskotik dan mabuk karena minum minuman keras.

Tubuh rohaniku berada di Neraka, tetapi baunya serta teriakan orang-orang sampai terasa di tubuh jasmani. Aku merasa pusing, telinga terasa sakit, bahkan rasa mual dan keringat dingin mengalir.

“Apa yang kamu perbuat dengan anggota tubuhmu, harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Ku karena Aku memberi anggota tubuh kepadamu untuk melakukan perbuatan yang mulia, untuk memuliakan nama-Ku.“

(Roma 6:13 [LAI TB] Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.)

(Roma 6:19 [LAI TB] Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.)


Aku mulai berdoa jam 10.30 dan berakhir jam 15.00. Masih kurasakan bau Neraka menempel di rumahku. Aku merasa lemas, kemudian beristirahat.

Hari ke 7
Proses Penyaliban

Sore hari aku berdoa di Gereja bersama dengan tim doa. Kami berdoa menyembah Tuhan, berbahasa Roh. Lama kelamaan mulutku hanya komat kamit saja tetapi dalam hati berbahasa Roh, tubuhku mulai terasa susah digerakkan.

Entah berada dimana, tempat itu terang dan ada bukit-bukit batu. Kemudian ada dua telapak tangan besar yang bersinar mengambil tubuh rohaniku dan diletakkan di atas sebuah kayu. Aku tidak tahu kayu apa itu. Setelah diperhatikan ternyata kayu tersebut berbentuk salib. Ingin rasanya aku berdiri dan lari tetapi keinginan tersebut tidak bisa kulakukan. Aku diletakkan dengan posisi tidur terlentang, tangan kanan dan kiri terentang sedangkan posisi kaki lurus merapat. Ternyata dampaknya sama dengan posisi tubuhku secara jasmani, perlahan-lahan dari posisi duduk berguling menjadi posisi tidur terlentang persis seperti posisi tubuh rohani.

Kemudian perlahan-lahan tangan besar tersebut mengambil paku dan palu. Aku terkejut dan berontak. Aku takut. Belum pernah kulihat paku sebesar itu. Paku yang besar sekali mulai dipakukan ke tanganku di antara telapak tangan dan pergelangan tangan, daerah urat nadi. Pertama tangan sebelah kanan, lalu sebelah kiri. Dalam tubuh rohani darah keluar mengalir sampai aku pun merasakan sakit yang luar biasa di tubuh jasmani. Aku merintih oleh karena sakit yang teramat sangat. Setelah tangan kanan dan tangan kiri, beralih ke pergelangan kakiku yang dipaku.

Kaki kanan ditumpangkan ke kaki kiri
Mulailah tangan besar tersebut memaku kakiku, tepatnya di pergelangan kaki. Kaki kananku diletakkan di atas kaki kiri, kemudian dipaku. Secara rohani darah keluar mengalir. Secara jasmani, aku mengalami kesakitan. Kepala diberi mahkota duri. Secara jasmani tubuhku mengeluarkan keringat dingin, sakit sekali rasanya. Melihat tubuhku meronta-ronta kesakitan, teman-temanku berdoa dan menangis memohon belas kasihan Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Lambung yang ditikam tombak.

Setelah itu lambungku ditikam sampai mengeluarkan darah dan air. Tubuhku sakit sekali, dari ujung kepala sampai kaki terasa ngilu, terasa linu sekali. Teramat sakit seakan-akan tulang-tulangku hampir rontok semua. Aku sudah tidak kuat…

Tenggorokan pun terasa sakit dan kering, seperti ada sekat. Aku sangat haus. Kemudian, secara tubuh rohani, aku diberi minum yang rasanya amat pahit melebihi jamu ataupun obat yang pernah kuminum. Dan sangat asam. Pahit dan asam, bercampur jadi satu. Sampai aku tidak kuat, secara jasmani aku ingin muntah.

Melalui kejadian tersebut Tuhan berpesan, “Sampaikan kepada umat-Ku, jangan menyalibkan AKU untuk yang kedua kalinya, baik melalui perbuatan tanganmu, kakimu, pikiranmu bahkan hatimu yang orang lain tidak ketahui apa yang kau lakukan. Bertobatlah, jangan berbuat dosa lagi. Aku sudah menebus dosa-dosa kalian di atas kayu salib, bahkan setiap penyakit-penyakitmu, kelemahanmu sudah Aku tanggung melalui darah-Ku. Jangan sia-siakan pengorbanan-Ku.”

(Ibrani 6:4 [LAI TB] Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, 6:5 dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, 6:6 namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. 6:7 Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; 6:8 tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran.)
Setelah peristiwa penyaliban, doa dan penyembahan pun selesai. Saat itu pukul 21.30.

Hari ke 8
Pagi hari, aku kuliah seperti biasa. Sesampainya di kampus, entah kenapa aku merasa asing. Bahkan ketika aku bergabung dengan teman-teman, aku tetap merasa asing. Mereka mengejek dan mencela; mengatakan aku aneh, bisu, sariawan dan lain-lain. Tak ada satu pun yang tidak mengejek, termasuk teman dekatku. Ingin rasanya berteriak tetapi tidak bisa. Aku hanya menjerit dalam hati. Aku merasa sudah tidak kuat lagi. Aku merasa sendiri.

Suasana lain kurasakan saat pulang kuliah, saat aku berjalan kaki bersama teman-teman. Biasanya kami bersenda gurau, tetapi kali ini tidak. Tak seorang pun mengerti, bahkan teman terdekat menjauh. Aku dianggap aneh oleh mereka.

Mataku berkaca-kaca dan menangis, tetapi dengan segera kuhapus air mataku. Saat sedih, aku melihat Tuhan Yesus menangis, kurasakan tetesan air mata-Nya jatuh mengenai kepala dan tanganku walaupun secara jasmani, kepala dan tanganku tidak basah. “Jangan sedih sayang, Aku pun pernah mengalami apa yang kamu alami, bahkan orang yang sering bersama-sama dan dekat dengan Aku meninggalkan Aku. Sesungguhnya apa yang kamu alami dan rasakan, Aku juga merasakannya. Ketika kamu sendiri, merasa semua orang meninggalkan kamu, ada Aku yang selalu menemani kamu.”

(Ibrani 4:14 [LAI TB] Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.)


Sesampainya di rumah, tidak lama kemudian aku mendengar ketukan di pintu depan. Ternyata Jenny sahabatku, yang tinggal satu komplek datang dan langsung memelukku dan berkata, “Elisabeth, maafkan aku ya selama ini aku mengejekmu, aku tidak tahu kalau kamu sedang diproses Tuhan.” Kemudian ia menceritakan bahwa ia mengetahui hal ini dari Tuhan ketika ia sedang berdoa. Jenny adalah salah satu pendoa syafaat.

Hari ke 9
Aku berdoa seorang diri di kamar. Berbahasa Roh menyembah Tuhan. Kembali tubuhku dibawa oleh Tuhan ke Neraka, di bagian yang terdapat banyak sel.

Bagian Neraka yang bentuknya seperti tangan
Aku disuruh Tuhan berjalan ke bagian ujung dari bagian tangan tersebut. Bentuknya seperti telapak tangan beserta jari-jarinya. Aku terus berjalan ke bagian ujung jari seorang diri, tetapi aku berusaha untuk tidak takut karena ada suara Tuhan yang menuntunku dari atas.

Perlahan aku berjalan ke bagian paling ujung dari tangan tersebut. Aku melihat bagian tersebut satu per satu. Tempat tersebut gelap, pengap, bau dan terasa ada hawa panas dari tempat tersebut. Ada banyak setan bergerombol disana. Tangan dan kaki mereka diikat dengan rantai yang sangat besar.

Ketika mengamati tempat tersebut tiba-tiba aku mendengar suara seperti doa, tetapi bahasanya tidak kukenal. Di hadapanku terlihat gambar besar seperti layar film. Disitu ada seseorang berpakaian hitam-hitam dengan bunga-bunga sesajen di depannya. Begitu ia berdoa dengan mulut komat kamit dan berkata-kata dengan bahasa yang tidak kumengerti, sepertinya sebuah mantra, saat itu juga setan besar dengan tanduk besar di belakang kepalanya, terlepas dari rantai-rantai yang mengikatnya. Iblis itu keluar dari Neraka dan berjalan ke hadapan orang tersebut, siap untuk melakukan perintahnya.

Aku melihat gambaran di depanku; ada beberapa orang seperti pemimpin agama sedang mendoakan rumah suatu keluarga. Saat roh-roh jahat diusir dari rumah tersebut, roh-roh tersebut berpindah ke neraka dalam keadaan terikat. Satu per satu masuk ke sel-sel yang ada di Neraka tersebut. Anehnya ada roh-roh jahat lain yang keluar dari sel-sel tersebut; lebih besar dari roh-roh jahat sebelumnya, kemudian mereka langsung menghuni rumah yang sedang didoakan.

Ada gambaran lain yang kulihat; orang yang kerasukan, berteriak dan meronta-ronta.
Di dekatnya ada orang seperti dukun sedang mendoakannya. Sesaat saja setan-setan keluar dari tubuh orang yang kerasukan. Rupanya seperti nenek tua tetapi begitu ada di Neraka berubah bentuk menjadi setan yang sangat jelek, menyeramkan dengan gigi yang tajam. Dalam keadaan terikat ia masuk ke sel di neraka. Saat ia masuk, setan lain yang lebih besar keluar dari sel yang sama. Ikatan rantainya terlepas dan ia menggantikan roh jahat yang sebelumnya merasuki orang itu. Sebelum masuk ke tubuhnya, si setan berubah bentuk menjadi wanita yang sangat cantik dengan pakaian putri raja. Orang tersebut berhenti kesakitan, berhenti berteriak dan langsung sadar.

Gambaran lainnya; banyak orang sedang berdoa, melakukan penyembahan bukan di tempat ibadah melainkan di gunung-gunung, pohon-pohon dan goa-goa. Tidak lama kemudian orang tersebut menjadi berkelimpahan dalam hal harta duniawi.

Digambarkan dengan jelas bagaimana cara kerja si setan dalam memenuhi keinginan pemujanya yang mengingini kekayaan. Banyak roh jahat mengambil harta benda dari orang yang satu kemudian dipindahkan ke orang lain yang memujanya yakni melalui usaha yang berhasil atau keuntungan yang berlimpah. Sementara di pihak lain ada orang-orang yang menjadi bangkrut karena harta bendanya dicuri oleh roh-roh jahat.

Selama orang-orang tersebut melakukan ritual, harta bendanya bertambah. Sebaliknya, yang lalai atau lupa melakukan ritual, tidak lama kemudian ada peristiwa yang membuatnya jatuh miskin; usahanya bangkrut, harta bendanya habis karena tertipu, atau anggota keluarganya tiba-tiba sakit parah sehingga menghabiskan harta untuk biaya pengobatannya. Semua kekayaan yang terhilang dipindahkan ke para pemuja setan yang rajin melakukan ritual. Setan merasa memiliki orang yang menyembahnya, artinya orang tersebut dan keturunannya menjadi miliknya dan si setan bebas berbuat sesuatu atas mereka.

Setan mengambil harta dari orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus dan yang tidak sungguh-sungguh kepada-Nya. Mereka tidak ada tanda kepemilikan Tuhan Yesus.Yang kulihat iblis selalu mengambil harta benda dari orang-orang yang rohnya gelap, rumahnya gelap yang di dalamnya terdapat iblis yang lebih kecil atau lebih rendah pangkatnya.

Benar kata Firman Tuhan, pekerjaan setan adalah mencuri, membunuh dan membinasakan. Jangan pernah sekalipun bermain-main dengan kuasa kegelapan karena begitu sekali atau sedikit saja bermain dengan kuasa kegelapan, maka hidup orang tersebut beserta keturunan dan keluarganya menjadi milik iblis.

Setelah itu aku selesai berdoa.

Hari ke 10
Jantung Neraka (Pusat Neraka)
Aku berdoa di kamar seorang diri. Kemudian Tuhan Yesus membawa tubuh rohaniku ke Neraka. Berjalan seorang diri di Neraka dan melihat iblis berjalan kian kemari tetap saja membuat jantungku berdetak kencang meski sudah kesekian kalinya aku memasuki Neraka.

Terdengar dari atas suara Tuhan Yesus menyuruhku masuk dan berjalan lebih dalam lagi. Aku berada di bagian Tubuh dan Jantung Neraka. Di tengah bagian tubuh tersebut ada jalan menurun, Tuhan Yesus menyuruhku mengikuti jalan itu. Setelah berjalan terus, aku tiba di sebuah tempat yang bentuknya seperti kawah gunung berapi, seperti sumur yang di dalamnya terdapat cairan mendidih dengan gelembung-gelembung air. Airnya tidak bening tetapi seperti lender berwarna hijau kecoklatan, mirip rawa, ada warna coklat kemerahan, seperti warna urat-urat nadi. Tempat ini terpanas di bagian Neraka, paling bau sehingga membuatku mual sampai tubuh jasmaniku turut merasakan panas dan berkeringat.

Kata Tuhan, “Tempat ini merupakan jantung neraka atau pusat neraka.” Aku mendengar dengan jelas perkataan Tuhan Yesus. Di depan, aku melihat orang-orang yang digantung berdua-dua, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Posisi mereka saling membelakangi, punggung dengan punggung menempel. Orang-orang tersebut digantung di atas, lalu perlahan-lahan diturunkan ke dalam sumur kawah, begitu kaki mereka menyentuh cairan mendidih, mereka berteriak dan meronta kesakitan, serta memanggil nama Tuhan Yesus memohon pengampunan. Perlahan-lahan tubuh mereka dimasukkan sampai tenggelam, kemudian dengan perlahan-lahan pula tubuh mereka diangkat. Saat diangkat, tubuh mereka meleleh seperti lilin, kulitnya mengelupas, lalu dagingnya kemudian tulang-tulangnya pun meleleh perlahan-lahan dari ujung kaki sampai ujung kepala sampai habis tak tersisa. Kemudian perlahan-lahan tubuh mereka tumbuh kembali, sempurna seperti sediakala. Lalu mereka dimasukkan ke sumur kawah, meleleh, tubuh mereka habis kemudian tumbuh kembali. Begitu seterusnya. Hukuman tersebut terus menerus dan tidak ada kata berhenti.

