KESAKSIAN MUKENDI BAGIAN 3

KESAKSIAN MUKENDI BAGIAN 3 



# Korban Paskah : "PASKAH" 

"Paskah" merupakan upacara yang paling disukai ayahku yang harus diselenggarakannya satu tahun satu kali pada hari Paskah.


Upacaranya berlangsung di sungai Mulenda dan menarik kurang lebih 3,000 pengikut dari seluruh Zaire. Kami memiliki kebiasaan untuk meninggalkan desa kami menuju sungai itu pada pukul 4:30 pagi karena upacara yang sesungguhnya akan dimulai pada pukul 8:00 pagi.


Bila semua telah hadir, maka kami akan membagi mereka menjadi empat kelompok untuk pembagian tugas, seperti membersihkan belukar, memotong rumput, membersihkan bagian yang keramat dan yang laim membangun altar sejauh kira-kira 250 meter dari sungai dan mempergunakan batu-batu yang besar.Sebuah gubuk kecil juga didirikan dekat sungai, dan didalamnya setempatkan sebuah kuali tradisional yang khusus yang berisi tanah liat berwarna putih untuk dibubuhkan pada para anggota. Selama berlangsungnya upacara, setiap anggota akan masuk ke situ dan mengaku dosa terhadap nenek moyang mereka sebelum upacara dimulai. Mereka harus memberitahu kepada nenek moyang mereka, "Aku tidak mempunyai masalah dengan siapa pun juga, dan bila seseorang ingin membuat masalah denganku, biarlah ia terkutuk."


Hal ini kemudian dilanjutkan dengan kebaktian dimana seseorang melakukan pemujaan kepada dewa dengan mempergunakan nama-nama tradisional dan juga lagu-lagu pujian tradisional. Ia kemudian siap untuk langkah berikutnya dimana ayahku akan membubuhkan tanda dari dada sampai perutnya dengan tanah liat putih tadi.Bila hal itu telah dilakukan, maka ia akan menghampiri meja komuni atau meja perjamuan untuk menerima ramuan yang terdiri dari sepotong pisang yang harus dikunyahnya bersama dengan bunga-bunga yang dipetik dari perkarangan rumah kami yang telah di campur dengan bumbu-bumbu tradisional.


# BAPTISAN,

Ayahku tidak pernah ragu-ragu mengatakan kepada para pengikutnya bahwa baptisan yang dilakukannya sangatlah bernilai dan bahwa itu akan membawa berkat bagi mereka bila mereka sepenuhnya mengabdikan diri mereka kepada aliran pemujaannya yang di buat oleh ayahku. Itu semuanya dusta! Ayah sendiri mengatakan kepadaku bahwa arti yang sesungguhnya dari baptisannya adalah untuk menyebabkan para pengikutnya menyerahkan kemakmuran mereka kepada ayah. Sedang ayah sendiri menempatkan kutuk-kutuk yang abadi di atas mereka.


Prosedurnya sangat lucu bagiku. Seseorang harus merangkak melalui kaki ayahku "di dalam nama bapa, putra dan roh kudus". Setelah itu, ia harus pergi dan mencelupkan dirinya tiga kali dalam sungai. Bila hal itu telah dilakukan, kepadanya akan diberikan setangkai kayu yang serupa dengan tali dan dengan itu ia harus lari secepatnya, memukul dan meriakkan air sungai, sambil bersumpah tidak akan meninggalkan aliran pemujaan itu selama hidupnya.


Setelah itu ia memberikan janji untuk terikat secara mutlak, maka ia harus menanggalkan pakaiannya, menceburkan diri kedalam air yang mengalir dan cepat-cepat melompat keluar lagi dalam keadaan telanjang bulat, karena ia telah menanggalkan seluruh pakaiannya. Wanita, pria dan anak-anak semuanya terlibat dalam prosedur ini dan beberapa orang tua telah membawa seluruh keluarga mereka untuk mengikat diri mereka kepada aliran pemujaan itu yang dibuat oleh ayahku.


Beberapa di antara para imam dan juga para pemimpin agama tradisional Afrika ikut mengambil bagian dalam upacara tersebut tanpa mengajukkan pertanyaan apa pun. Mereka bahkan menghormati hal-hal yang dilakukan ayahku dan memberikan banyak dukungan dengan cara terlibat langsung di dalam paskah tersebut.


Ketika kemudian aku bertanya kepada ayahku mengapa ia membaptis mereka di dalam nama bapa, putra dan roh kudus, inilah yang dikatakannya, "dengan melakukannya, aku merebut seluruh kekuatan-kekuatan sihir, tenung dan perdukunan mereka dan untuk selanjutnya menjadi lebih tangguh dari mereka. Dan bila mereka memceburkan diri ke dalam sungai, berarti mereka mengisi sumberku, karena dari sungai itulah datangnya seluruh kekuatanku".


