YESUS ADALAH JURUSELAMAT DAN TUHAN

YESUS ADALAH JURUSELAMAT DAN TUHAN


ETYMOLOGI ISTILAH JURUSELAMAT

Istilah "Juruselamat" mewakili istilah kata bahasa Yunani soter. Kata soter mewakili kata jadian bahasa Ibrani yang berasal dari akar kata Yasha, yang biasanya menunjuk kepada "Juruselamat." Untuk memahami pengertian "Juruselamat" yang tepat, perlu
kiranya menganalisa istilah tersebut secara seksama.

    A. Yasha

    Dari akar kata Ibrani "Yasha" ini bila diperoleh kata-kata jadian seperti "moshia," Yesha," dan "Yeshua," yang seringkali berhubungan dengan arti "keselamatan." Walaupun demikian istilah tersebut tidak jarang dipakai sebagai "Juruselamat" (Yesaya 19:20; 43:11; 49:26 dan 52:10). Dalam Hakim-Hakim 3:9,15 diterjemahkan sebagai "penyelamat," ada kemungkinan bahwa penulis berpikir mengenai "Juruselamat" yaitu sebagai Juruselamat Illahi.
    Yasha dapat diartikan, "menolong," "melindungi," "membebaskan," dan "menyelamatkan." Dengan demikian kata tersebut berarti membebaskan atau mencari jalan untuk membebaskan seseorang dari beban hidup, penderitaan, dan atau bahaya. Karena pertolongan tersebut dapat menghasilkan semacam: kemenangan, kemakmuran, kebahagiaan dan keselamatan (Ulangan 20.4, Yesaya 26:1; 11 Samuel 8:6; Yesaya 60:18).
    Kata itu juga dapat mengandung arti yang lebih luas, bebas dari bahaya dan kemampuan untuk mencapai tujuan (kehendak Allah). Berpindah dari bahaya kepada keselamatan memerlukan pembebasan. Biasanya pembebasan harus datang dari luar. Di dalam PerjanjianLama ada macam-macam bahaya, yang bersifat nasional maupun individu, termasuk musuh, bencana alam, seperti bahaya wabah atau kelaparan, dan penyakit. Seseorang yang menjadi penyelamat dikenal sebagai "Juruselamat.
    Tetapi pada umumnya dalam Perjanjian Lama kata itu mempunyai arti keagamaan yang kuat, karena hal itu Yehovah sendiri yang membawa kebebasan atau keselamatan. Dalam hal itu Ia diketahui sebagai "Allah adalah keselamatan kita" (Mazmur 68:19-21). Walaupun keselamatan dapat dilaksanakan melalui manusia, tetapi manusia hanya bertindak sebagai agen-Nya saja.
    Kesemuanya itu terjadi hanya karena Allah sendiri sumbernya.


    B. Soter

    Kata bahasa Yunani "soter" ini biasanya diartikan "penyelamat" dan "keselamatan." Kadang-kadang terjadi, tetapi hal ini sangat jarang sekali "soter" bukan menunjuk kepada seseorang, misalnya sungai yang dengan tiba-tiba meluap untuk menghindarkan kejaran musuh. Namun demikian, hanya dewa-dewa, atau manusia yang kuat saja disebut "soteres." Friedrich menyimpulkan penggunaan soter hanya terbatas pada lingkungan manusia. Pada dasarnya seseorang yang diselamatkan tergantung pada seseorang yang menyelamatkan.
    Kata itu sudah biasa dipakai di lingkungan orang Yunani yang aplikasinya untuk sebutan illahi. Dalam Perjanjian Baru khususnya berbeda dengan penggunaan lain, sebab istilah itu tidak pernah dipakai sebutan untuk menunjuk kepada manusia biasa. "Juruselamat" merupakan sifat (attribute) Allah dalam Perjanjian Lama. Hal ini agaknya yang menjadi alasan dari
    penggunaan Juruselamat yang erat hubungannya dengan nama Kyrios. Sebagaimana kita ketahui nama Kyrios adalah sangat berperanan penting pada permulaan Kekristenan. Karena Kyrios adalah nama di atas segala nama, sehingga tidak mengherankan bila soter sering dipakai dalam Perjanjian Baru sebagai suplemen untuk Kyrios (Filipi 3:20; 2 Petrus 1:1,11; 2:20; 3:2,18)