Kata Tuhan, “Hukuman ini untuk kaum gay; lesbian, homoseksual, dan banci. Kalau mereka sampai akhir hidupnya tidak bertobat mereka akan masuk ke tempat ini, padahal mereka sudah mengaku menjadi anak-Ku dan percaya kepada-Ku.”

(Imamat 18:22 [LAI TB] Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.)

(Imamat 20:13 [LAI TB] Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.


Tubuh jasmaniku terasa lemas sekali, telinga pun terasa sakit mendengar teriakan orang-orang. Perutku terasa mual, badan berkeringat dan terasa panas. Aku tidak kuat dan tergeletak lemas. Setelah bangun, aku melihat di cermin muka dan telingaku merah seperti habis berjemur di bawah sinar matahari.

Hari ke 11
Aku berdoa sendiri di kamar. Ketika berdoa dan berbahasa Roh, aku kembali dibawa Tuhan ke Jantung Neraka. Lagi-lagi aku berada di tempat tersebut sendiri dan hanya mendengar suara Tuhan dari atas saja. Tempat itu paling panas, paling bau, dan banyak setan berjalan hilir mudik.

Tuhan menyuruhku melihat-lihat Jantung Neraka, ternyata di sekitarnya ada tempat seperti sel-sel penjara yang di dalamnya terdapat satu orang yang dihukum. Tidak ada setan yang menjaga di sel-sel tersebut, aku melihat dari luar dinding-dinding sel tersebut seperti bergerak-gerak. Ternyata setelah aku perhatikan dinding tersebut dipenuhi oleh belatung atau ulat yang sangat kecil. Di tengah sel tersebut ada orang yang terlentang, terikat tangan dan kakinya. Perlahan-lahan ulat-ulat kecil tersebut merayap di tubuh orang itu, tepat di bagian alat kelaminnya ulat-ulat kecil mulai menggigit, sehingga darah menyembur dan mengalir. Teriakan yang melengking, teriakan kesakitan terdengar di setiap sel. Orang tersebut adalah seorang pria. Begitu alat kelaminnya digerogoti sampai habis, kemudian tumbuh dan utuh seperti sedia kala. Kemudian kembali digerogoti sampai habis. Setelah tumbuh kembali, digerogoti ulat-ulat kecil kembali. Terus menerus.

Di sel sebelahnya terlihat seorang wanita yang terlentang dan terikat tangan dan kakinya, dinding-dinding selnya dipenuhi ulat-ulat kecil. Perlahan-lahan tubuh wanita tersebut dipenuhi ulat-ulat kecil, tetapi tepat di bagian alat kelamin dan dadanya, ulat-ulat kecil mulai menggerogoti. Darah menyembur, mengalir dan teriakan kesakitan meminta ampun kepada Tuhan mulai terdengar. Tuhan hanya berkata, “Sudah terlambat, saat di dunia kamu diberi kesempatan untuk bertobat tetapi kesempatan itu tidak kamu ambil.” Tuhan menjelaskan kepadaku bahwa di sel-sel tersebut khusus untuk orang-orang yang suka bermain-main dengan alat kelaminnya; melakukan dosa perzinahan, dosa seksual, menjadi wanita simpanan, pelacur, atau menjadi pria simpanan. Atau orang-orang yang pergi ke tempat pelacuran, yang tidak setia pada pasangannya, selingkuh dan dosa seksual lainnya, termasuk free sex. Segala dosa yang berhubungan dengan alat kelamin. Kalau sampai akhir hidupnya tidak bertobat padahal mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dan mengenal Dia, maka akan dimasukkan ke tempat yang paling mengerikan yaitu Neraka, disana ulat-ulatnya tidak akan pernah mati, hukuman tidak akan pernah berhenti. Aku terus berjalan berkeliling melihat tiap-tiap sel dengan hukuman yang sama, tiap sel diisi satu orang, di sel yang satu diisi oleh wanita dan di sebelahnya diisi oleh pria. Berselang-seling dan ada berjuta-juta sel disana.

Hari ke 12
Aku kembali berada di Jantung Neraka untuk yang ketiga kalinya. Aku berdiri di depan sumur besar yang di dalamnya terdapat cairan mendidih.

Ketika akan berjalan ke tempat yang lebih jauh, tiba-tiba langkahku terhenti karena di depan ada gambaran besar seperti layar film yang besar sekali. Disitu terlihat sekelompok orang yang sedang berdoa, berbahasa Roh melakukan peperangan rohani. Terdengar mereka berdoa mengusir roh-roh jahat dan banyak roh jahat yang keluar dari tempat tersebut tapi sayangnya mereka hanya mengatakan “pergi semua roh-roh jahat” untuk mengusir roh jahat atau setan, sehingga hanya membuat roh-roh jahat pergi dari tempat tersebut dan berpindah ke tempat lain. Setelah itu aku melihat ada orang-orang yang mendoakan orang-orang lain yang kerasukan, hanya berbahasa Roh dan mengatakan “Pergi, aku mengusir roh-roh jahat dalam tubuh orang ini”. Memang sih roh-roh jahat itu pergi, tapi hanya berpindah ke tempat lain dan ada yang berjalan-jalan. Seakan-akan doa orang-orang tersebut tidak ada Otoritas Tuhan.

Setelah itu aku melihat orang-orang berdoa dan berbahasa Roh berkata: “Semua roh jahat terikat, terbakar dengan api dari Surga”, dan aku melihat setiap roh jahat tubuhnya hancur dan tepat di sisiku ada abu masuk ke sumur yang dalam di jurang Neraka tersebut. Kemudian timbul makhluk-makhluk seram dari sumur kawah tersebut. Tidak seperti makhluk kecil menyeramkan penghuni neraka berbentuk tangan, makhluk-makhluk disini sangat besar, bersayap, bertanduk, berkuku tajam dan bermata merah. Mereka keluar dari sumur untuk kemudian diikat dan masuk ke tempat paling ujung dalam keadaan terbelenggu dan tidak dapat keluar lagi ke dunia.

Tuhan menjelaskan kepadaku bahwa yang Tuhan mau bukan sekedar berbahasa Roh dan mengusir setan tapi benar-benar perkataan kita ada Otoritas-Nya.

Perkataan yang keluar dari dalam hati yang tulus, penuh Otoritas iman kepada Tuhan Yesus, benar-benar percaya kepada Tuhan Yesus sampai mengendalikan setiap pikiran kita yang kadang tidak percaya.

Tuhan sedih dan menyampaikan bahwa banyak Gereja Tuhan yang kehilangan urapan Tuhan, Otoritas Tuhan, bahkan tidak percaya kepada setiap pekerjaan Roh Kudus, yaitu Roh Tuhan sendiri. Diantaranya tidak percaya kepada bahasa Roh, padahal semua perkataan Tuhan, setiap firman Tuhan sudah tertulis.

Hari ke 13
Ini yang ke-empat kalinya Tuhan membawa tubuh rohaniku ke Jantung Neraka.
Aku seorang diri di tempat ini. Hanya ada suara Tuhan yang menuntunku untuk berjalan-jalan melihat tempat tersebut. Setelah melihat sel-sel di tempat yang sebenarnya sudah kukunjungi kemarin, kemudian aku berjalan ke bagian paling ujung. Di sana ada lorong besar dan aku melihat banyak sekali – tak terhitung jumlahnya – makhluk yang sangat besar dan menyeramkan. Mereka bersayap, bertanduk dan terdapat tanda pangkat di bahu kanan dan kiri. Tidak seperti tentara di dunia yang tandanya menempel di baju, bisa dilepas dan dicuci, tanda pangkat Iblis menyatu dengan tubuhnya; ada yang seperti tulang yang menonjol, ada seperti bisul-bisul, luka-luka bakar, atau seperti cairan-cairan lendir yang menempel, dan ada pula yang berbulu.

Saat aku memperhatikan tempat tersebut, muncul di hadapanku gambar besar seperti film. Banyak orang berpakaian hitam, kebanyakan pemuda-pemudi, remaja yang sedang berpesta pora, mabuk-mabukan dan melakukan free sex. Setelah itu ada doa-doa yang mereka ucapkan, aku tidak mengerti bahasanya, kedengarannya seperti bahasa Latin. Setelah mereka berdoa, salah satunya menyebut kata “Satan”, kemudian muncullah satu setan besar keluar dari selnya; belenggunya terlepas dan masuk ke gereja-gereja yang secara rohani tampak gelap, tidak ada urapan Tuhan.

Ada juga setan yang berkeliaran di jalan-jalan, membuat orang tiba-tiba mengalami kecelakaan karena pikirannya dibuat menjadi kosong, terutama orang-orang yang tidak ada tanda kepemilikan Tuhan Yesus atau walaupun ada tanda kepemilikan Tuhan Yesus tapi orang tersebut membuat celah dengan berbuat dosa. Hal-hal jahat lainnya yang diperbuat Iblis seperti:

1. Membuat orang menjadi hilang ingatan. Pikirannya diambil dan diberikan kepada pemuja setan untuk dijadikan tumbal.
2. Menjadikan bayi-bayi yang diaborsi menjadi tumbal.
Semakin banyak tumbal yang didapat semakin banyak setan besar yang terlepas dari belenggu dan mendatangi tempat pemujanya. Oleh karenanya, perlu sekali kita sebagai anak Tuhan banyak berdoa supaya kita selalu dilindungi oleh darah Tuhan Yesus. Tuhan mau supaya kita dekat atau intim pada-Nya.

Setelah itu aku berjalan ke tempat lain yang bentuknya seperti lorong atau gua yang besar. Aku melihat tahta kerajaan yang gelap dan menyeramkan. Ada sesosok makhluk yang besar sekali, setengah binatang dan setengahnya tubuh mahluk yang menyeramkan. Ekornya panjang, ujungnya seperti ujung tombak, matanya merah padam. Disana ada juga binatang seperti ular besar berwarna hitam kehijauan. Aku sempat takut melihatnya dan berusaha tenang, karena ada suara Tuhan yang mengatakan, “Jangan takut sayang, mereka tidak ada yang dapat menjamahmu, karena kamu dilingkupi sinar kemuliaan-Ku.”

Hari ke 14
Aku merasa sangat lelah menghadapi proses ini. Kakiku terasa sangat lemas dan hampir tidak dapat berjalan. Telapak kaki dan tangan terasa dingin, tetapi tubuh dan kepala terasa panas ditambah dengan suhu kota Semarang yang sedang tinggi-tingginya.

Meskipun demikian, Neraka jauh lebih panas dibandingkan apa yang kurasakan saat ini. Tenggorokanku terasa sangat kering. Yang dapat kulakukan hanya duduk sambil menyembah Tuhan hingga akhirnya aku tergeletak di tempat tidur, mata pun terasa berat untuk dibuka. Aku merasa lelah, lemas, panas…

Bapa Memberi Kekuatan Baru
Kembali aku menyembah Tuhan. Sesaat kemudian, aku berada di tempat lain; tempat yang sangat bersinar terang, sunyi, tenang, sejuk, bukan Neraka yang beberapa hari ini aku kunjungi.

Tempat ini seperti sebuah ruangan. Aku berlutut di hadapan Tuhan Yesus. Dengan sinar kemuliaan-Nya, Ia duduk diatas kursi yang sangat indah sekali. Wajah-Nya sangat tegas, bijaksana dan Ia tersenyum lembut padaku.

Hampir-hampir aku tidak jelas melihatnya karena sinarnya sangat terang. Aku menundukkan kepalaku serta menitikan air mata. Kupanggil nama-Nya ”Tuhan Yesus”… dan aku tidak dapat berkata-kata lagi. Tetapi Tuhan mengetahui apa yang kualami, rasakan dan pikirkan. Bahkan apa yang terkandung dalam hatiku pun Tuhan tahu. “Aku tahu kamu sudah merasa sangat lelah…”, kata Tuhan. Kemudian Tuhan mendekat dan duduk di sampingku, Dia merangkul dan memelukku. Aku merasakan kasih seorang ayah yang selama ini sudah lama hilang dalam kehidupanku.

“Aku ini Bapa-mu, tidak akan sekali-kali meninggalkanmu. Aku yang memberikan kekuatan kepadamu untuk menjalani hidup ini. Aku, Bapa mengasihimu.” Air mataku mengalir deras.. “Bapa…”, kataku pelan.

Penghiburan dari Tuhan melebihi apapun yang kualami, kelelahan dan rasa lemas tiba-tiba sirna. Ada kekuatan dan semangat yang baru yang mengalir dalam tubuhku.

Hari ke 15
Hari ini aku bangun dengan penuh ucapan syukur. Walaupun tubuhku masih terasa lemah dan panas, tetapi ada gairah dan semangat baru karena perjumpaan kemarin dengan Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Aku duduk dekat pintu rumah untuk menghirup udara segar. Dalam hatiku ada semangat yang besar sekali untuk kembali berdoa seperti kemarin dan merasakan pelukan Tuhan. Dengan perlahan aku berjalan menuju ke kamar untuk berdoa.

