Menggali Sumur Punya Orang Lain Yang Sukses

Menggali Sumur Punya Orang Lain Yang Sukses
Ev. Indriati Tjipto Purnomo


Bahan Renungan :
Kejadian 26 : 17 – 19

Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, Pak Yusak Tjipto tiba-tiba duduk dan berkata : “Siapa yang ingin warisan, tak doain” Pada waktu itu hanya ada kami anak-anaknya. Pak Daniel datang minta warisan kenabiannya dan Tuhan berikan. Kemudian Pak Samuel datang dan minta warisan kemudahan yaitu Favor, menjadi  yang disayang Tuhan dan Tuhan berikan. Pada waktu itu semua berlutut, ditumpangin tangan tidak terjadi apa-apa. Tiba-tiba Tuhan bicara begini kepada saya : “Seberapa engkau menginginkan, ekspresikan itu.” Saya langsung peluk kaki Pak Yusak, sambil menangis saya cium kaki beliau dan berkata : “Tuhan, berikan saya sumurnya buat aku dan kasih semua remah-remahnya buat aku, semua yang saudara-saudaraku tidak ambil, kasihkan ke saya.” Pak Yusak berkata : “Aku merasa seperti habis disedot.”

Pada waktu beliau tumpang tangan ke saudara-saudara saya berbeda dengan pada waktu beliau tumpang tangan ke saya, kenapa ? Karena saya tahu yang namanya menginginkan dan menggali. Saya jadi seperti ini bukan hanya karena Tuhan mau. Ada banyak orang berkata dengan saya, “Ya kalau ibu Iin sih enak tinggal terima, Tuhan kasih semuanya.” Untuk segala sesuatu ada harganya, coba pelajari Alkitab, saya tahu hampir tidak ada yang dari atas turun ke anaknya. Anaknya Musa tidak mewarisi banyak, warisan Musa turun kepada Yosua abdinya Musa. Anaknya Yosua tidak mewarisi banyak, anaknya Yusuf pun tidak mewarisi banyak, rata-rata mereka mewariskan ke siapa ? hambanya. Orang-orang yang sangat menginginkan, mereka rela bayar harganya dan rela menghamba.

Saya tidak mau warisan ayah saya jatuh ke tangan orang lain, saya punya kesempatan mengambil paling banyak. Saya buat target bahwa saya harus mewarisi harus paling banyak. Di Mahanaim, mereka adalah anak-anak saya. Mereka harus mewarisi seberapa banyak mereka bisa ambil, masakan harus orang lain yang menangkap ? Saya selalu berkata kata mewarisi itu artinya engkau berdiri ditempat saya berdiri dan kemudian naik lebih tinggi lagi. Misalnya saya sudah berdiri di lantai lima, kata mewarisi artinya kalian tidak perlu mulai dari nol, dari lantai bawah. Saya untuk ke lantai lima perlu waktu naik beberapa lantai. Dengan mewarisi, artinya tidak perlu buang waktu, kalian tiba-tiba sudah ada di lantai lima dan dengan pijakan itu kalian bisa naik lebih tinggi lagi misalnya ke lantai 10. Itu arti mewarisi. Dengan pijakan yang saya sudah pernah lewati, dengan pengetahuan yang saya sudah gali, gali lagi supaya bisa loncat lebih tinggi.

Masa-masa awal saya sangat menyukai kotbah Yusuf Roni karena buat saya pengajaran beliau itu ajaib sekali. Saya beli semua kasetnya karena saya mau mewarisi pengajaran beliau. Pada waktu awal Morris Cerullo sedang gencar-gencarnya KKR, waktu itu sempat diadakan di Belanda. Morris Cerrulo masih muda, tidak pakai Bodyguard seperti sekarang. Saya datang dan duduk dipaling belakang karena waktu itu tempat yang tersisa hanya itu. Saya tahu kalau menunggu altar call, saya tidak akan dapat kesempatan. Saya perhatikan terus dan begitu beliau mulai angkat tangan, berkata : “Now Holy Spirit.” Saya lari dari paling belakang ke paling depan padahal belum altar call. Setelah saya lari, semua ikut lari. Sejujurnya kalau ditanya “Bu saat itu rasanya bagaimana ?”, Tidak terasa apa-apa. Karena apa? Didorong-dorong kiri kanan, nafaspun tidak bisa, kaki diinjak kiri kanan, sudah tidak terasa apa-apa. Tapi percaya atau tidak pulang dari kebaktian itu, apapun saya tunjuk dan berkata : “Saya mau itu”, itu jadi, sampai hari ini. Masih kuat diingatan saya waktu itu, 25 tahun yang lalu Morris Cerrulo kotbah, “Saat didalammu, engkau berasa ada Singa dari Yehuda mulai mengaum, maka engkau Cuma perlu tunjuk apapun dan perkatakan, maka itu akan jadi.” Kejadian hampir sama terjadi waktu saya datang ke KKR Benny Hinn. Sebelum Altar Call, dia berkata : “Holy Spirit come,” Saya langsung lari ke depan dan berlutut. Ujungnya sama, saya diinjak-injak orang. Ada yang pegang kepala, ada yang pegang pundak. Kalau ditanya hari itu saya rasa apa ? Tidak ada. Tapi sejak hari itu sejujurnya saya dengar suara Roh Kudus sangat clear sama seperti Benny Hinn.