    PERJANJIAN LAMA

    Dalam Perjanjian Lama Allah disebut sebagai "Juruselamat." Kitab Mazmur (24:5; 27:1; 35:3; 62:2,6; 65:5; 79:9) dan Yesaya (12:2; 17:10; 43:3,11; 45:15,21; 60:16; 62:11; 63:8) memberikan jabatan ini kepada Allah secara jelas. Dan memang sebutan ini dapat kita temui di mana- mana di seluruh bagian Perjanjian Lama (Ulangan 32:15; 1 Samuel 10:19; Habakuk 3:18; Mikha 7:7; Yeremia 14:8, dan lain-lainnya). Walaupun demikian tentang rencana Allah mengenai keselamatan di dalam Perjanjian Lama telah menimbulkan tidak sedikit perdebatan tentang sifatnya yang tepat:
    Kaum modernis dalam theophani berusaha menyesuaikan pernyataan Perjanjian Lama dengan pola evolusioner yang cenderung meniadakan setiap pernyataan tentang kasih dan kemurahan Allah sampai di bagian akhir Perjanjian Lama. Sebaliknya bagi ahli-ahli theologia konservatif telah menunjukkan kenyataan belas kasihan Allah mulai dari dari Kitab Kejadian sampai dengan Kitab Maleakhi.
    Adalah merupakan dasar dari Perjanjian Lama, konsep bahwa Allah adalah pembebas umat-Nya. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menyelamatkan dirinya, dan tidak ada seorang pun di dunia ini mengadakan penebusan buat sesamanya. Mazmur 49:8 berbunyi, "Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya."
    Manusia yang menjadi "Juruselamat" di mana Allah mengangkatnya untuk membebaskan umat-Nya dari tangan musuhnya
    (Hakim-Hakim 3:9; 2 Raja-Raja 13:5; Nehemia 9:27, dan sebagainya), adalah "Juruselamat" sebagai alat Tuhan dan bersifat sekunder. Oleh karena itu pada setiap aspek karya Allah adalah untuk kepentingan manusia dan bukan sebaliknya karya manusia untuk kepentingan Allah. Hanya Allahlah Juruselamat.
    Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juruselamat selain daripada-Ku. Akulah yang memberitahukan, menyelamatkan dan mengabarkan, dan bukannya allah asing yang ada di antaramu. Kamulah saksi-saksi-Ku, demikianlah firman Tuhan, dan Akulah Allah. Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?
    Penggunaan nama diri Tuhan di sini sebagai nama yang menunjukkan inti pokok: "Aku dan tidak ada nama lain yang eksis dan hidup," seperti Dia yang membuktikan eksistensinya melalui karya-Nya, dan tentu dengan karya penyelamatan-Nya.
    "Juruselamat" dan "Tuhan" mempunyai kesamaan di sini. Tuhan dalam pernyataan diri dalam sejarah sebelumnya dilengkapi dengan janji akan pembebasan. Dia memberitakan dan membawa keselamatan, tanpa ada yang dapat mencegahnya; misalnya
    suatu kuasa atau allah di Israel yang membuktikan eksistensinya, atau dalam kenyataannya memberikan suatu pertanda.
    Karenanya mereka harus mengakui: hanya Dia, Dia sendiri, adalah Tuhan, Allah yang Mahatinggi. Dan sejak saat itu dan untuk selamanya Dia tidak berubah, dan hanya Dia, menunjukkan sifat keilahian dan hidup kekai. Di hadapan Tuhan tidak ada allah
    lain, dan tidak akan ada lain kecuali Dia; karenanya itu Dialah kekal untuk selamanya.
    Dan karena seluruh bagian Kitab Yesaya berkenaan dengan pembebasan Israel, alasan dan konsekwensinya, sehingga ditambahkan "tidak ada juruselamat lain daripada-Ku." Oleh karena itu Israel harus menjaga untuk tidak mencari keselamatan dan yang lain. Dalam penutupan kata memberikan pengertian kepada mereka, bahwa keselamatan tiba diwaktu pelaksanaan
    hukuman. Tuhan akan terus melaksanakan karya-Nya, dan apabila Dia yang sama kemarin, hari ini dan selamanya, siapakah yang dapat mencegahnya.
    Dalam pasal 42:1-17 Tuhan mengintroduksikan hamba-Nya, pengantara keselamatan. Dan pasal 42:18; 43:13 mulai dengan pendekatan-Nya kembali dan berusaha untuk membawa Israel kepada keselamatan yang dari Allah, Allah yang tiada tandingannya.
    Dalam bahasa Ibrani "Juruselamat" biasanya dalam bentuk participle, bukan kata benda, dimana menunjukkan kepada pemikiran Perjanjian Lama. Istilah ini bukanlah merupakan suatu gelar sebagaimana hal ini digambarkan kepada kegiatan-kegiatan Allah untuk kepentingan umat-Nya. Walaupun istilah tersebut mesianis dalam Perjanjian Lama, mesias digambarkan sebagai seseorang yang datang memberikan/menyodorkan keselamatan kepada semua bangsa (Yesaya 49:6,8; Zakharia 9:9).

