Influencer Pdt Petrus Agung Purnomo

Influencer Pdt Petrus Agung Purnomo

Christian Halim




Tahun 1998, saat menjelang sore, saya bersama seorang teman datang ke Taman Getsemani, Ungaran. Tujuan saya kali ini bukan untuk mengambil waktu berdoa di sana. Khusus hari itu, kami hendak menemui Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm).

Kami membuat janji ketemu di saat sore hari setelah Beliau selesai mengajar kelas SOA (School of Apostolic – seingat saya demikian), yang kebetulan pelatihan tersebut diselenggarakan dalam satu kompleks dengan Taman Gestsemani, Ungaran. Tujuan pertemuan kami dengan Beliau adalah ingin berkonsultasi tentang penyelenggaraan sebuah acara Doa Bersama seluruh fakultas di kampus kami kala itu.

Pembicaraan yang terjadi terasa ringan dan menyenangkan selama 30 menit berikutnya. Beliau bersemangat sekali mendukung kami untuk maju. Dan, menutup perjumpaan dengan kami, Beliau mendoakan kami secara pribadi. Kami pun turut mendoakan Beliau untuk pelayanan-pelayanan di masa depan. Jadi saat itu terjadi saling mendoakan.

Dalam perjalanan pulang ke kampus kami, saya bertukar pendapat dengan teman mengenai pribadi Beliau. Saya dan teman sepakat bahwa Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.) adalah seorang pribadi yang rendah hati, visioner dan mempunyai hati luar biasa untuk penginjilan ke seluruh bangsa-bangsa.

Terimakasih Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.). Dulu saya belum mengerti, sekarang saya menjadi mengerti.

Sebagai seorang penggerak, Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.) telah banyak dikenal dan berkarya luar-biasa. Mungkin, belum banyak yang mencermati bahwa seorang penggerak selalu didukung oleh penasehat terpercaya dan pendoa.
------
Di kala masih mahasiswa, antara bulan Oktober 1995 – Oktober 1998, kedatangan saya ke Bukit Doa Taman Getsemani, Ungaran bisa dikatakan terjadwal, yaitu seminggu sekali ( tidak selalu di hari yang sama). Terkadang menginap, terkadang hanya pulang hari.

Pada waktu itu, Bukit Doa Taman Getsemani masih belum sebagus sekarang. Meskipun begitu, yang paling saya nikmati adalah suasananya. Di sana, (dulu – tidak terdata di masa sekarang) suasana sangat mendukung untuk bersekutu pribadi bersama Tuhan.

Hal kedua yang saya tunggu-tunggu (harapkan) adalah bertemu dengan Pak Samuel Elkana (alm.), pendiri sekaligus pengelola Bukit Doa Taman Getsemani. Dulu, tiap sore hari, bila Beliau tidak sedang bepergian ke luar kota, akan berkeliling menyapa dan berbincang-bincang dengan tamu yang menginap di situ. Biasanya, Beliau akan bercerita dalam format yang teratur, rapi dan padat. Bagi saya yang paling menarik adalah sudut pandang Beliau terhadap lingkungan sekeliling.
------
Sekilas tentang Pak Samuel Elkana (alm.); Beliau dulu-nya adalah seorang pengusaha yang sukses. Kemudian, Beliau menerima panggilan dari Tuhan (saat berdoa puasa), yaitu panggilan unik untuk jadi pengelola tempat berdoa (rumah doa) bagi anak-anak Tuhan di seluruh penjuru dunia. Berdasarkan panggilan ini, Beliau putuskan untuk menutup semua usaha-nya dan mendanai dari koceknya demi terlaksana pembangunan fasilitas rumah doa (dikenal dengan nama Bukit Doa Taman Getsemani, Ungaran). Dan, luar biasanya, meskipun telah mengorbankan sedemikian besar, kebijakan bebas biaya (gratis) tetap diterapkan demi membuka kesempatan bagi setiap anak Tuhan untuk bisa datang.
- - - -
Kembali ke cerita pertemuan sore hari dengan Pak Samuel Elkana (alm).

Sudut pandang Pak Samuel Elkana (alm.) rupanya sejalan dengan Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.). Tidaklah heran bila dikatakan kedua pribadi hebat ini, meski berbeda peran di ladang Tuhan, adalah rekan sekerja di ladang-Nya dan kedua-nya bersahabat. Di sini, andaikata saya boleh memberi pandangan, dapat saya simpulkan bahwa peran Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.) adalah seorang penggerak, sedangkan Pak Samuel Elkana (alm.) adalah penasehat sekaligus pendoa.