Aku mulai berdoa dan menyembah Tuhan. Ada rasa sukacita yang meluap-luap untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus seperti kemarin. Tidak lama kemudian sesuatu terjadi.

Kaki Neraka (Ujung Neraka)
Tubuh rohaniku kembali berada di Neraka. Aku terkejut dan sempat protes, “Tuhan, mengapa dari kemarin aku dibawa ke sini terus?” Aku berada di JANTUNG NERAKA. Di depanku terlihat lorong-lorong kecil tempat roh-roh jahat bergerombol. Ada suara Tuhan dari atas menuntunku. “Tuhan, ini sudah yang kelima kalinya lho…“ protesku. Tapi Tuhan menjawab, “Bukan ini yang hendak Aku tunjukkan kepadamu, berjalanlah berbalik arah, di sana ada jalan menanjak, kamu akan tiba di tempat paling ujung, paling gelap dari Neraka.”

Tibalah aku di jalan menanjak tersebut dan kuikuti jalan itu sampai ke ujungnya. Ada lorong panjang dengan sel-sel kecil di sisi kiri kanannya. Tempat itu gelap, pengap, dan sekujur tubuhku terasa dingin seperti masuk lemari pendingin, bahkan lebih dingin sampai mulut terasa kaku dan gigi pun ngilu. Demikian pula tubuh jasmaniku merasakan hal yang sama.

Aku mulai melihat sel-sel tersebut. Gelap, seakan-akan tidak bisa melihat ke dalamnya. (Matius 8:12; 22:13; 25:30; 2 Petrus 2:17). Tapi sinar kemuliaan Tuhan membuatku bisa melihat keadaan di sekelilingku. Di dalam sel ada seseorang berpakaian kemeja, berdasi dan bercelana panjang berusaha lari keluar. Tetapi ada sekitar 5 setan menangkap orang tersebut dan menyiksanya. Ia dipukul, dicambuk, dicakar sampai tergeletak, mukanya tidak berbentuk lagi, darah mengalir dimana-mana.

Begitu tubuh orang itu rusak, kemudian kembali baik seperti semula, lalu disiksa lagi sampai tubuhnya rusak, baik kembali, disiksa lagi, begitu seterusnya. Setan hanya tertawa-tawa “Ayo, kamu di dunia kan pintar khotbah, disini juga bisa khotbah”, begitu kata Iblis. Aku terkejut mengapa ada pendeta di tempat ini.

Aku melihat sel-sel lainnya sama seperti itu, isinya ada pria dan wanita. Di tiap sel ada satu orang disiksa oleh 5 setan. Saat aku menyusuri lorong dan memperhatikan orang-orang di dalamnya, ada gambaran besar muncul di hadapanku. Ada seorang Penginjil yang sangat hebat urapannya, bisa menyembuhkan orang, tetapi setelah itu tanpa sepengetahuan orang lain ia pergi ke tempat pelacuran. Ada juga hamba Tuhan yang menyiksa istrinya, mencuri uang persembahan gereja, sombong membanggakan dirinya, nonton film porno, punya istri atau suami simpanan, atau selingkuh. Selain penginjil ada juga worship leader, singer, pelayan mimbar, diaken, pemain musik gereja baik pria maupun wanita, semua terlihat di gambar tersebut.

Aku terkejut melihatnya dan bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa banyak hamba-Mu yang masuk Neraka padahal mereka hebat, urapannya dahsyat, banyak berdoa dan berpuasa”. Tuhan berkata “Banyak orang yang mengaku jadi hamba-Ku, pelayan-Ku tetapi tingkah laku mereka menyakitkan hati-Ku, tidak sesuai dengan firman-Ku. Padahal mereka tahu banyak tentang firman-Ku. Banyak pelayan-pelayan-Ku yang mencuri kemuliaan-Ku.” Terdengar orang-orang di sel-sel tersebut berteriak minta ampun kepada Tuhan.

Hari ke 16
Pintu Gerbang Surga
Hari ini ketika berdoa, tubuh rohaniku dibawa ke tempat lain. Tetapi aku perhatikan ini bukan Neraka yang kemarin-kemarin aku kunjungi. Disampingku berdiri Tuhan Yesus yang tersenyum lembut. Di depan ada sebuah pintu gerbang yang sangat besar. Tak sabar rasanya aku ingin segera masuk.

Sebelum masuk, aku meraba-raba pintu tersebut, warnanya seperti kayu tetapi ternyata bukan kayu. Permukaannya halus, dindingnya berkilauan, warnanya abu-abu seperti tumpukan batu-batu kokoh yang tersusun dengan rapi.

Aku hendak membuka pintu tersebut tetapi ternyata susah sekali. Mendorongnya pun aku tidak kuat. Aku melihat tubuh rohaniku adalah seorang anak kecil berumur 12 tahun. “Apakah karena masih kecil ya sehingga aku tidak kuat mendorongnya?” begitu pikirku.

Kemudian mataku tertuju pada sebuah lubang kunci. “Oh bagaimana aku bisa masuk tanpa mempunyai kunci?”, kataku dalam hati. Aku melihat Tuhan Yesus berdiri tidak jauh dariku. Dia tersenyum dan menghampiriku, kemudian menggandeng tanganku seperti seorang ayah yang menggandeng anaknya dengan penuh kasih.

Tetapi Tuhan Yesus tidak mengajakku masuk kedalam pintu gerbang tersebut. Dia berbalik arah… “Tenang sayang, Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu tempat dimana kamu berada beberapa hari ini.”

Tuhan Yesus menunjuk ke arah bawah. “Lihatlah ke bawah, itu adalah Neraka di mana orang-orang mendapat hukuman kekal”, kata Tuhan. Aku melihat ke bawah memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Aku melihat tempat tersebut seperti tubuh manusia yang tidur terlentang. Ternyata bagian Neraka yang kemarin aku kunjungi bentuknya seperti kaki. Kemudian aku berbalik arah dan hendak masuk ke pintu gerbang di hadapanku. Aku kembali mendorong pintu itu tetapi tidak bisa. “Hanya Aku yang mempunyai kunci pintu itu, anak-Ku. Hanya melalui Aku setiap orang dapat masuk ke dalam Pintu Gerbang tersebut.”

(Yohanes 14:6 [LAI TB] Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”)

Aku memandang Tuhan Yesus. Dia menghampiriku dan memperlihatkan sebuah kunci. Kemudian Ia menggandengku dan membuka pintu tersebut. Setelah pintu terbuka, Tuhan Yesus menggandengku masuk ke dalamnya.

“Selamat datang di Surga, sayang”, kata Tuhan Yesus. “Waah..”, aku memandang sekeliling tempat itu… “Indah sekali, Tuhan.” “Belum pernah aku melihat tempat seindah ini… “Tempat ini terang sekali, tapi anehnya kulitku tidak terasa panas.

Tidak seperti bila berada di bawah sinar matahari. Tempat ini walaupun terang tidak menyilaukan mata, hawanya begitu sejuk seperti di pegunungan. “Surga benar-benar indah… “, kataku menggumam… Pandangan mataku tertuju pada taman di samping kananku, banyak bunga berwarna warni, ada yang berwarna kuning, putih, merah, ungu muda, merah muda, biru muda, serta dedaunan yang hijau segar. Bunga-bunga, rumput-rumput bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri perlahan-lahan.

“Aduh, Tuhan indah sekali…..”, aku terpana dan kagum. Kemudian aku mengambil pasir yang kuinjak, kugenggam dan kutaburkan kebawah… benar-benar pasir yang lembut, pasir dari butiran kaca yang bening. Aku mainkan pasir tersebut kemudian aku melihat ke arah Tuhan Yesus, ternyata Dia sedang memperhatikanku.

Tuhan Yesus hanya tersenyum melihatku. Aku kembali berdiri memegang tangan Tuhan Yesus. Dia membelai kepalaku, aku merasakan kasih seorang ayah…..

Aku akhiri doaku dan terdiam. Kuusapkan wajah dengan kedua tangan, terasa seperti mimpi. Aku rebahkan tubuh dan menatap langit-langit kamarku sambil bergumam, “Surga benar-benar indah, Tuhan.” Aku usap tanganku, ternyata berdampak sampai ke tubuh jasmani; aku rasakan kesejukan Surga, padahal suhu di kamarku panas. “Kamu akan melihat yang lebih indah lagi”, kata Tuhan di telingaku.

Hari ke 17
Padang Gurun
Sudah tidak sabar rasanya, aku ingin kembali melihat Surga. Aku segera berdoa dengan harapan diajak Tuhan ke Surga; tempat yang indah dan mengagumkan. Saat pujian penyembahan, tubuh rohaniku dibawa Tuhan. Aku terkejut karena Tuhan tidak membawaku ke Surga tetapi ke tempat lain yang belum pernah aku kunjungi. Bukan Surga, bukan juga Neraka.

Tubuh rohaniku berada di balik sebuah sumur, dan aku bersandar di sumur itu. Aku mencoba melihat sekelilingku, ternyata aku berada di padang gurun yang luas sekali. Ada banyak tenda dan orang dengan warna kulit beraneka ragam. Mereka memakai jubah yang sama denganku, jubah berwarna putih, dengan kasut seperti yang dikenakan oleh orang Romawi. Disitu juga terdapat beberapa sumur.

Aku berdiri melihat sekelilingku, benar-benar aku tak mengerti mengapa berada di tempat ini. Saat sedang memperhatikan, terdengar suara letusan dan tembakan. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku, ternyata Tuhan Yesus. “Aku akan menunjukkan apa yang akan terjadi di luar padang gurun ini”, kata Tuhan. Lalu aku digandeng-Nya dan tubuh rohaniku seperti terbang. Kemudian aku berada di sebuah kota, di sebuah jalan raya di luar padang gurun.

Di kota tersebut aku melihat banyak terjadi kecelakaan, perampokan, penembakan dan pembunuhan. Aku melihat dengan jelas orang dibunuh tanpa sembunyi-sembunyi, langsung ditembak bagian kepalanya. Orang-orang membunuh dengan kejamnya, bahkan orang tua membunuh anaknya. Ada juga orang yang bunuh diri dengan menabrakkan mobilnya ke kereta api yang sedang berjalan.

Banyak kekacauan terjadi dimana-mana. Kuperhatikan dengan rasa takut. “Jangan takut anak-Ku”, kata Tuhan “Ini tidak akan terjadi padamu dan umat-umat kepunyaan-Ku”, kata Tuhan lagi. “Di padang gurun tadi lah AKU akan melindungi dan memelihara umatKU. Dunia akan semakin bertambah kacau, orang-orang akan kehilangan kasih, semakin garang, kejam, tidak ada rasa belas kasihan kepada sesamanya, egois, mencintai diri sendiri dan berbuat semaunya supaya kepentingan diri sendiri tercapai”, begitu kata Tuhan. Aku terdiam, aku pegangi tangan Tuhan karena takut melihat banyak kejahatan terjadi di depanku. Banyak darah mengalir dimana-mana.

(Wahyu 12:6 [LAI TB] Perempuan itu lari ke padang gurun, dimana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.)

(Wahyu 12:14 [LAI TB] Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, dimana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.)


Tuhan Yesus membawaku kembali ke padang gurun, menunjukkan sekeliling padang gurun tersebut. Aku baru melihat jelas disitu ada banyak orang tua, orang muda dan anak-anak dari berbagai bangsa.

Hari ke 18
Aula Surga
Kurebahkan diri di tempat tidur, kemudian kuraih kalender yang ada di atas meja kamarku. Sudah 18 hari aku mengalami hal ini. Badanku terasa lemas sekali, lutut bergetar saat berjalan, kadang kala aku berjalan sambil duduk.

Tetapi puji Tuhan, aku masih diberi kekuatan dan dimampukan Tuhan untuk melakukan aktifitas di rumah dan pelayanan serta ibadah di gereja. Daripada berdiam diri, aku memutuskan berdoa lagi sambil bertanya-tanya dalam hati, “Kemana lagi Tuhan akan membawaku?” Tetapi kemudian aku berpikir “Ah, untuk apa dipikirkan, yang penting aku bertemu Tuhan Yesus.”

Saat mulai menyembah Tuhan tubuh rohaniku yang berumur 12 tahun berada di tempat lain. Aku melihat Tuhan Yesus tersenyum. “Hore… ada di Surga lagi…“, jeritku sambil menari-nari. Senang sekali…. “Waduh Tuhan … indah sekali”, sambil mendekati taman yang ada di sebelah kananku. Aku menikmati melihat-lihat bunga berwarna-warni, dedaunan dan rerumputan. Tercium pula aroma bunga yang harum sekali dan dampaknya sampai ke tubuh jasmani yang ikut merasakan mencium keharuman bunga-bunga tersebut. Ketika kusentuh, terasa lembut kelopaknya.

Berbagai jenis bunga ada di taman ini, sungguh indah sekali…. Begitu menginjakkan kaki di rerumputan, aku merasakan ada butiran-butiran air yang menempel di rumput-rumput ini mengenai kakiku… terasa sejuk dan segar rasanya. Setelah berjalan di taman dan menikmati keindahan, aku berbalik ke jalan dimana semula aku berdiri.

Tuhan mengajakku menuju ke bagian sebelah kiri dari jalan tersebut. Tuhan menggandengku menuju ke sebuah tempat seperti Aula dengan tumbuh-tumbuhan hijau di sekitarnya. Aula tersebut sangat besar dan dapat menampung jutaan orang. Aku merasa kecil sekali oleh karena begitu besarnya aula tersebut. Aula itu kosong dan tidak ada perabot di dalamnya. Aula itu disangga oleh pilar-pilar yang terbuat dari batu berwarna kuning keemasan bersinar terang, ada ukiran seperti bunga di bagian bawahnya. Lantainya seperti batu marmer putih gading bening. Aula ini tidak seperti rumah yang ada dindingnya atau pintunya atau jendelanya, hanya ada tiang-tiang penyangga saja.

