Generasi Samuel, Lahirnya Kebangunan Rohani dari Sebuah Kemandulan


Generasi Samuel, Lahirnya Kebangunan Rohani dari Sebuah Kemandulan

desperation
BeritaMujizat.com – Revival- Setelah sosok Musa, Samuel bisa dikatakan adalah sosok historis yang sangat dihormati bangsa Israel. Samuel yang dilahirkan dari seorang istri yang tersakiti, dan mandul adalah sebuah simbol generasi profetis yang mampu melahirkan sebuah bangsa.
Samuel yang artinya diminta dari Tuhan selama 40 tahun pengabdiannya berfungsi sebagai imam, nabi, sekaligus hakim bagi Israel. Sebuah pribadi yang lengkap, yang mampu menjadi jembatan bagi musim hakim-hakim ke musim raja-raja.
Samuel dilahirkan dari rahim Hanna yang notabene mandul. Fakta tentang kemandulan Hanna sangat penting diperhatikan. Dalam sejarah Alkitab, Tuhan sering menggunakan “ibu-ibu mandul.”  Sarah, ibu orang percaya, adalah contoh ibu mandul yang kisahnya bahkan jauh lebih besar dari Hanna (Kej 11:30). Menantu Sarah, Ribkah, juga wanita yang mandul (Kej 25:21).  Rahel, istri yang disayang Yakub, yang notabene adalah menantu Ribkah juga dikatakan Mandul di Kej 29:31.
Setiap kali orang Israel berdoa selalu diingatkan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dan ketiga Bapa Israel ini istrinya semua mandul.  Tiga ibu rohani utama dari bangsa Israel Sarah, Ribka, dan Rahel semuanya tidak bisa melahirkan.  Apakah ini sebuah kebetulan?
Kalau ditelusur lebih jauh, Simson, dan Yohanes pembaptis juga dilahirkan dari wanita-wanita yang mandul juga, Istri Manoah, dan Elizabeth.
Jadi, jelas ada benang merah yang memperlihatkan Tuhan suka menggunakan wanita mandul untuk melahirkan generasi-generasi yang merubah sejarah.
Bagi orang Israel, wanita yang mandul tidak ada harganya, bahkan dijaman itu dipercaya ada kutuk yang menyertai kemandulan para wanita.  Keadaan yang tanpa harapan, terhina, tersisih, bahkan ternoda adalah keadaan yang dialami para wanita mandul ini, termasuk Hanna, ibu Samuel.
Dalam 1 Samel 1:11, Hanna berdoa pedih hati (ibrani : ma’rah) dan memohon belas kasihanNya
TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya
Hanna hanya fokus kepada satu hal, dia mau Tuhan memperhatikan (baca : melawat) dia dan memberikan anak laki-laki.  “Aku mau anak, Tuhan”, demikan kira-kira teriakan Hanna.  I Sam 1:15, Hanna mengatakan kepada imam Eli yang menyangka dia mabuk, “…aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN..” Artinya, kemandulan Hanna membuat justru dia mampu total dalam doa-doanya.
Doa yang penuh totalitas inilah yang menyentuh Surga. Seperti pemazmur dalam Maz 56:8 mengatakan “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?”, Hanna dan ibu-ibu mandul ini memenuhi kirbat Surga dengan airmata sehingga dari merekalah lahir generasi-generasi yang mengubah sejarah.
Gereja Tuhan membutuhkan rahim-rahim mandul yang bisa menjadi kendaraan bagiNya untuk melahirkan generasi.
Dalam bahasa yang lebih lugas, dibutuhkan orang-orang yang mau berdoa dengan doa yang penuh “kemarahan” akan kondisi yang tidak sesuai FirmanNya, dan menantikan lawataNya tanpa henti siang dan malam, sampai apa yang diminta itu terjadi.  Revival!
Mazmur 123:2 menggambarkan dengan sangat tepat haus dan laparnya orang-orang yang merindukan lawatan Tuhan terjadi.
Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. (Maz 123:2)
Ibu-ibu mandul ini, seperti Hanna, tidak mau yang lain. Mereka  “man of one thing”. Artinya, mereka hanya mau 1 hal dalam hidupnya.  Mereka mau Tuhan. Cari Tuhan, kejar Tuhan, menggedor pintu hakim itu sampai diberikan apa yang dibutuhkan (Luk 18:1-5).  Apakah kita sehaus itu untuk melihat kebangunan rohani terjadi?

Penulis   : Hanny Setiawan

Komentar

Postingan Populer