Adapun sudut pandang Pak Samuel Elkana (alm.) terhadap lingkungan sekeliling bermuara kepada kasih Tuhan Yesus. Beliau pernah bercerita cukup panjang lebar kepada saya bahwa penataan fasilitas sampai ke operasional-nya didasarkan kepada perenungan akan kasih Tuhan Yesus. (Hal yang sama jika saya simpulkan dengan meninjau buah dari visi-nya Pdt. Petrus Agung Purnomo di masa sekarang, dimana adanya sekolah-sekolah, rumah sakit dan lainnya)

Pak Samuel Elkana (alm.) menjelaskan tentang kebijakan gratis untuk mengalami suasana di Bukit Doa Taman Getsemani. Beliau jelaskan meskipun sudah digratiskan (totally - free of charge) tetap konsep pembangunan fasilitas harus bisa membuat setiap orang yang datang merasa nyaman (meskipun sederhana). Salah satu perwujudannya adalah harus mempunyai ruang hijau yang luas dan ruang gerak untuk orang dapat berjalan-jalan santai. Ada perpustakaan buku-buku rohani (walau masih dalam skala-kecil). Serta, arsitektur bangunan tempat peristirahatan pun (bagi tamu yang menginap) di desain dengan atap yang tinggi agar sirkulasi udara terasa nyaman tanpa AC.
Kemudian, contoh konsep operasional yang luar biasa adalah kebijakan menjaga suasana. Beliau menjelaskan bahwa operasional di Bukit Doa Taman Getsemani harus bisa mengakomodasi suasana yang bersumber dari pengajaran Tuhan Yesus, yaitu kasihilah Tuhan Allah-mu dan kasihilah sesama-mu. Kebijakan menjaga ketenangan yang ketat (berdisiplin) bertujuan mendukung suasana untuk bersekutu pribadi bersama Tuhan. Sementara, kebijakan makan bersama di tiap-tiap hari dari satu dapur ( dapur Bukit Doa Taman Getsemani ) merupakan layanan akomodasi agar setiap orang di sana dapat saling bertemu dan makan bersama (sehingga tercipta suasana bersahabat diantara tamu yang menginap); Dan, seingat saya, dulu ada kebijakan khusus di setiap hari Sabtu siang bagi siapapun dari luar yang sekedar-mampir (tidak menginap) boleh mendapatkan makan siang gratis.
Masih banyak lagi yang diceritakan oleh Pak Samuel Elkana (alm.) di sore itu dan di sore-sore yang lain – karena cukup seringnya bertemu Pak Samuel Elkana (alm.) di kala mahasiswa waktu itu, kemudian saya bisa terhubung (berkenalan) dengan Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.).

Semasa hidup, Pak Samuel Elkana (alm.) bisa menjadi sahabat bagi pemimpin gereja manapun di seluruh Indonesia, bahkan luar negeri (interdenominasi). Tercatat juga bahwa cukup banyak pendeta/penginjil kristiani terkenal di masa itu (dulu) yang datang ke Taman Gestsemani, misalnya Pdt. Petrus Agung Purnomo, Ev. Yusak Cipto, Pdt. Niko Njotoraharjo, Pdt. Jusuf Roni dan seterusnya (masih banyak lagi) sampai dengan Ps. Phillip Mantofa di saat masih seorang penginjil muda – belum status pendeta.

Di sisi lain, yang juga luar-biasa, Beliau berkomitmen atas setiap pegawai yang bekerja di situ, yaitu seluruh biaya kehidupan sehari-hari ditanggung (termasuk biaya sekolah anak, biaya berobat, dan lainnya) – demikian juga yang saya dengar dilakukan oleh Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.) semasa hidup. Dan, selain itu, Pak Samuel Elkana (alm.) bisa menjadi teman baik bagi seluruh masyarakat di sekeliling Taman Gestemani, Ungaran yang notabene (dulu) berbeda secara agama.

Bagi saya, Pak Samuel Elkana (alm.) adalah pribadi yang rendah-hati, bijaksana, sangat murah-hati (really a generous man, I had ever met), relevan dalam aplikasi kebenaran firman Tuhan, dan setia dalam panggilan hidupnya sampai titik terakhir.

Terimakasih Pak Samuel Elkana (alm.). Dulu saya belum mengerti, sekarang saya menjadi mengerti.

Komentar

Postingan Populer