“Ini untuk anak-anak-Ku yang baru percaya kepada-Ku dan Aku langsung memanggil mereka pulang.” Sewaktu Tuhan berkata seperti itu, di hadapanku ada sebuah gambar besar. Aku melihat seorang yang sakit parah di sebuah ruangan dengan banyak selang menempel di bagian tubuhnya, lalu datang seseorang yang mendoakan orang tersebut dan orang tersebut percaya kepada Tuhan Yesus, setelah itu orang tersebut meninggal, maka orang tersebut diperhitungkan iman percayanya kepada Tuhan Yesus, lalu ia masuk ke Surga. Tuhan menjelaskan aula ini adalah untuk orang-orang yang semasa hidupnya tidak percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi bertobat di saat-saat terakhir hidupnya. Setelah aku melihat aula tersebut tubuh rohaniku langsung kembali ke kamarku.

Mengingat sebentar lagi ada pelayanan, maka aku bersiap-siap mandi kemudian dijemput oleh teman tim doa. Selama mengalami proses ini, pelayanan bersama tim doa gereja tetap berjalan seperti biasa. Di tempat kami berdoa banyak orang yang mengajukan pertanyaan, dan dijelaskan oleh ketua tim doa. Jika aku mendapatkan suatu pesan Tuhan untuk orang yang kami doakan, aku menyampaikannya lewat tulisan.

Hari ke 19
Rumah-rumah di Surga
Tubuh rohaniku kembali dibawa ke aula besar di Surga. Aku kembali bermain-main di dalamnya, memegangi tiang penyangga dan berputar-putar di sekitarnya, berjongkok sampai duduk berlutut memegangi lantai-lantainya yang halus… sejuk… dan bening berkilauan.

Tuhan Yesus yang berdiri disampingku hanya tersenyum melihat apa yang aku lakukan. Aku berdiri, kemudian Tuhan Yesus mengajakku berjalan ke suatu tempat dimana terdapat banyak rumah. Jalan yang kami lalui adalah jalan berpasir kaca yang lembut. Daerah tersebut seperti daerah perumahan.

Tuhan Yesus mengajak berkeliling di daerah tersebut. Berbagai tipe rumah ada di sana, ada yang berukuran besar, sedang dan kecil. Ada yang rumahnya sudah jadi, setengah jadi, atau baru dibangun. Ada rumah yang memiliki taman kecil di halamannya, ada pula yang tidak. Aku bertanya kepada Tuhan Yesus, “Tuhan ini rumah-rumah siapa? Kok banyak sekali?”

Jawab Tuhan, “Ini rumah anak-anak-Ku yang melayani-Ku sewaktu mereka di dunia.” “Kok rumahnya beda-beda? Ada yang besar, kecil dan sedang?” tanyaku lagi. Dan Tuhan berkata, “Ini tergantung dari pelayanan mereka, sayang. Apa yang sudah mereka kerjakan buat Aku.” “Ooo… berarti semakin banyak pelayanan, semakin bagus rumahnya ya, Tuhan?” “Bukan sayang, Aku tidak melihat seberapa besar jumlah pelayanan mereka, Aku tidak melihat banyaknya pelayanan mereka, Aku juga tidak melihat sibuk tidaknya mereka bekerja melayani Aku”.

“Ooo…” kataku sambil terbengong-bengong, terus kenapa rumahnya kok berbeda-beda, Tuhan?” “Aku melihat pelayanan anak-anak-Ku dari hati mereka, semakin mereka tulus, murni hatinya melayani Aku, rumah mereka semakin bagus, semakin besar. Aku melihat hati anak-anak-Ku, semakin hatinya berkenan kepada-Ku, semakin hidupnya menyukakan hati-Ku, Aku akan menyediakan rumah yang terbaik, tempat tinggal yang semakin indah di sini”, kata Tuhan. “Aku tidak melihat banyaknya pelayanan mereka, mungkin yang mereka lakukan tidak dipandang orang, tetapi Aku yang menilai, memandang hati mereka”.

Kami terus berjalan berkeliling daerah tersebut. “Tuhan, kok rumahnya ada yang sudah jadi, ada yang belum, terus ada juga yang baru dibangun? Kenapa, Tuhan?” “Itu tandanya, kalau rumahnya sudah jadi berarti tugasnya di dunia sudah selesai, ia akan segera dipanggil pulang. Kalau rumahnya belum jadi berarti belum waktunya pulang, masih banyak hal yang harus dikerjakannya di dunia. Kalau rumahnya baru akan dibangun berarti ia baru mau melayani Aku.” Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala ketika mendengar Tuhan Yesus berbicara.

(Yohanes 14:2 [LAI TB] Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.)

Tubuh jasmaniku terasa lemas, aku duduk bersandar pada dinding kamar. Rasanya sudah tidak kuat sehingga tubuhku perlahan-lahan jatuh ke samping dan aku merebahkan diri di kasur sambil terus menguatkan diri.

Hari ke 20
Tubuh rohaniku kembali berada di Surga, di area yang banyak rumahnya. Aku berjalan bersama Tuhan Yesus, sambil sesekali tanganku memegang bunga di halaman salah satu rumah yang aku lewati. Tetapi kemudian mataku tertuju pada pohon-pohon yang ada di seberang rumah-rumah.

Aku berjalan seorang diri menghampiri sebuah pohon seperti seorang anak kecil yang serba ingin tahu. Aku perhatikan pohon tersebut; batangnya tidak begitu kekar, daun-daunnya lebat dengan ukuran tidak terlalu kecil seperti daun jeruk. Buahnya lebat, berwarna merah bercampur kuning dan hijau muda. Aku perhatikan, ingin sekali rasanya memakan buah tersebut sampai-sampai aku menelan air liur. Secara jasmani tenggorokanku terasa kering, tetapi aku tidak berani memintanya…

Kemudian dari arah belakang terdengar suara Tuhan Yesus yang begitu lembut “Kamu mau buah itu?” Dengan cepat aku menoleh ke arah Tuhan Yesus, menganggukan kepala sambil tersenyum. Lalu Tuhan Yesus maju, mendekati pohon itu. Tangan-Nya memetik buah itu dan memberikannya kepadaku. Saat kuterima, dari tangkai buah yang baru saja dipetik, muncul lagi buah yang baru secara perlahan-lahan.

Aku terkesima menyaksikan keajaiban tersebut. Lalu aku makan buah itu, saat kugigit dan menelannya, aku merasakan ada kekuatan dalam tubuhku sampai berdampak ke tubuh jasmaniku. Buah itu seperti apel fuji bentuknya, tetapi bukan apel. Rasanya manis seperti pear tetapi bukan pear, terasa segar dan banyak airnya. Aku memakannya sampai habis. Benar-benar sangat enak dan segar. Setelah kuhabiskan, tubuh jasmaniku terasa segar, ada kekuatan baru mengalir ke dalam tubuh jasmaniku.

Hari ke 21
Hari ini aku kembali kuliah, aku dijemput oleh teman satu tim doa di gereja. Setelah apa yang kualami kemarin, aku merasakan ada kekuatan dan semangat yang baru. Di antara teman tim doa, ada seorang teman yang sering mengantar jemput aku baik ke kampus maupun ke gereja untuk pelayanan. Itu dilakukannya bila ia sedang tidak ada kegiatan lain. Sepulang kuliah, aku mampir ke tempat kerja, ternyata masih belum ada pekerjaan dan aku memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Untuk mengajar pun sudah tidak memungkinkan, jadi kuputuskan berhenti mengajar juga.

Setiba di rumah aku merasa letih dan lutut lemas, aku merasa tenggorokan dan bibirku kering. Segera kuberjalan untuk mengambil segelas air. “Tuhan, aku tidak kuat, aku haus … bibirku kering, tenggorokan pun kering, ijinkan aku untuk minum”.

“Ambillah air, teteskanlah dalam mulutmu supaya tenggorokanmu tidak kering lagi, basahi bibirmu supaya tidak kering” begitu kata Tuhan Yesus kepadaku. Setelah aku mengambil segelas air, aku mencedok air tersebut dengan sendok kecil. Dengan menengadahkan kepala, kumasukkan sesendok air. “Lumayan… Puji Tuhan, sudah bisa merasakan air minum walaupun satu dua tetes”, kataku dalam hati. Tidak lama kemudian temanku datang menjemput untuk pelayanan.

Hari ke 22
Hari ini di kampus masih banyak teman yang bertanya-tanya tentang apa yang kualami. Ada yang tertawa karena menganggap ini kejadian yang lucu. Aku ingin protes rasanya. Ada teman yang sudah mengerti tetapi masih banyak yang belum mengerti, ada pula yang mengejek dan menyindir. Mataku berkaca-kaca, ingin menangis rasanya, bahkan sampai selesai kuliah pun aku masih merasa sedih.

Puji Tuhan, ada penghiburan dari Tuhan untukku. Aku merasa ada tetesan air mata jatuh dari atas ke tanganku tetapi tanganku tidak basah. “ Jangan sedih sayang …. Jangan sedih anak-Ku”, kata Tuhan padaku.

Sebenarnya aku bisa saja tidak kuliah, tetapi aku kuatir ada pengumuman penting yang harus kuketahui. Aku melangkah perlahan untuk pulang naik angkutan kota. Sesampainya di rumah aku langsung berdoa, memuji dan menyembah Tuhan.

Tubuh rohaniku kembali berada di daerah yang banyak rumahnya di Surga. Disampingku ada Tuhan Yesus. Tanah yang kuinjak adalah pasir dari kaca bening yang lembut. Aku berada di depan rumah yang sudah jadi, dengan taman kecil di halaman. Rumah tersebut tidak begitu besar. Aku penasaran dan ingin masuk ke dalamnya.

Seperti seorang anak kecil yang menarik tangan ayahnya, begitu juga kutarik tangan Tuhan Yesus. “Tuhan, aku ingin lihat isi rumah ini…” kataku sambil sesekali melihat wajah Tuhan Yesus yang hanya tersenyum melihat tingkah lakuku. Begitu masuk, aku terkejut, “Lho Tuhan, kok tidak ada apa-apanya? “. Hanya ada sebuah meja dengan satu benda di atasnya seperti vas bunga bentuknya. Benda tersebut berwarna kuning kecoklatan bersinar terang, bukan dari emas karena warnanya bukan kuning emas.

Kuraba dinding rumah tersebut, bukan seperti dinding rumah di rumahku atau rumah orang-orang yang ada di dunia. Seperti batu marmer atau pualam berwarna putih kapur tetapi berkilau. Lantainya juga bukan seperti lantai di rumahku, lantainya bening seperti kaca berkilauan tetapi tidak menyakitkan mata. Udara di dalam rumah ini juga sejuk, “Orang yang punya rumah ini belum selesai menjalankan tugasnya di dunia, sayang. Masih banyak yang harus dikerjakan supaya perabot di dalam rumah ini penuh”, begitu kata Tuhan. Aku hanya mengangguk.

Tuhan mengajakku ke rumah lainnya. Rumah ini juga sudah jadi, tetapi tidak mempunyai taman. “Lho Tuhan, ko tidak ada tamannya?”. “Anak-Ku, Aku selalu tahu apa yang menjadi kesukaan anak-anak-Ku”. Aku mengangguk-angguk, berarti orang yang punya rumah ini tidak menyukai tanaman dan berkebun. Aku masuk ke dalamnya, rumahnya agak besar dibanding yang tadi. “Waah … banyak sekali perabot rumahnya, ada yang dari emas, perak, batu permata, indah sekali ….!!!”.

“Tuhan, ini sepertinya sudah komplit perabotnya, berarti orangnya sudah mau pulang?”. “Belum anak-Ku, masih ada yang harus dikerjakannya, Aku memanggil anak-anak-Ku pulang kalau mereka sudah menyelesaikan tugasnya masing-masing menurut panggilannya masing-masing. Lagi pula belum ada nama tertulis di depan rumah sebagai tanda kepemilikan rumah ini.”

Kulangkahkan kakiku keluar rumah dan melihatnya dari depan. Aku hanya mengangguk-anggukan kepala, lalu duduk bersandar di kusen pintu rumah. Kutertegun, kagum… indah sekali. “Aku memanggil pulang anak-anak-Ku sesuai dengan kehendak-Ku dan waktu yang Aku tetapkan.” lanjut Tuhan. Orang yang menyukakan hati Tuhan tempatnya semakin bagus di Surga. Semakin hatinya murni, tulus, menyukakan hati TUHAN semakin mendapat tempat yang indah di Surga.

Hari ke 23
Hari ini aku ujian praktek komputer, walaupun dengan tangan yang lemah dan gemetar aku bisa mengerjakan ujian dengan baik. Temanku mengantarkan dan menjemputku ke kampus sehingga aku tidak perlu berjalan kaki. Sesampainya di rumah aku kembali berdoa…

Bertemu Tokoh-tokoh Alkitab
Tubuh rohaniku berada di Surga di jalan yang terbuat dari pasir kaca. Di sana sudah ada Tuhan Yesus. Kembali aku diajak Tuhan Yesus berjalan ke daerah yang banyak rumahnya dan aku bertemu dengan beberapa tokoh Alkitab.

Tuhan Yesus mengajakku menemui mereka dan memperkenalkan nama-nama mereka. Banyak tokoh-tokoh Alkitab yang memberi pesan-pesan kepadaku. Pertama kali aku bertemu dengan Musa. Seperti yang kubaca di Alkitab, Musa berusia seratus dua puluh tahun, tetapi di Surga ini aku heran karena Musa kelihatan jauh lebih muda seperti berusia 40 tahunan. Kata Musa, “Aku menyesal tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan karena ketidaktaatanku. Taatlah kepada Tuhan senantiasa, apapun yang Tuhan suruh kerjakan, kerjakanlah itu dengan taat.”