    PERJANJIAN BARU

    Dalam Perjanjian Baru istilah "Juruselamat" tidak pernah menunjuk kepada seseorang, tetapi hanya kepada Allah Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Tuhan dilukiskan sebagai "Juruselamat" dalam Perjanjian Baru, karena Ia menyediakan keselamatan untuk manusia dengan mengutus Anak- Nya, dan melalui Dia" (Lukas 1:47; 1 Timotius 1:1; 2:3; 4:10; Titus 1:3; 2:10; 3:4; Yudas 25). "Juruselamat" dalam Perjanjian Baru merupakan kedudukan utama Yesus, sejak mulanya Ia telah mengumumkan kepada dunia sebagai Juruselamat (Lukas 2:11). Walaupun istilah Juruselamat tidak digunakan dalam Matius, misi Yesus digambarkan dalam Injil tersebut sebagai Seseorang yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Matius 1:21). Pembagian dari 24 penggunaan istilah dalam Perjanjian Baru akan menunjuk hal tersebut, walaupun penggunaan istilah telah digunakan dari permulaan kekristenan, hal ini menjadi sangat penting kepada periode penutupan Perjanjian Baru. Dua pertiga dari penggunaannya nampak
    pada kitab-kitab bagian akhir: sepuluh di surat- surat Pastoral; lima di 2 Petrus; dan masing-masing satu di Injil Yohanes, 1 Yohanes, dan Yudas. Injil Markus dan permulaan surat-surat Paulus tidak menggunakan istilah "Juruselamat."
    Sebagai tambahan berkenaan dengan "Juruselamat" dalam Perjanjian Baru memberikan pandangan yang penting pada kekristenan yang mula- mula, Yesus dilukiskan oleh Yohanes sebagai "Juruselamat dunia." Dalam surat-surat Pastoral, "penampilan Juruselamat kita" digunakan (2 Timotius 1:10; Titus 2:13), dimana menyaksikan akan kedua sifat supranatural dan kemuliaan-Nya. Istilah itu juga berhubungan dengan "kemurahan" dalam Titus 3:4.
    Yesus sendiri menafsirkan misi-Nya sebagai salah satu keselamatan, berkata, "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10). Istilah tersebut mengisyaratkan akan bahaya, bencana, dari seorang penolong. Istilah
    Juruselamat di kedua Kitab, Perjanjian Lama (Yesaya 53) dan Perjanjian Baru mengusahakan pembebasan dari penderitaan yang sangat dan kesusahan yang diketahui oleh umat manusia - pembebasan dari dosa Juga ada penekanan pada pelayanan Yesus berkenaan dengan si penerima pembebasan-Nya. Ia sebagai Juruselamat bukan hanya kepada yang kuat dan kaya atau mereka yang terdidik, tetapi juga seperti gembala-gembala dan orang buangan; yang disingkirkan dari masyarakat seperti Zakheus dan sebagainya.