Belajar menggali dari orang yang ada diatasmu. Pelajari kejatuhannya, inginkan kelebihannya dengan sangat. Beberapa orang bertanya “Buat apa bu maju kedepan berkali-kali ?”, Tanya Tuhan, kalau memang Tuhan suruh maka tidak pernah sia-sia. Saya orang yang tahu persis bagaimana caranya menyedot, bagaimana caranya mengambil dan itu tidak pernah sia-sia. Jika engkau punya kelemahan parah soal kekudusan lalu altar call didoakan oleh Ibu Nany sebanyak 10 kali baru jadi lumayan kudus. Kalau kita punya masalah kekudusan, janagn minta ditumpang tangankan orang yang juga parah soal kekudusan.

Kita tidak bisa mau punya tanah, mau punya pabrik lalu berkata “Saya beriman mau punya pabrik jeans”, namun tidak pernah belajar tentang jeans, tidak pernah belajar jenis-jenis kain, tidak pernah mengerti tentang proses produksi. Tidak akan bisa karena itu bagian dari menggali. Pertama kali Joshua anak saya mau membuat batik jeans, dihadapannya ditaruh semua jenis kain jeans, belajar membedakannya, dalam waktu lima menit dia menyerah berkata : “Pusing, Pusing tidak tahu bedanya kain-kain ini.” Memang kita tidak akan pernah tahu dalam sekejap. Kita butuh waktu untuk mengerti karena itu terus menggali lebih dalam lagi.

Kita kadang perlu waktu untuk bisa membedakan yang diurapi dan tidak, membedakan pelayanan daging atau pelayanan dari hati Tuhan. Diawal tidak tahu, hanya bisa meraba dan menggali. Untuk saya menjadi pemimpin, saya mungkin membaca sekitar 30-40 judul Buku tentang Kepemimpinan baik itu dari John Maxwell dan sebagainya. Untuk saya mengerti tentang Roh Kudus saya banyak membaca dari bukunya Benny Hinn, buku Kathryn Kuhlman, beberapa lagi saya membaca bukunya Peter Wagner. Kadang-kadang saya sedih sekali, setiap kita buat baca buku, buat belajar, buat menggali lebih dalam sesuatu sangat malas.

Pada waktu Tuhan berkata, “Aku suka tarian”, Tuhan hanya perlu bicara satu kali, “Nak, Aku suka tarian karena tarian itu tindakan profetik.” Saya gali sebanyak mungkin mengenai tarian sampai hari ini. Setiap kali ada waktu saya buka channel tv khusus soal tarian, saya buka youtube tentang tarian sampai sekarang. Yang saya heran adalah yang dipanggil dan mempunyai kesempatan menari seringkali tidak mempunyai passion buat belajar tarian. Kita mau mengerti apa kalau kita tidak menggali. Pada waktu Tuhan berkata : “Aku suka perkusi, Aku suka power.” Saya pelajari mulai dari lagu asing, instrument model Yani, model siapapun yang powerfull saya cari tahu. Saya berdoa agar kita sungguh-sungguh menggali.

Ishak adalah anak ajaib, dia anak satu-satunya pewaris tahta tapi tidak ada kemanjaan, dia jago kerja, dia gali semua sumur. Kalau dia manja maka pada waktu dia mau naik gunung dan disuruh bawa kayu maka dia akan berkata : “Pah, jangan suruh bawain kayu dong. Suruh bujang itu yang bawain kayu.” Alkitab menceritakan Abraham menyuruh Ishak membawa kayu. Ishak taruh kayu dipundaknya, tidak ada keluhan keluar dari mulutnya. Naik ke gunung sudah berat ditambah bawa kayu bakar itu sangat berat. Kenapa Ishak bisa mewarisi karena dia adalah anak yang tidak manja, diatas gunung diikat oleh bapaknya, tidak ada pemberontakan. Bapaknya bawa pisau tetap tidak ada teriakan.

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, l  anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. m  Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kejadian 22 : 6)

Saya berdoa kita bisa mengerti, lihat dan menggali standarnya Ishak menggali sumur-sumur Abraham. Dia tidak menggali satu sumur karena dia mengerti seseorang yang mengerti untuk mewarisi segalanya. Hari ini kalau kita ingin mewarisi seluruhnya, kita ingin lawatan terbesar, gali semua bidang. Kalau kita seorang dokter, gali sampai engkau menjadi dokter terbaik diseluruh Indonesia. Gali dan kerjakan, jangan gali lalu tidak dikerjakan.

Dari Buku Kedalaman – Ev Indriati Tjipto Purnomo
Blessed To Bless – Bekasi.

Komentar

Postingan Populer