Setelah itu aku bertemu dengan Paulus. Pesan Paulus, “Sesungguhnya pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan yang biasa saja yang tidak akan melebihi kekuatanmu. Apabila kamu mengalami masalah seberat apapun, percayalah pasti akan ada jalan keluar, dan masalah tersebut tidak akan melebihi kekuatanmu.” Setelah itu aku bertemu dengan Yosua. Pesan Yosua, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Apapun yang terjadi, tetaplah pandang Tuhan, beribadahlah kepada-Nya dengan taat dan setia. Jangan sekali-kali hatimu terikat kepada berhala-berhala.”

Aku terus berjalan bersama Tuhan Yesus, lalu aku bertemu dengan Abraham, pesannya, “Walaupun kamu belum melihat janji-janji TUHAN digenapi dalam hidupmu, kamu harus tetap percaya kepada Tuhan. Di dalam Tuhan tidak ada yang sukar, semuanya menjadi mungkin walaupun sekelilingmu tidak memungkinkan kamu mendapatkan janji-janji Tuhan.” Lalu aku bertemu dengan Nuh, pesannya, “Hiduplah bergaul karib dengan Tuhan jangan melihat sekelilingmu yang kadang-kadang melemahkan imanmu kepada Tuhan, tetapi kamu harus tetap hidup bergaul karib dengan Tuhan.”

Terakhir, aku bertemu dengan Ayub, pesannya, “Kamu tidak berhak atas hidupmu bahkan yang terkecil sekalipun dalam hidupmu, rambutmu sekalipun kamu tidak berhak atasnya. Hanya Tuhan yang berhak atas hidupmu, karena Tuhan yang punya hidupmu. Jadi apapun yang terjadi atas hidupmu, yang terburuk sekalipun jangan pernah engkau bersungut-sungut kepada Tuhan atau berkata Tuhan itu jahat atau tidak sayang kepadamu.” Setelah aku bertemu dengan Ayub, aku selesai berdoa.

Aku kemudian teringat kalau besok ada ujian teori. Aku harus belajar dan menghafal. “Tuhan, jujur saja aku sangat letih… lemas… bahkan susah rasanya untuk membuka mata ini untuk menghafal,” kataku setelah memegang buku kuliah. Tetapi aku tetap berusaha membaca perlahan-lahan, kubaca ulang buku kuliahku sebanyak dua kali.

Hari ke 24
Ketika aku menghadapi ujian teori di kampus, aku terheran-heran karena aku tidak menemui kesulitan saat mengerjakannya. Seakan-akan ada jawaban-jawaban yang muncul dalam pikiranku. Dengan mudah aku mengingat apa yang kupelajari semalam padahal hanya dua kali saja aku membaca materi pelajarannya.

Setibanya di rumah, aku kembali berdoa dan bertemu dengan Tuhan Yesus. Ia mengajakku jalan berkeliling dan kembali bertemu dengan beberapa tokoh Alkitab. Aku bertemu dengan Yusuf, pesannya, ”Peganglah setiap visi atau janji yang Tuhan berikan baik melalui mimpi atau firman yang Tuhan berikan. Jagalah visi itu, berjuanglah sampai visi itu terjadi dalam hidupmu. Apapun yang terjadi dalam hidupmu yang terburuk sekalipun jangan sampai engkau melupakan visi itu, tetapi anggaplah kejadian-kejadian dalam hidupmu merupakan bagian dari rencana Tuhan yang indah sampai visi Tuhan tercapai dalam hidupmu.”

Setelah itu aku berjumpa dengan Yeremia, pesannya, “Setiap panggilan Tuhan yang terjadi dalam hidupmu, terima dan lakukanlah. Jangan menganggap dirimu tidak mampu, sebab Tuhan yang akan memberikan kemampuan kepadamu. Jangan takut, karena ketika Tuhan memanggilmu sesungguhnya Tuhan telah memperlengkapimu dengan segala yang terbaik. Bahkan sesungguhnya Tuhan sudah merancangkan dan mengetahui hidupmu sebelum engkau dilahirkan sampai akhir hidupmu.”

Setelah itu aku bertemu dengan Yesaya yang berpesan, “Pergilah kemana pun Tuhan mengutusmu, jangan pernah sekalipun engkau berbantah dengan Tuhan. Sebab Tuhan yang lebih mengetahui apa yang akan terjadi dalam hidupmu ketika Tuhan mengutusmu, pasti Tuhan akan memberikan kuasa-Nya kepadamu.”

Kemudian aku bertemu dengan Yehezkiel yang berpesan “Jangan pernah menghindar dari panggilan Tuhan walaupun panggilan itu tidak sesuai dengan kemampuanmu. Mungkin engkau merasa aneh terhadap panggilan Tuhan itu, bahkan yang terburuk adalah orang-orang sekelilingmu dan orang yang terdekat denganmu juga merasa aneh, tetapi kerjakanlah panggilan Tuhan itu sampai kemuliaan Tuhan dinyatakan kepadamu.”

Aku berjalan kembali dengan Tuhan Yesus, dan bertanya, “Tuhan, mengapa semua yang kulihat di Surga masih muda semua sedangkan di Alkitab usia mereka sudah sampai ratusan tahun?”. “Semua yang ada di Surga tidak ada yang tua, ketika setiap orang yang percaya kepada-Ku dan menjaga hidupnya berkenan kepada-Ku, lalu pulang ke Surga dan mendapat tempat disini, mereka semua akan diubah menjadi umur dewasa. Di sini setiap orang akan menjadi pribadi yang dewasa. Yang Aku ingini adalah setiap orang yang percaya kepada-Ku memiliki kerohanian yang dewasa bukan anak-anak yang hanya meminta-minta apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya.”

Semua orang yang kujumpai di Surga menjadi orang berusia dewasa. Setiap tokoh Alkitab yang umurnya ratusan tahun, rambutnya putih, kulit tubuhnya sudah keriput, di Surga menjadi muda. Kulitnya bagus, rambutnya hitam, wajahnya bersinar.

Hari ke 25
Sepulang dari kampus, aku merebahkan diri di lantai oleh karena cuaca yang panas. Karena lelah, aku tertidur….

Aku kembali bertemu dengan Tuhan Yesus, melihatNYA berdiri di jalan pasir kaca yang indah… sepertinya sudah menungguku sejak tadi. Hatiku senang sekali karena Tuhan Yesus menantikanku. Segera Tuhan Yesus menggandeng tanganku dan mengajakku berjalan.

“Kadang-kadang anak-anak-Ku tidak sadar bahwa Aku sudah lama menanti-nantikan mereka, Aku ingin anak-anak-Ku dekat kepada-Ku berbincang-bincang dengan-Ku, tetapi mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Baru ketika mereka mendapatkan kesulitan, mereka mencari Aku hanya untuk mendapatkan penyelesaian atas masalah-masalah mereka. Itupun Aku sudah merasa senang mereka mau menemui Aku, walaupun hanya untuk mendapatkan penyelesaian bagi masalah mereka. Setelah itu mereka melupakan-Ku… yang mereka inginkan hanya berkat-berkat-Ku, mujizat-mujizat-Ku, dan kesembuhan-kesembuhan dari Aku dan semua yang ada pada-Ku. Mereka tidak mengingini pribadi-Ku.”

Saat Tuhan berbicara, sesekali aku menoleh ke arah Tuhan Yesus, tampak dari wajah-Nya yang lembut dan penuh kasih terpancar kesedihan. Dia sungguh-sungguh Tuhan yang mengasihi kita; anak-anak-Nya, umat kepunyaan-Nya.

Aku terus berjalan bersama Tuhan dan bertemu dengan Yakobus, ia menyampaikan pesan, “Lakukan Firman Tuhan dengan setia, jangan hanya mendengarkan saja. Jangan menyimpang dari Firman Tuhan, hiduplah berkenan kepada Tuhan.”

Kemudan aku bertemu dengan Petrus, yang berpesan, “Jangan pernah kamu berbalik dari imanmu kepada Tuhan, jangan pernah sekalipun kamu melukai hati Tuhan. Aku menyesal sewaktu hidupku aku pernah melukai hati Tuhan, padahal aku selalu bersama-sama dengan Tuhan. Tetapi puji syukur kepada Tuhan, aku seorang yang penakut bisa berada di sini, itu karena kemurahan Tuhan, kuasa Tuhan yang membuat hidupku berubah jadi berani memberitakan Injil dan menjadi berkat buat banyak orang sehingga sampai akhir hidupku aku mempertahankan imanku kepada Tuhan.”

Setelah itu aku bertemu dengan Daniel, pesannya, “Kamu harus menyembah Tuhan-mu dengan segenap hatimu sampai akhir hidupmu, jangan ada sesuatu pun yang menggoyahkan iman percayamu kepada Tuhan, maka segala sesuatu akan diberitahukan kepadamu sampai akhir zaman tiba.”

Aku tersentak kaget. “Aduh.. aku ketiduran.. tapi koq aku bertemu Tuhan saat aku tidur?” Aku merasa tidak sopan mengapa tidak dalam posisi berdoa, malah dalam posisi tidur…. “Aku bisa menyatakan segala sesuatu melalui apa saja, kapan saja, di mana saja, dan ketika engkau melakukan apa pun, engkau bisa menemui Aku… karena Aku, Tuhan yang tidak terbatas. Dengan rohmu, engkau bisa menemui Aku kapan saja, di mana saja, saat engkau melakukan apapun. Aku bukan Tuhan yang dapat ditemui hanya dengan aturan-aturan agamawi, harus ini…harus itu… Aku bukan Tuhan yang dibatasi dengan aturan-aturan agamawi. Banyak orang yang jenuh dalam mempertahankan iman percayanya kepada-Ku karena banyak dari mereka yang membatasi Aku. Dengan pikiran mereka membatasi pribadi-Ku bekerja dalam hidup mereka, banyak dari mereka yang terjebak dalam rutinitas ibadah, aturan-aturan agamawi sehingga mereka bosan, jenuh, kerohanian mereka tidak berkembang sampai akhirnya mereka mundur dalam mengikut Aku. Temuilah Aku, berbincang-bincanglah dengan-Ku kapan saja, dimana saja, saat kamu melakukan apa saja, Aku Tuhan yang tidak terbatas.”

Hari ke 26
Di Istana Tuhan
Saat bertemu Tuhan, tidak jauh di depanku ada sebuah bangunan istana yang sangat indah dan megah. Ternyata itu adalah istananya Tuhan. Tuhan Yesus berjalan mengajakku menuju bangunan tersebut. Ketika memasuki pelataran istana, ada seseorang yang berdiri; seorang yang gagah, tampan dan memakai mahkota.

Wajahnya mencerminkan kebijaksanaan. Setelah mendekat, baru aku tahu kalau itu Raja Daud, ia berpesan, “Kalau aku berada disini hanya karena kasih karunia Tuhan, sesungguhnya aku adalah orang yang tidak layak berada di sini karena aku pernah melakukan perbuatan yang menyakiti hati Tuhan, tetapi karena kasih karunia Tuhan, aku bisa berada di tempat ini. Kasih karunia Tuhan yang melayakkan aku.” Ketika bertemu dengan Raja Daud, aku berkecil hati karena aku merasa belum melakukan yang berarti untuk Tuhan. Raja Daud yang luar biasa saja mengatakan kalau ia berada di Surga hanya karena kasih karunia Tuhan.

Tuhan berkata, “Aku suka kepada Daud, ia orang yang berkenan kepada-Ku. Ketika ia menyimpang dari jalannya, Aku menegurnya dan ia tidak mengeraskan hatinya tetapi langsung mau bertobat, berbalik kepada-Ku dan merendahkan diri. Banyak anak-anak-Ku yang menyimpang dari jalannya, tetapi sayang, Aku kecewa kepada sikap mereka. Banyak dari mereka yang mengeraskan hati dan tidak mau bertobat saat Aku menegur mereka.”

Aku terpana melihat istana Tuhan. Begitu indahnya… Di pelatarannya terdapat taman dengan bunga warna-warni berkelopak lembut. Aku mendekati taman itu, harum sekali… sampai-sampai tercium juga di kamarku. Sampai selesai berdoa, bau harumnya masih terasa di kamarku.

Hari ke 27
Aku berjalan menuju istana yang indah bersama Tuhan Yesus. Setibanya di sana, pintu gerbangnya terbuka lebar. Lantai istananya sungguh sangat menakjubkan… terbuat dari emas!

Aku menoleh ke sebelah kiri, ke pintu gerbang yang juga terbuat dari emas berhiaskan mutiara. Kupegang dan kuraba cukup lama. Semula aku berdiri meneliti mutiara-mutiara tersebut dan perlahan-lahan beringsut sampai berjongkok sambil memegangi dan meraba lantai istana tersebut. Benar-benar indah pintu gerbang bertabur mutiara tersebut. Warna pintunya putih gading berkilauan dan warna lantainya kuning berkilau terang.

(Wahyu 21:21 [LAI TB] Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.)

Istana Tuhan benar-benar indah sekali…. Tuhan benar-benar kaya … Emas yang di dunia disanjung dan dihargai begitu rupa, di Surga hanya dibuat untuk lantai saja… untuk diinjak-injak. Mutiara yang di dunia dibanggakan dan harganya mahal, di Surga hanya dipakai untuk hiasan pintu.