    ARTI YESUS JURUSELAMAT

    PENEBUS

    Sebagaimana kita telah diajarkan oleh perkataan Petrus yang terkenal, "Tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12). Nama "Yesus" diberikan kepada-Nya tidaklah dengan suatu alasan dan kesempatan, atau dengan suatu keputusan seseorang, tetapi hal ini telah disampaikan dari surga oleh malaikat. Alasannya untuk itu ialah: Ia diutus agar menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya (Matius 1:21; bandingkan Lukas 1:31). Kita harus memperhatikan kata-kata sebagai berikut: jabatan sebagai Penebus yang disandang-Nya agar Ia menjadi Juruselamat kita.
    Pada hari Pentakosta, Petrus berkhotbah yang menyatakan. "Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kisah Para Rasul 2:36). Yesus adalah Manusia, namun telah dibuktikan oleh kebangkitan dan kenaikan-Nya menjadi Allah, Tuhan dan Kristus, sebagai Mesias. Mereka harus
    meletakkan imannya lebih daripada kepada manusia; hal ini harus dalam Seseorang yang juga Allah yang merupakan perjanjian Mesias dalam Perjanjian Lama. Illahi dan Kemanusiaan harus disatukan agar dapat menyediakan keselamatan secara sempurna.
    Jutuselamat harus manusia agar dapat mati dan agar dapat menanggung hukuman atas manusia dan Dia haruslah Allah agar kematian dapat efektif untuk seluruh umat manusia. Ketika Paulus menuliskan suratnya kepada Roma, ia berkata mengenai Anak Allah, Yesus Kristus, dan kemudian menjelaskan dua fakta yang penting tentang Yesus Kristus - Kemanusiaan-Nya ("yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud") dan Keillahian-Nya ("bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa") (Roma 1:1-4). Kemudian 10:9; "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan ... kamu akan diselamatkan."
    Ini merupakan pengakuan terhadap Yesus sebagai Tuhan dan imannya dalam Allah-Manusia yang menyelamatkan dari dosa.
    Pernyataan dasar dari penebusan ini berarti membeli atau membayar harganya untuk sesuatu. Ini digunakan, misalnya, sebagaimana biasanya dalam kehidupan sehari-hari mengenai perumpamaan harta benda terpendam dan mutiara yang berharga yang mendorong orang untuk membeli (menebus) ladang (Matius 13:44). Dalam hubungannya dengan keselamatan kita, istilah itu berarti membayar harga karena tuntutan dosa kita agar kita dapat ditebus (Wahyu 5:9; 14:3-4; 2 Petrus 2:1; 1 Korintus 6:20;7:23). Dan ini hanya dapat dibayar oleh darah Kristus.
    Istilah ini juga ada hubungannya dengan tempat di pasar, maka seseorang yang ditebus digambarkan atau berarti dibeli dari pasar.
    Dengan kata lain, ide dari istilah ini ialah kematian Kristus tidak hanya membayar harganya untuk keselamatan kita tetapi juga memindahkan kita dari pasar dosa agar memberi jaminan kepada kita sehingga tidak akan pernah dikembalikan kepada perbudakan dan hukuman dosa. Kedatangan Kristus agar "menebus mereka yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita
    diterima menjadi anak" (Galatia 4:5). Penggunaan istilah dalam ayat ini berarti memberi jaminan kepada kita bahwa kita tidak akan kehilangan hak sebagai anak dan kembali kepada perbudakan.
    Penebusan bukan hanya penting karena telah dibeli, tetapi dapat juga berarti dibebaskan. Sekali lagi Paulus berkata bahwa kematian Kristus agar "membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk mengkuduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik" (Titus 2:14). Oleh karena itu, penebusan secara penuh konotasi berarti bahwa karena penumpahan darah Kristus orang-orang percaya telah dibeli, dipindahkan dan dibebaskan. Pembayaran harga dari Anak Allah melalui kematian-Nya seharusnya lebih memberikan motivasi kepada anak-anak Allah untuk menyerahkan diri kepada Tuhan.
    Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan (Yohanes 3:14-15); jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24). Tuhan tidak dapat mengampuni dosa berdasarkan pertobatan seseorang. Hal ini mustahil untuk kesucian Allah melakukan. Tuhan dapat mengampuni dosa hanya apabila hukuman itu dibayar lebih dahulu. Agar Allah dapat mengampuni dosa seseorang dan ia dalam waktu yang sama dibenarkan, dan Kristus membayar hukuman orang-orang berdosa (Roma 3:25-26).
    Kristus berkali-kali berkata bahwa Ia harus menderita dalam banyak hal, dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga (Matius 16:21; Markus 8:31; Lukas 9:22; 17:25; Yohanes 12:32-34). Dua orang yang ada di kubur Yesus sesudah Ia bangkit mengingatkan perempuan-perempuan yang datang untuk mengurapi tubuh Yesus di mana Kristus berkata bahwa Ia harus
    disalibkan dan bangkit kembali (Lukas 24:7). Paulus mencari bukti kepada orang-orang Tesalonika akan kepentingan kematian Kristus (Kisah Para Rasul 17:3). Dari sudut Allah, kematian Kristus adalah sangat penting bila manusia diselamatkan.
    Tetapi di sini kita harus merenungkan secara bersungguh-sungguh bagaimana Dia melaksanakan keselamatan bagi kita.
    Karenanya itu kita seharusnya tidak terbius oleh karena Dia sebagai pelaksananya, tetapi berusaha untuk memperkembangkan iman kita, menolak apa pun yang membahayakan dan yang berusaha untuk mengalihkan kepada arah yang lain. Tidak ada seorang pun yang dapat merendahkan diri terhadap-Nya dengan secara serius tanpa memperhatikan perasaan akan
    ketidakperkenan Allah dan perasaan memusuhi Dia.