Aku melihat pilar-pilar di dalam istana tersebut warnanya juga kuning berkilauan… ternyata pilar-pilar ini juga terbuat dari emas. Aku juga memegang pilar-pilarnya. Di bagian kanan dan kiri pilar terletak tangga-tangga lebar menuju balkon yang juga terbuat dari emas berkilauan. Di balkon-balkon tersebut banyak sekali orang berjubah putih yang memuji, mengagungkan dan menyembah Tuhan dengan mengangkat tangan.

Sejak masuk ke istana Tuhan tak henti-hentinya aku memegangi pintu, lantai, balkon dan pilar-pilar. Sampai masuk ke tempat yang lebih dalam lagi, aku mendengar pujian pengagungan kepada Tuhan tiada henti. “Di sini setiap orang akan menaikkan pujian penyembahan setiap saat setiap waktu, tidak ada kata-kata berhenti, istirahat maupun lelah…”, begitu kata Tuhan Yesus. Bahkan sampai selesai berdoa, telingaku rasanya masih mendengar pujian, penyembahan dan pengagungan kepada Tuhan. Pujian penyembahan nan merdu, begitu indah didengar sampai aku merinding dan seluruh tubuh bergetar.

Hari ke 28
Hari ini aku berdoa seperti biasa, hanya saja aku tidak berada di surga ataupun neraka. Hari ini aku khusus menyembah Tuhan dan mengucap syukur pada-Nya, dan aku menyampaikan hal-hal pribadiku kepada-Nya.

Hari ke 29
Siang hari aku kembali berdoa di kamar. Aku berada di istananya Tuhan tepatnya di bagian balkon dimana banyak sekali orang memuji dan menyembah Tuhan. Tuhan Yesus tidak berada di sampingku. Aku berada di bagian tepi, berdiri di antara umat-umat kepunyaan Tuhan yang memuji dan menyembah Tuhan.
Di depanku terdapat kursi Tahta Kemuliaan Tuhan dengan warna kuning emas bersinar dikelilingi permata-permata yang indah. Ada pribadi yang duduk di kursi tersebut, seorang Raja dengan jubah megah berwarna ungu, mahkota yang indah berwarna kuning emas dikelilingi batu permata. Tuhan Yesuslah Pribadi tersebut. Dengan jubah raja yang sangat mewah, wajah-Nya penuh wibawa, tegas tetapi ramah. Pribadi-Nya memancarkan sinar kemuliaan.
Semua orang termasuk aku berlutut mengagungkan Tuhan Yesus sebagai Raja segala raja. Oleh karena tidak kuat dengan sinar kemuliaan-Nya, semua orang termasuk aku tersungkur. Hanya ada tangisan dan suara pengagungan kepada Tuhan Yesus, tetapi bukan tangisan dan tetesan air mata kesedihan melainkan karena sukacita dan terharu. Hadirat Tuhan yang begitu kuat membuat semua orang sujud mengagungkan nama Tuhan. Sampai ke telinga jasmaniku terdengar semua orang mengagungkan Tuhan:
Kudus … kuduslah Tuhan
Engkau Allah yang kudus
Raja diatas segala raja
Hormat kemuliaan hanya bagi-Mu
Halleluya… halleluya … amin
Kudus … kuduslah Tuhan …

Di telinga rohani yang terdengar adalah bukan Bahasa Indonesia melainkan bahasa-bahasa lain. Tetapi secara telinga jasmani, aku mendengarnya dalam bahasa Indonesia seperti di atas. Ada beberapa kata yang sama diantaranya ‘Halleluya’ dan ‘Amin’ walaupun lafal yang diucapkan agak berbeda.

Di depanku, selain Tuhan Yesus ada banyak Malaikat yang memainkan alat-alat musik, memuji mengagungkan nama Tuhan. Juga banyak Malaikat di deretan umat-umat Tuhan ikut serta memuji nama Tuhan. Semua tidak ada yang diam.

Hari ke 30
Aku kembali berada di istananya Tuhan Yesus. Tuhan Yesus ada di sampingku.
Aku berjalan menuju sisi paling ujung dekat dinding istana. Dinding istana tersebut terdiri dari batu-batu permata yang indah, dari bagian bawah sampai paling tinggi terdapat batu-batu permata dengan warna yang berbeda-beda. Warna-warna batu permata tersebut letaknya tidak acak tetapi tersusun rapi per baris. Dinding istana Tuhan terdiri dari beberapa baris batu-batu permata yang indah, dimana tiap baris terdiri dari warna yang berbeda.

Baris pertama dengan ketebalan tertentu berwarna hitam, baris kedua dengan ketebalan tertentu berwarna merah. Urutan-urutannya adalah sebagai berikut: hitam, merah terang, merah hati (merah keunguan), ungu, ungu kebiruan (warnanya agak terang), biru gelap, biru agak terang (biru agak merah dan ungu), coklat gelap, coklat kemerahan (terang), kuning, hijau, putih.

(Wahyu 21:19 [LAI TB] Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud,
21:20 dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril, yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang kesebelas batu lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung.)


Saya melihat banyak Malaikat di istana-Nya Tuhan, ada 2 tipe Malaikat: bersayap dan tidak bersayap. Tinggi mereka kurang lebih 2 meter. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Malaikat yang tidak bersayap adalah Malaikat pujian dan penyembahan, makanya Malaikat-Malaikat tersebut memegang alat-alat musik, sedangkan Malaikat yang bersayap adalah Malaikat peperangan, biasanya untuk membantu anak-anak Tuhan dalam peperangan rohani, karenanya mereka membawa alat-alat peperangan seperti pedang dan panah. Kemudian aku kembali berjalan-jalan bersama Tuhan Yesus dan bertemu dengan Yohanes, murid yang paling dikasihi Tuhan Yesus, wajahnya memancarkan kelembutan. “Hiduplah dekat dengan Tuhan Yesus, melekat dan intim dengan Tuhan Yesus, bukan hanya menginginkan sesuatu dari-Nya.” kata Yohanes.

Hari ke 31
Pagi ini tenggorokanku terasa kering, ingin rasanya minum lebih dari satu-dua tetes saja. Sesudah minta ijin pada Tuhan, aku mengambil segelas air. Puji Tuhan, aku bisa minum lebih banyak dari biasanya. Aku merasa senang, lega dan segar.

Saat berdoa, aku bertemu dengan Tuhan Yesus di istana. Aku berjalan keluar dari istana-Nya, berjalan-jalan kembali ke tempat yang banyak rumahnya. Aku kembali bertemu dengan tokoh-tokoh Alkitab yang luar biasa mengasihi Tuhan.

Aku bertemu dengan Maleakhi, pesannya, “Jangan pernah sekalipun kamu mencuri kepunyaan Tuhan. Apa yang menjadi milik kepunyaan Tuhan, kembalikan untuk Tuhan. Ketika kamu taat melakukan Firman Tuhan, pasti Tuhan akan mengembalikan milik kepunyaanmu. Tuhan itu kaya, Dia tidak pernah berhutang.” Aku bertemu dengan Daniel, pesannya, “Setiap pernyataan Tuhan tentang akhir zaman akan digenapi hari-hari ini. Pertahankan imanmu kepada Tuhan. Tetap setia beribadah kepada-Nya dengan hormat dan takut.”

Aku bertemu dengan Elisa, pesannya, “Mintalah kepada Tuhan untuk diperlengkapi dengan Roh Tuhan untuk membuat dirimu kuat menghadapi setiap tantangan dan masalah dalam hidupmu.”

Aku pun bertemu Elia dan ia berpesan, “Di hari-hari ini akan banyak roh-roh Izebel yang menghimpit dan menekan anak-anak Tuhan, bukan hanya secara roh tetapi juga secara jiwa, sehingga secara fisik anak-anak Tuhan akan merasa tertekan dan sakit. Banyak anak-anak Tuhan yang menjadi putus asa, kecewa terhadap Tuhan, patah semangat dan menganggap Tuhan tidak pernah menolong dan mempedulikan kehidupan mereka. Anak-anak Tuhan harus menyadari ketika menghadapi masalah seberat apapun janganlah takut, mereka harus percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan selalu menolong.”

Hari ke 32
Hari ini aku berjalan-jalan bersama Tuhan Yesus. Dengan penuh kasih Ia menggandeng tanganku. Aku melihat sebuah sungai di daerah perumahan dan Tuhan Yesus mengajakku kesana. Di samping sungai terdapat pohon-pohon yang rindang. Pohon kokoh berdaun lebat dengan akar-akarnya yang menjalar sampai ke aliran sungai tersebut. Ada batu-batu di sekitar sungai.

Aku tidak sabar ingin memasukan kakiku ke dalam sungai. Bukan hanya itu, aku juga ingin bermain air dan berenang. Air sungai yang mengalir begitu jernih dan sejuk. Aku melihat Tuhan Yesus duduk di tepi sungai, dengan tersenyum memandangku yang sedang bermain air. Setelah puas bermain air, aku segera menghampiri Tuhan Yesus. Aku duduk di sebelah Tuhan Yesus, memperhatikan sekeliling sungai dan pohon-pohon kokoh berdaun lebat di sekitarnya. Ada pohon yang mempunyai buah berbentuk bulat berwarna merah keunguan, dan berbagai pohon buah lainnya. Sangat rindang dan sejuk. Sangat indah… Belum lagi ikan-ikan di sungai yang berenang kian kemari, menambah keindahan tempat ini.

BUKU/KITAB KEHIDUPAN DAN BUKU PERJALANAN HIDUP MANUSIA
Setelah memperhatikan daerah sekeliling, pandanganku tertuju kepada Tuhan Yesus yang sedang memegang 2 buku di tangan kanan dan kiri. “Tuhan Yesus, buku apa itu?” tanyaku ingin tahu. “Ini adalah Buku Kehidupan”, kata Tuhan Yesus menunjukkan buku yang ada di tangan kiri-Nya.” Lalu yang satunya lagi buku apa Tuhan?’’, dengan nada penasaran aku bertanya. “Ini adalah Buku Perjalanan Hidupmu. Dari kamu lahir sampai Aku datang menjemputmu pulang kembali ke rumah-Ku.” begitu kata Tuhan.

(Wahyu 20:12 [LAI TB] Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.
20:13 Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.
20:14 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.
20:15 Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.)


Aku penasaran sekali ingin segera melihat isi buku-buku tersebut. Belum sempat kupegang buku itu, tubuh jasmaniku terasa lemas. Aku memutuskan untuk beristirahat.

Hari ke 33
Buku Kehidupan
Aku kembali berada bersama Tuhan Yesus di sungai yang indah. Aku melihat Tuhan Yesus memegang 2 buku yaitu Kitab Kehidupan dan Buku Perjalanan Hidupku. Belum sempat aku meminta ijin kepada Tuhan Yesus untuk melihat buku tersebut, Ia berkata, “Ini adalah Kitab Kehidupan.” Tuhan Yesus lebih mengetahui isi hati dan pikiranku. Kemudian Tuhan Yesus mulai membuka Kitab tersebut. Aku melihat di dalamnya tertulis nama-nama dengan tinta emas. Tulisan yang rapi mengisi lembar demi lembar buku yang tebal tersebut.

“Di buku ini Aku menuliskan nama-nama orang yang percaya kepada-Ku. Setiap orang yang percaya kepada-Ku bahkan sampai akhir hidupnya percaya kepada-Ku, mempertahankan imannya maka Aku akan menulis namanya di Kitab ini. Setiap orang yang tertulis namanya di Kitab ini, maka ia akan diselamatkan dari hukuman kekal, dari api neraka dan Aku akan menyediakan tempat buat mereka. Mereka akan menikmati hidup yang kekal bersama dengan Aku.”

Sambil mendengarkan perkataan Tuhan Yesus, mataku terus tertuju ke lembaran Kitab tersebut. Aku begitu penasaran dan ada rasa ded-deg an ketika mataku memperhatikan lembaran Kitab tersebut, aku hanya ingin memastikan apakah namaku ada di Kitab tersebut.

“Tenang sayang, ketika kamu mengambil keputusan untuk percaya kepada-Ku, maka Aku langsung menulis namamu di Kitab ini. Tidak ada yang dapat menulis dan menghapus nama-nama yang ada dalam Kitab ini kecuali Aku yang punya Kitab ini dan tempat ini. Semua nama yang tertulis di dalam Kitab ini atau bahkan dihapuskan dari kitab ini adalah sesuai dengan kehendak-Ku. Keputusan yang engkau ambil dalam hidupmu untuk percaya kepada-Ku atau tidak, akan menentukan apakah Aku akan menuliskan namamu di Kitab ini. Jika namamu tertulis, engkau akan menikmati hidup kekal bersama-Ku. Bila iman percayamu berhenti di tengah jalan atau tidak percaya kepada-Ku sama sekali, Aku tidak akan menuliskan namamu di Kitab ini dan engkau akan mendapat hukuman kekal.”
> Ketika dengan asyiknya mendengar perkataan Tuhan Yesus, pandanganku langsung tertuju pada lembar Kitab Kehidupan dimana di situ ada tertulis namaku ‘Elisabeth Widyawati Herman’. Aku langsung menghela nafas lega bersyukur, terharu dan senang. Aku berharap dan berserah kepada Tuhan supaya aku dimampukan untuk mempertahankan iman sampai Tuhan Yesus datang kembali, sehingga namaku tidak dihapus dalam Kitab Kehidupan dan aku bisa menikmati tinggal di Surga bersama Tuhan Yesus.

Hari ke 34
Buku Perjalanan Hidup
Ketika berdoa tubuh rohaniku kembali berada di samping Tuhan Yesus. Rasanya tidak sabar lagi untuk menanyakan Buku Perjalanan Hidupku. “Tuhan, bagaimana dengan buku yang satunya lagi? Kemarin kan Tuhan menunjukkan kepadaku ada 2 buku?”