    KEMURAHAN ALLAH

    Kesadaran akan murka Allah membuat kita mengucap syukur atas kasih setia-Nya di dalam Kristus.
    Sebelum melangkah lebih jauh, kita harus melihat bagaimana belas kasihan dan kemurahan Allah diperuntukkan bagi kita.
    Bagaimana Allah telah memberikan Anak-Nya yang tunggal dengan satu ikrar suci karena cintanya kepada kita apabila Dia tidak siap merangkul kita dengan kebebasan-Nya. Karena sering adanya perbedaan pendapat di sini, maka saya akan mencoba untuk menghindarinya. Roh Kudus biasanya bicara demikian dalam Kitab Suci: "Tuhan adalah musuh manusia sampai mereka diperdamaikan atas anugerah melalui kematian Kristus" (Roma 5:10). "Mereka berada di bawah kutuk sampai kejahatannya dilenyapkan dengan pengorbanan Yesus" (Galatia 3:10,13). "Mereka jauh dari Allah dan melalui tubuh jasmani Kristus mereka diperdamaikan" (Kolose 1:21-22). Pernyataan yang singkat ini memberikan situasi manusia yang perlu kita mengerti bagaimana keadaan kita sangat menyedihkan dan bagaikan puing- puing apabila kita terpisah dari Kristus. Apabila hal ini tidak secara jelas dinyatakan bahwa kemarahan dan pembalasan Allah serta kematian kekal adalah akibatnya, kita dengan gemetar telah menyadari
    betapa mengerikan apabila hidup ini tanpa kemurahan dan belas kasihan dari Allah.
    Sebuah contoh, bila Tuhan menghancurkan Saudara sementara Saudara masih dalam keadaan hidup dalam dosa, dan membuangkan Saudara, seperti Saudara ketahui, betapa celaka Saudara karena kehancuran sedang menantikan Saudara. Tetapi karena Dia berusaha dengan anugerah-Nya, atas dasar kehendak-Nya sendiri, maka tidak membiarkan Saudara terpisah dari-Nya, sehingga Saudara terlepas dari ancaman maut.
    Orang tersebut mengalami dan merasakan sesuatu di mana dia merasakan kebesaran rasa belas kasihan serta kemurahan Allah. Di pihak lain, seandainya ia belajar, sebagaimana Alkitab mengajarkan, bahwa dia telah terpisah dari Allah karena dosanya, ialah mewarisi murka, dan berakibat kematian kekal, terlepas dari segala pengharapan keselamatan, segala berkat-berkat Allah, hamba setan, seorang buangan karena dosanya, yang tujuan akhimya ialah penderitaan kekal. Pada saat demikian Kristus mengetengahi sebagai advokatnya, menimpakan kesalahan itu pada diri-Nya dan menderita hukuman dari hukuman Allah, yang mengancam semua orang-orang berdosa. Di mana Dia membersihkan dengan darah-Nya karena setan yang menjadikan orang-orang melawan Allah. Dengan demikian Dia membuat kepuasan dan pengorbanan yang patut di hadapan Allah Bapa, sehingga sebagai penengah telah menentramkan murka Allah. Atas dasar ini maka terjadilah damai di antara Allah dan manusia. Dengan ikatan ini kebajikan memelihara mereka.
    Kemurahan Allah merupakan basis dedikasi kita, karena Dia lebih besar dari semua tuan-tuan yang ada di dunia ini. Berkat kehidupan karena dedikasi kita dalam pelayanan kepada Allah adalah lebih pasti dan memperkaya. Mengapa banyak orang malu mendedikasikan hidup-Nya adalah sukar dimengerti!

    PENDAMAI

    Murka Allah menentang orang berdosa, kasih-Nya mendamaikan kita di dalam Kristus. Untuk Tuhan benar adalah sifat-Nya, tidak dapat mengasihi orang yang perbuatannya melanggar hukum-Nya, seperti yang terlihat di dalam hidup kita semua. Karena itu kita semua ada perasaan kebencian kepada Allah. Sifat nature kejahatan kita dan kelemahan hidup mengakibatkan tak berkenan di hadapan Allah, bersalah dipemandangan-Nya dan dilahirkan untuk hukuman neraka. Tetapi karena Allah menyatakan tidak ingin seorang pun binasa, terlepas dari kebaikan kita. Dan memang kasihlah sebagai sifat-Nya. Allah mengasihi mereka yang remuk hatinya, meninggalkan jalannya dan berbalik kepada jalan Tuhan. Walaupun bagaimana keadaan kita, sebagai orang berdosa, dan keji, namun kita adalah tetap ciptaan-Nya. Memang kita mati karena perbuatan kita sendiri atau pilihan kita sendiri, walaupun demikian Ia menciptakan kepada hidup. Oleh karena itu, dengan kasih Allah Bapa berlangsung dan memberikan harapan akan pendamaian di dalam Kristus, sudah barang tentu karena Ia mengasihi kita lebih dahulu (1 Yohanes 4:19), kemudian Ia mendamaikan kita dengan-Nya.
    Kematian Kristus sepenuhnya membaskan tuntutan Allah yang benar mengenai hukuman atas orang berdosa (Roma 3:25; 1 Yohanes 2:2; 4: 10; Ibrani 2:17). Ajaran Perjanjian Baru tentang jalan pendamaian adalah seperti yang diajarkan Perjanjian Lama, bergantung pada konsep murka Allah yang menuntut pemuasan. Murka Allah dengan tegas disebut dalam Matius 3:7;
    Markus 3:5; Lukas 3:7;21:23; Yohanes 3:36; Roma 22; Efesus 5:6; Kolose 3:6; Wahyu 6.16; 11:18; 14:10; 16:19 dan 19:15.
    Perjanjian Baru mengajarkan tentang jalap pendamaian adalah jawaban Allah bagi problema mengenai hukuman-Nya yang adil ke atas orang berdosa.
    Dalam Roma 3:25-26 "Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga
    membenarkan orang yang percaya kepada Yesus." Dari ayat tersebut di atas ada dua fakta yang menempatkan jalan pendamaian dalam Alkitab. Pertama, bahwasanya hal itu bukan soal memuaskan satu Allah yang bernafsu membalas dendam, melainkan memuaskan satu Allah yang adil, benar dan suci dalam segala perbuatan-Nya. Kedua, Allah semacam itu, meskipun pada satu pihak menuntut pemuasan penuh terhadap kebenaran-Nya, adalah Allah yang sama yang karena kasih-Nya kepada umat manusia yang terhilang mengutus Anak-Nya untuk menjadi jalan pendamaian.
    Kristus dalam kematian-Nya di atas salib melalui pencurahan darah-Nya dan pengorbanan hidup-Nya menyelesaikan suatu terhadap keadilan ilahi yang Allah terima bagi yang berdosa. Jalan pendamaian ini memungkinkan Allah menyatakan kasih-Nya kepada manusia dan mengaruniakan kebenaran melalui pembenaran oleh iman. Keyakinan ini didukung oleh perlunya
    jalan-pendamaian karena dosa (Roma 3:9,23; 5:12), kebenaran Allah (Mazmur 119:137; 145:17; Roma 3:25-26), dan fakta bersejarah bahwa Kristus benar mati bagi manusia berdosa (Yesaya 53:5-7; Galatia 1:4; 3:13 dan sebagainya).
    Jadi hubungan baru pendamaian ini hanya dimungkinkan oleh darah Kristus yang dicurahkan di salib Golgota. Kepada orang-orang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah yang dahulunya jauh dan musuh oleh perbuatan jahatnya, tetapi sekarang diperdamaikan dan dinyatakan suci, tanpa noda, dan tak bercela di hadapan Allah. Tindakan perdamaian dalam kematian Kristus
    itu sendiri tidak mengakibatkan pendamaian bagi individu, melainkan bersifat menyediakan saja, dan memungkinkan individu itu diperdamaikan. Orang yang belum diselamatkan tak berubah dalam keadaannya semula bahkan sesudah kematian Kristus sampai saat ia percaya di mana pendamaian itu mulai berlaku bagi dia. Setelah percaya, ia masuk ke dalam hubungan baru di dalam Kristus, dan oleh Allah ia dianggap suci tanpa noda dan tak bercela. Inilah kedudukan orang yang percaya di hadapan Allah - diperdamaikan dengan Allah.