“Buku ini adalah Buku Perjalanan Hidupmu. Aku menuliskan semua peristiwa dalam hidupmu sejak kamu masih kecil, bayi bahkan pertama kali kamu ada dalam kandungan ibumu, Aku sudah menuliskan semua perjalanan hidupmu sampai kamu pulang ke rumah-Ku, sampai Aku menjemputmu, Aku sudah menuliskan semuanya.

Segala yang terjadi dalam hidupmu, Aku sudah menuliskan dalam Kitab ini. Lihat sayang, dari pertama kali Aku menuliskan sampai saat ini kamu mengalami peristiwa ini berjumpa dengan Aku. Aku juga sudah menuliskan semuanya. Tidak ada satupun peristiwa yang terlewatkan dalam hidupmu, Aku sudah mencatat semuanya.”

Aku melihat lembaran-lembaran buku tersebut, hanya tidak melihat tulisannya satu per satu. Sisa lembaran buku tersebut tinggal sedikit sekali, di dalamnya terdapat tulisan peristiwa yang belum aku jalani. Sisa hidupku tinggal sedikit lagi, entah berapa bulan, entah berapa tahun. <
br/> “Sebentar lagi Aku akan datang menjemputmu. Aku ingin kamu menjadi pengantin-Ku yang cantik bukan menjadi anak-anak lagi. Kamu sudah lihat bukan? Lembaran buku ini tinggal sedikit lagi.” Aku hanya mengangguk dan meneteskan air mata. Tuhan Yesus sudah mau datang, sedikit lagi waktu yang harus kujalani. “Tuhan, aku tidak ingin dalam waktu yang sangat dekat ini Engkau menjemputku, hidupku masih kacau balau, aku ingin menata hidupku walaupun sulit. Banyak masalah dan tantangan yang harus kujalani, tetapi aku ingin ketika Tuhan menjemputku, aku menjadi pengantin yang tercantik buat Tuhan.”

Hari ke 35
GUDANG DI SURGA
1. Gudang Organ Tubuh Manusia
Pada hari ini aku diajak Tuhan berjalan-jalan ke sebuah tempat di Surga, tempat yang sama sekali belum pernah aku kunjungi. Letaknya di samping istana Tuhan bagian belakang tetapi tidak terpisah dari istana.

Tempat ini sangat besar, luas sekali. Disana terdapat banyak rak tempat penyimpanan barang seperti sebuah supermarket. Rak-raknya tersusun rapi dan ada beberapa baris.Aku melangkah mendekati rak-rak itu. Aku melihat sebuah benda di dalamnya.

“Apa ini Tuhan, kok seperti daging segar? Apakah di Surga ada tempat penyimpanan daging, seperti kulkas?“ Tuhan Yesus hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. Maklumlah, umur rohaniku waktu itu masih 12 tahun jadi pertanyaanku seperti anak kecil.

Aku memberanikan diri untuk memegang benda tersebut. “Hiii, ternyata kenyal dan berwarna merah kecoklatan, benar-benar daging segar!” kataku dalam hati. “ Itu hati, sayang”, kata Tuhan dari arah belakang. “Ruangan ini adalah tempat untuk menyimpan organ-organ tubuh manusia. Aku telah menyediakan semua organ tubuh manusia di tempat ini untuk orang-orang yang percaya dan meminta kepada-Ku. Ruangan ini untuk menyimpan organ-organ tubuh manusia bagian dalam.”

Aku melihat semua bagian dari rak tersebut satu persatu, sangat rapi seperti sebuah supermarket yang sangat lengkap. Bagian-bagian lainnya tidak dapat kusebutkan karena banyaknya organ tubuh, aku hanya melihat-lihat bagian dalam rak tersebut.

Hari ke 36
Aku kembali diajak Tuhan melihat tempat penyimpanan organ tubuh manusia.
Aku melihat ada sesuatu yang berbeda dari hari sebelumnya. Ada nama-nama di atas organ tubuh tersebut walaupun tidak semua. Nama-nama tertulis dengan rapi di atas beberapa organ tubuh yang sudah terbungkus seperti sebuah kado. Aku maju untuk melihat lebih dekat dan bertanya kepada Tuhan, “Ini untuk siapa Tuhan?” “Untuk anak-anak-Ku yang meminta kepada-Ku dengan percaya dan tidak ragu sedikit pun.

Aku melihat hatinya, dan ketika Aku berkenan Aku akan memberikan sesuai dengan imannya.” Jawab-Nya. “Tuhan begitu sangat perhatian selalu menyediakan yang terbaik untuk anak-anak-Nya”, kataku dalam hati. “Tuhan bagaimana dengan orang-orang yang tidak mengenal Engkau? “. “Ketika mereka percaya kepada-Ku, dan Aku melihat hatinya yang tulus kepada-Ku saat mereka mendengarkan perkataan-Ku melalui hamba-hamba-Ku yang Kuutus maka Aku akan memberikannya sesuai dengan kebutuhan mereka”, kata Tuhan lagi. “Aku segera datang, ini salah satu cara supaya bangsa-bangsa yang tidak mengenal Aku percaya kepada-Ku dan bertobat sungguh-sungguh.

Tetapi sayang, hanya sedikit bahkan sangat sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang mengerti akan hal ini. Bahkan anak-anak-Ku yang mengerti dan mengaku percaya kepada-Ku juga terkadang tidak mengerti akan hal ini. Banyak dari mereka yang ketika sakit lupa bahwa Aku Tuhan yang sanggup menyembuhkan sakit mereka. Ketika mereka sakit bahkan banyak dari mereka yang sakit parah mereka hanya mengandalkan uang dan pemikiran mereka sendiri. Mereka lupa bahwa Aku Allah yang sanggup bahkan banyak dari mereka yang tidak percaya kepada-Ku.

Padahal kamu sudah melihat sendiri separah apapun sakit mereka, rusak seberat apapun organ tubuh mereka, Aku sudah siapkan organ-organ tubuh yang baru.” Aku memperhatikan sekali lagi setiap organ-organ tubuh yang ada di situ. “Lho Tuhan, mengapa organ-organ tubuh tersebut tidak bergerak atau berdenyut?”. Tuhan hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. “Ketika orang sakit percaya kepada-Ku maka Aku akan memberikan organ tubuh yang baru, Aku yang memasangkan di bagian tubuh mereka dan Aku yang memberi kehidupan, Aku yang mengaturnya sehingga setiap organ tubuh bekerja dengan sempurna.”

Hari ke 37
Hari ini aku kembali diajak Tuhan melihat tempat yang kemarin aku kunjungi.
Aku berada di ruangan yang terdapat rak-rak yang tersusun rapi persis seperti yang kulihat kemarin. Hanya saja isinya berbeda. Ternyata ini ruangan kedua dari tempat penyimpanan organ tubuh. Aku melihat-lihat isi rak tersebut, ada yang bentuknya seperti bola dan ketika kupegang seperti agar-agar. “ Itu bola mata, anak-Ku” kata Tuhan. Selain itu aku juga melihat otak, gendang telinga, dan lain lain. Ternyata ruangan ini khusus untuk menyimpan organ bagian kepala.

Aku terus melangkah ke ruangan paling ujung dimana lagi-lagi terdapat rak-rak yang rapi. Isinya sesuatu yang bentuknya seperti senar atau benang kecil. Dan Tuhan menjelaskan bahwa itu adalah urat-urat syaraf mulai dari urat yang besar sampai urat yang sangat halus. Di bagian rak lainnya aku melihat tulang-tulang mulai dari kepala, tangan beserta jari-jarinya, kaki beserta jari-jarinya, tulang-tulang punggung dan tulang-tulang lainnya.

Tuhan bertanya kepadaku, “Bagaimana Anak-Ku, sudahkah kamu melihat semuanya?” Lanjut-Nya, “Aku menyediakan semuanya untuk anak-anak-Ku yang percaya kepada-Ku, tetapi kadang-kadang anak-anak-Ku tidak mengerti hal ini. Banyak dari mereka yang menganggap Aku jahat, tidak mendengar doa-doa mereka bahkan banyak dari mereka yang kecewa kepada-Ku atau sakit hati kepada-Ku, padahal kamu sudah melihatnya sendiri kan? Apa yang tidak mereka pikirkan sekalipun, Aku telah menyediakan buat mereka”.

Hari ke 38
2. Gudang Senjata Saat berdoa, aku bertemu dengan Tuhan yang membawaku ke sebuah tempat yang sangat luas. Aku pikir sama seperti tempat kemarin, ternyata tidak. Begitu memasuki ruangan, aku melihat banyak senjata perang seperti pedang, panah, sepatu, penutup kepala, baju perang. Semua perlengkapan perang yang ada disini sangat lengkap. Ketika kudekati alat-alat tersebut agak berdebu. Aku heran mengapa di ruangan Tuhan ada debu?

“Ini hanya sebagai tanda saja anak-Ku supaya kamu tahu bahwa jarang sekali anak-anak-Ku yang meminta alat-alat ini. Alat-alat ini adalah alat-alat untuk peperangan rohani. Itu tandanya anak-anak-Ku banyak yang tidak suka peperangan rohani, tidak suka proses hidup, tidak suka berjuang hanya mau instan minta berkat jasmani dan materi. Kamu akan melihat ruangan bagian kedua juga sama, anak-Ku. Di ruangan tersebut juga ada debu.” “Ruangan kedua? Ada debunya? Ruangan apa ya Tuhan? ”. “Kamu lihat sendiri ya … ayo, Aku tunjukkan kepadamu”, kata Tuhan. Lalu aku berjalan bersama Tuhan menuju ruangan kedua.

3. Gudang Perhiasan
Di ruangan tersebut ternyata banyak sekali benda-benda yang terbuat dari batu permata yang sangat indah. Setelah kuperhatikan ternyata itu adalah perhiasan-perhiasan. Semua perhiasan ada di sini mulai dari gelang, cincin, kalung, anting. “Waah … bagus sekali ya Tuhan … indah sekali…”. Ternyata benar kata Tuhan, benda-benda ini agak berdebu…. “Ini untuk siapa ya Tuhan? perhiasan-perhiasan ini bagus sekali …”

“Ini adalah perhiasan-perhiasan yang Aku sediakan untuk pengantin-pengantin-Ku agar mereka menjadi pengantin-pengantin yang cantik dihadapan-Ku.

Tapi sayang sekali…. Banyak dari anak-anak-Ku yang tidak mengerti akan hal ini. Aku segera datang, Aku ingin semua anak-Ku menjadi pengantin-pengantin-Ku yang cantik. Tapi dari mereka sedikit sekali yang mau menjadi pengantin-Ku. Seorang pengantin-Ku adalah seorang yang dewasa rohaninya. Aku mau anak-anak-Ku memiliki rohani yang dewasa untuk menjadi pengantin-Ku tetapi mereka hanya mau menjadi anak-anak… Mereka hanya mau menjadi anak-anak rohani, memiliki rohani yang anak-anak bahkan rohani mereka banyak yang tidak bertumbuh. Mereka hanya meminta berkat, urapan…. jarang dari mereka yang ingin memiliki rohani yang dewasa. Sedikit sekali yang ingin Pribadi-Ku, dekat dengan Aku. Padahal itu semua tidak perlu mereka minta, Aku sudah menyediakan buat mereka asalkan mereka dekat kepada-Ku, apa saja yang mereka butuhkan Aku sudah menyediakan buat mereka. Aku hanya mau anak-anak-Ku dekat dengan Aku, menjadi pribadi yang memiliki rohani yang dewasa, menjadi Calon Pengantin-Ku yang cantik.”

4. Gudang Persediaan Makanan
Tuhan membawaku ke ruangan lainnya. Tuhan memperlihatkan sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat gandum, minyak, anggur yang sangat berlimpah. “Lihat, Aku sudah menyediakan semuanya untuk anak-anak-Ku. Banyak dari anak-anak-Ku yang hanya menginginkan gandum, anggur, minyak saja, mereka tidak menginginkan Aku sebagai Pribadi yang punya semuanya ini.”

Hari ke 39
Hari ini aku kembali bertemu dengan Tuhan Yesus dan aku duduk bersama-Nya.
Surga adalah tempat yang sangat indah. “Aku ingin selalu berada di tempat ini, aku tidak ingin pulang ke dunia lagi. Dunia penuh dengan masalah dan aktifitas yang padat….Aku ingin terus berada di tempat ini.” Begitu kataku dalam hati. Belum sempat aku mengatakan hal itu, Tuhan Yesus yang Maha Tahu menepuk bahuku dan sambil tersenyum Dia berkata, “Kamu tidak boleh berada di tempat ini terus, sekarang tugasmu belum selesai. Tetapi ada waktunya, setelah tugas-tugasmu selesai, Aku akan menjemputmu untuk pulang ke rumah-Ku bersama anak-anak-Ku, hamba-hamba-Ku yang percaya kepada-Ku dan mengasihi Aku. Sampaikan kepada semua orang yang kamu jumpai bahwa surga dan neraka benar-benar ada.

Percayalah kepada-Ku sebagai Tuhan dan Juruselamat. Maka setiap orang yang mengaku dalam hatinya dan mengucapkan dengan mulutnya, percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan tertulis namanya di dalam Kitab Kehidupan, akan diselamatkan dan mendapat bagian di dalam Kerajaan Surga. Tetapi barangsiapa yang tidak percaya kepada-Ku, namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan dan ia akan binasa masuk ke dalam api Neraka yang kekal, dimana terdapat siksaan yang kekal.”