    KESIMPULAN

    Pembukaan rahasia rencana keselamatan dari Allah sesudah Adam merupakan kisah yang bertahap pemyataannya. Masa manusia meninggalkan pernyataan keselamatan yang diberikan dan terjerumus ke dalam kegelapan dan dosa. Semakin hari manusia semakin jauh dari Allah, hanya bagian kecil saja yang dilukiskan dalam Kitab Suci tetap percaya kepada Allah, dan menerima terang selanjutnya. Nabi Yesaya mengutarakan bahwa "masing-masing menempuh jalannya sendiri-sendiri," dan sudah barang tentu kematian kekallah yang menantikannya. Secara jelas masalah manusia dapat diatasi dari pemyataan Kitab Suci dengan menaruh kepercayaannya kepada Kristus maka dia akan beroleh selamat (Yohanes 1:12; 3:16).
    Yang menjadi masalah d: sini ialah seolah-olah ada perbedaan pendapat dengan cara keselamatan dalam Perjanjian Lama dan Baru. Untuk itu Walvoord menjelaskannya secara tepat sekali.
    "Jelas bahwa orang-orang kudus di Perjanjian Lama tidak percaya kepada Kristus di dalam cara yang sama dan di dalam pengertian yang sama seperti orang-orang percaya dalam Perjanjian Baru, oleh sebab mereka hidup pada masa yang berlainan dan tidak memiliki keterangan yang sama. Dalam sifat kasus ini, perkara iman ialah mempercayai masing- masing pernyataan
    yang diberikan pada saat itu. Sebaliknya juga tidak ada dua jalan keselamatan. Seluruh keselamatan Allah berasal dari sang Juruselamat, Anak Allah, dan pekerjaan-Nya di kayu salib. Juga jelas bahwa keselamatan dari setiap jiwa menuntut iman.
    Bahkan rahmat dan kemurahan Allah tidak dapat menyelamatkan satu jiwa yang masuk kekekalan dengan tidak percaya. Dua unsur penting dari keselamatan ini - pekerjaan Kristus di kayu salib dan iman dari keselamatan Adam sampai kepada jiwa terakhir yang Allah tarik kepada diri-Nya di masa depan. Iman adalah syaratnya, dan kematian Kristus adalah dasarnya."

Judul Buku : Yesus Kristus Allah, Manusia Sejati
Pengarang : Pdt. Sutoyo L. Sigar M.Th.
Penerbit : PASTI dan YAKIN, Surabaya, 1983
Halaman : 61 – 71

Komentar

Postingan Populer