“Kepada anak-anak-Ku,” lanjut Tuhan Yesus, “Pegang teguh iman percayamu kepada-Ku. Hari-hari yang akan dilalui akan semakin jahat, akan semakin sulit. Tetapi jangan kuatir, setiap masalah yang kalian hadapi pasti akan Kuberi jalan keluar yang terbaik sesuai kehendak-Ku. Aku ingin anak-anak-Ku berlimpah-limpah dalam Kasih-Ku, mengasihi Aku, dan hidup dalam kasih. Mengasihi semua orang, karena orang semakin egois, mencintai diri sendiri. Tetapi Aku ingin, setiap anak-anak-Ku membagikan kasih-Ku kepada semua orang, terutama kepada orang-orang miskin, sengsara, tertindas, dan membutuhkan pertolongan. Hiduplah dalam kasih-Ku… saling mengasihi satu sama lain, penuh hikmat. Aku ingin anak-anak-Ku memiliki karakterKu, sampai akhir hidupnya.

Peliharalah tubuh, jiwa, dan rohmu sampai Aku datang yang kedua kali menjemputmu di awan-awan permai. Jadilah umat-Ku yang kudus, memiliki hati yang bersih dan pikiran yang kudus. Jangan ada berhala-berhala dalam pikiran dan hatimu. Apapun yang mengikat hati dan pikiranmu, harus dilepaskan. Jangan sampai ada yang melebihi Aku dalam hidupmu. Aku ingin semua anak-anak-Ku fokus dan mengutamakan Aku dalam hidupnya.

Jangan fokus kepada apapun juga, jangan fokus kepada masalahmu, jangan fokus kepada harta bendamu. Karena di hari-hari terakhir ini banyak anak-ana-Ku yang hidupnya tidak fokus kepada-Ku, tetapi fokus kepada uang.

Setiap anak-anak-Ku yang masih menyimpan berhala-berhala baik yang ada dalam hati dan pikirannya ataupun yang masih terikat akan suatu hal, Aku akan menggoncangnya, supaya melepaskan setiap berhala dan keterikatannya supaya ketika Aku datang, Aku mendapatkan anak-anak-Ku menjadi mempelai-Ku yang benar-benar cantik. Memiliki hati dan pikiran yang kudus dan murni.“<
br/> Aku bertanya, “Tuhan, apa maksudnya peliharalah tubuh, jiwa dan rohmu?“ Jawab-Nya, “Anak-anak-Ku harus benar-benar menjaga hidupnya, memelihara hidupnya. Menjaga tubuhnya dengan menjaga kesehatannya, mengendalikan keinginan daging, menggunakan setiap anggota tubuhnya yang sudah Kuberi untuk kemuliaan Tuhan, untuk melayani Tuhan. Sebab setiap anak-anakku harus mempertanggungjawabkan setiap anggota tubuh yang Kuberi pada saat Aku datang nanti. Menjaga dan memelihara jiwanya dengan senantiasa memuji dan menyembah Tuhan mengucap syukur kepada Tuhan, kebanyakan anak-anak-Ku bersungut-sungut tidak dapat mengendalikan emosinya, mereka mengukur segala sesuatu dalam hidup mereka dengan materi dan berkat-berkat jasmani saja. Mereka lupa bahwa hidup mereka adalah anugerah-Ku, yang mereka miliki adalah hanya karena kebaikan dan kebajikan-Ku. Memelihara dan menjaga roh sangat penting, karena dengan roh yang kuat, tubuh dan jiwa bisa dikendalikan.

Layanilah Tuhan dengan tulus dan murni dan dengan tidak jemu. Aku hanya minta apa yang ada padamu, pergunakan itu untuk memperluas Kerajaan-Ku di dunia. Apa pun yang kamu punya, baik dengan hartamu, karunia-karunia yang ada padamu, apa pun itu, apapun yang kamu bisa, lakukanlah itu untuk melayani supaya banyak jiwa-jiwa yang bertobat dan diselamatkan.

Setiap hamba-hamba-Ku, pelayan-pelayan-Ku layanilah Tuhan dengan tulus, murni tanpa ada motivasi untuk mendapatkan berkat, uang atau kemakmuran diri sendiri. Jangan sombong dengan apa yang sudah kamu perbuat karena apa yang kamu punya hanya karena kasih karunia-Ku, jangan sampai kamu mencuri kemuliaan-Ku.

Aku ingin menjelang kedatangan-Ku semua anak-anak-Ku, hamba-hamba-Ku bersatu. Jangan membuat batasan-batasan antara satu dengan yang lain. Jangan menganggap gereja yang satu lebih baik atau lebih hebat dari yang lain. Karena bukan gereja yang menyelamatkan dan membuat manusia masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan Aku. Hanya mereka yang memiliki hati yang sungguh-sungguh percaya dan mengasihi-Ku yang masuk ke Kerajaan Surga.“ Tuhan Yesus begitu banyak menyampaikan pesan-pesanNYA.... “Tuhan begitu banyak peraturan-peraturan yang harus dijalankan oleh anak-anak-Mu? Siapa yang mampu menjalankan semuanya? Rasanya tidak ada yang sanggup menjalankan perintah-perintah-Mu ya Tuhan. Begitu beratkah jadi anak Tuhan? Kalau tidak ada yang dapat melakukan perintah-Mu, berarti tidak ada yang selamat?“ Sungguh, Tuhan Yesus yang kusembah adalah TUHAN yang Maha Tahu segala isi pikiran dan hati.

“Semua yang dapat masuk Kerajaan Surga hanya oleh karena kasih karunia yang Aku berikan. Saat orang percaya kepada-Ku, orang itu berhak masuk ke dalam Kerajaan-Ku. Tetapi Aku menilai bukan dari saat pertama dia mengambil keputusan dalam hidupnya untuk bertobat dan percaya kepada-Ku. Aku menilai dari akhir hidupnya, apakah dia masih percaya kepada-Ku dan mengasihi-Ku. Maka dari itu sangat perlu tuntunan Roh Kudus dalam menjalani hidup supaya dapat melakukan setiap kehendak-Ku. Ada banyak anak Tuhan yang di tengah perjalanan hidupnya menjadi tidak percaya lagi kepada-Ku. Meninggalkan Aku, menukar keselamatan yang sudah diterima hanya demi kekayaan, kehormatan, kesenangan yang sifatnya sementara di dunia.”

Aku melihat wajah Tuhan Yesus yang sedih.

“Itu tugasmu dan anak-anak-Ku, hamba-hamba-Ku yang percaya kepada-Ku untuk membawa anak-anak-Ku yang sudah lama meninggalkan Aku untuk kembali kepada-Ku, membawa orang-orang yang tidak percaya kepada-Ku untuk bertobat dan percaya kepada-KUu sebelum Aku datang untuk kedua kalinya.”

Hari ke 40
Ketika aku berdoa, aku berjumpa dengan Tuhan Yesus di suatu ruangan yang sangat terang. Di tempat ini orang-orang hanya memuji dan menyembah Tuhan, bersorak-sorai meninggikan nama Tuhan Yesus sebagai Raja diatas segala raja.
br/> Aku melihat Tuhan Yesus duduk di sebuah kursi bersalutkan emas, ada batu-batu permata yang sangat indah di kursi tersebut. Tuhan Yesus berpakaian Raja, berjubah warna ungu, sangat megah, mahkota-Nya bertahtakan batu-batu permata.

Dengan wajah-Nya yang tegas, berwibawa tetapi penuh dengan kelembutan terpancar sinar kemuliaan-Nya. Aku hanya bisa menangis, berlutut, menundukkan muka sampai ke lantai, menyembah Tuhan Yesus.

“Ini hari terakhir kamu mengalami proses yang selama ini kamu jalani. Kamu tidak bisa tinggal disini seterusnya, suatu saat Aku akan datang menjemputmu dan anak-anak-Ku yang lain. Kamu akan menjalani aktifitas seperti biasa, jangan lupakan setiap pesan-pesan-Ku. Sampaikan kepada banyak orang apa yang kamu alami.

Banyak berdoa dan baca Firman Tuhan. Sampaikan hal ini kepada anak-anak-Ku dan hamba-hamba-Ku yang lain. Karena melalui Firman-Ku, Aku menyatakan dan menyampaikan isi hati-Ku, apa yang harus dilakukan dalam menjalani hidup sampai Aku datang yang kedua kali.”

Bait Suci Ketiga Dibangun Di Israel
Setelah berbicara, kemudian Tuhan Yesus menunjukkan kepadaku sebuah gambaran seperti sebuah film layar besar. Aku melihat sebuah bangunan yang indah berbentuk kotak, tetapi aku tidak tahu bangunan apa itu. Tuhan berkata “Jika bangunan itu telah selesai, tandanya Aku segera datang.”

Aku tidak mengerti dan segera bertanya, “Bangunan apa itu Tuhan Yesus?”

“Bangunan Bait Suci di Israel. Kamu perhatikan baik-baik di Israel. Jika Bait Suci di Israel sudah dibangun tandanya Aku segera datang. Sebelum Bait Suci terbangun, akan banyak orang yang tidak percaya kepada-Ku menjadi bertobat dan percaya kepada-Ku. Orang-orang yang percaya kepada-Ku yang sudah lama menghilang akan kembali kepada-Ku dan kembali menjadi milik kepunyaan-Ku. Setelah Bait Suci terbangun, kamu lihat apa yang terjadi. “

Umat Pilihan Tuhan Disingkirkan dan Dilindungi Pada Masa Antikris Kemudian aku melihat banyak sekali orang yang tiba-tiba terangkat, lalu orang-orang tersebut dikumpulkan di suatu tempat dengan pakaian yang putih bersih. Sedangkan orang-orang yang tetap tinggal di dunia terkejut, menangis dan berteriak.

Setelah pengangkatan terjadi, di bumi terjadi kebingungan dan kekacauan luar biasa. “Hal itu akan terjadi dan Aku akan melindungi anak-anak-Ku yang berkenan kepada-Ku. Aku akan melindungi mereka dari masa kekacauan yang dashyat yang disebut masa Antikris dimana dunia dan orang-orang yang tidak diangkat akan berada di bawah kuasa Iblis dan pengikutnya.”

Aku juga melihat banyak orang yang berada di mimbar gereja tidak terangkat. Begitu juga dengan sekumpulan orang-orang yang sedang berdoa ada pula yang tidak terangkat. “Tuhan bagaimana supaya bisa menghilang? Kenapa tidak semua orang?” Jawab-Nya, “Bukan saja mereka yang tidak bersungguh hati kepada-Ku tetapi banyak orang yang mengaku pelayan-Ku juga tidak terangkat. Hanya mereka yang berkenan kepada-Ku saja yang terlindungi dari masa Antikris. Mereka yang tertinggal harus membayar harga dengan nyawanya. Mereka harus tetap percaya kepada-Ku sampai akhir hidup mereka agar mendapat bagian di Kerajaan Surga.”

Orang-orang Yang Tertinggal Dan Yang Terangkat
Aku melihat orang-orang yang menyangkal Tuhan Yesus memiliki tanda di dahi dan di tangan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan bertahan hidup. Di toko-toko orang membeli harus dengan menunjukkan tanda tersebut. Mereka yang tidak memiliki tanda, tidak bisa beraktifitas seperti biasa, tidak dapat membeli di toko manapun.

Banyak orang yang tidak memiliki tanda, mati disiksa dan dibunuh karena mereka tidak mau menyangkal iman percaya mereka kepada Tuhan Yesus. Aku melihat orang-orang yang dilindungi oleh Tuhan Yesus semua naik ke awan-awan dengan tubuh yang putih bercahaya. Dari atas aku melihat Tuhan Yesus dengan sangat bersinar terang turun dari langit. Dengan terpana aku memperhatikan itu semua.

Kata Tuhan Yesus kepadaku, “Hal yang kamu lihat semuanya akan terjadi, sampaikan kepada umat-Ku supaya berjaga-jaga dan berdoa, menjaga hidupnya supaya tetap berkenan kepada-Ku. Hari ini adalah hari terakhir kamu mengalami proses ini, kamu akan menjalani aktifitas seperti biasa sampai Aku datang kembali menjemputmu”. Tuhan Yesus tersenyum kepadaku, tangan-Nya membelai kepalaku. Setelah itu aku merasa kembali ke kamarku, tempat dimana aku berdoa. Aku menunggu hari esok dengan gelisah. Tidak sabar rasanya ingin kembali berbicara dan beraktifitas seperti biasa tanpa dianggap orang aneh oleh teman-temanku dan orang-orang yang kujumpai.

Hari-hari Selanjutnya Kesokan harinya saat bangun pagi aku merasa sangat haus, tenggorokanku sangat kering. Aku mencoba minum sedikit demi sedikit. Puji Tuhan aku bisa minum. Lalu aku bergumam, kuatir tidak bisa bicara lagi. Kucoba bicara perlahan-lahan. Puji Tuhan, ternyata aku bisa bicara lagi. Walaupun tubuh masih terasa lemas karena proses selama 40 hari ini, aku tetap senang dan bersyukur.

Selama lebih dari dua minggu aku belum bisa makan nasi oleh karena masih teringat akan keadaan Neraka, melihat nasi seperti melihat belatung. Aku terus berjuang untuk kembali pulih. Awalnya kucoba makan bubur bayi, susu dan buah-buahan. Puji Tuhan, perlahan-lahan aku kembali pulih dan dapat memakan makanan yang biasa aku makan, termasuk nasi.

Aku bersyukur kepada Tuhan Yesus atas pengalaman pribadi yang kualami bersamaNYA - perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang begitu istimewa dan tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Setiap kita harus mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan melalui doa dan membaca Firman Tuhan. Hanya perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus saja yang membuat hidup kita bersemangat, bergairah dan menjadikan kita takut akan Tuhan dan mengasihi-Nya.

Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin.

Komentar

Postingan Populer