Setiap orang yang membawa persembahan bahkan juga melemparkan pada bagian yang keramat dari sungai yang sama. Upacara itu juga melibatkan seekor domba jantan yang dibawa ayahku ke bagian keramat sungai. Leher domba itu harus dipotong tiga bagian dan darahnya harus langsung di kucurkan ke dalam sungai. Pada saat itu, siapa saja yang memiliki sihir, mantera atau tenung harus melemparkan semuanya ke dalam sungai agar bercampur dengan darah domba tersebut. Sebelum domba itu di bawa ke altar untuk dibakar, terlebih dahulu dipersembahkan lagu-lagu pujian dan tarian kepada para dewa.


Jadi ketika domba itu dibakar, diharapkan asapnya dapat membubung ke atas sampai di tingkatan langit dimana tiga ekor burung milik ayah telah terbang selama upacara itu. Burung-burung itu adalah burung helang, burung nasar dan burung gagak, yang secara berurutan dianggap ayahku sebagai si Raja, si Portugis dan si Senegal, yang juga terbang berturutan seperti itu. Si Raja berada di atas yang lain, si Portugis di bawahnya sedang si Senegal di bawah si Portugis dan mereka hanya akan menghilang dari langit bila domba itu telah seluruhnya di makan api. Hal ini merupakan tanda bahwa persembahannya telah diterima oleh dewa.


Ketika domba sedang dibakar, ayahku yang mengenakan jubah putih dengan lambang salib hijau di dadanya, dengan khidmat menarik diri dari yang lain dan berdoa sendirian di dekat altar. Setelah dombanya habis terbakar, ayah lalu mengambil jelaganya yang hitam dan membubuhkannya ke atas dahi setiap pengikutnya, dengan mendustai mereka bahwa ia sedang memberkati mereka. Itu lagi-lagi dusta! Ia sendiri mengatakan kepadaku kemudian, bahwa ia sedang membutakan mereka secara rohani agar mereka tidak dapat menemukan kebenaran daripada kekuatan-kekuatannya yang misterius itu. Ia mengikatkan mereka kepada dirinya sendiri dan aliran pemujaannya untuk selama-lamanya.


Salah satu dari pesta seperti itu diselenggarakan saat aku berusia 9 tahun dan sesuatu yang dramatis terjadi, yang menunjukkan betapa dalamnya ayahku terlibat di dalam dunia sihir. Domba baru saja dibunuh dan semua orang mulai menatap ke arah sungai. Sesuatu sedang bergerak dan tiba-tiba ada ledakan yang menggoncangkan air, sehingga semua orang lari bersembunyi. Siapa itu gerangan? Tidak lain daripada ikan duyung yang telah menyusui dan membesarkan diriku! Kecuali sirip ekornya, seluruh tubuh bagian atasnya dengan jelas keluar dari air dan saat melihatnya, ayahku berseru sambil mengangkat diriku ke arahnya, "Mari, lihatlah anak yang telah kau besarkan. Ia ada disini kata ayahku"


Ikan duyung itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, meneliti diriku tiga kali, dan menghilang di dalam air. Ayahku secara emosi bahkan tidak bergeming sedikitpun. Ia tenang dan tidak takut. Setelah melihat bahwa tidak ada bahaya, kerumunan orang-orang itu maju kembali, penuh rasa ingin tahu akan apa yang telah terjadi. Dan seperti biasanya, ayahku mendustai mereka dengan berkata, "Kalian tidak memperoleh apa-apa,yesus tadi berada disini, ia memberkati aku dan putraku Dan karena kalian lari pergi, kalian harus dihukum."


Bentuk hukuman yang diberikan ayahku kepada mereka adalah seperti berikut, "Kalian harus lari kembali ke desa segera setelah aku memberikan tanda. Dan bila kalian menemukan halangan apa pun di jalan, baik itu pohon atau lubang, kalian tidak boleh berusaha menghindarinya. Bila itu adalah pohon, benturkan diri kalian, bila itu lubang, jatuhkan diri kalian ke dalamnya."


Kerumunan orang yang sedang kebingungan itu mulai berlari segera setelah ayahku memberikan tanda. Tujuan semuanya itu adalah agar mereka menderita dan ayahku akan menjadikan mereka bulan-bulanan. Ayahku seorang yang begitu sadistis, yang memperoleh kesukaan besar dari penderitaan orang lain.


# Sifat Ayahku,

Sebuah gambaran singkat akan sifat-sifat ayahku akan membantu memperlihatkan mengapa ia mudah sekali menipu dan memanipulasi para pengikutnya. Ayahku adalah seorang yang sangat sombong dan banyak bicara, yang selalu berkata-kata burung mengenai gereja-gereja yang lain, akan tetapi di lain pihak selalu bergembira mengenai gerejanya sendiri.


Dengan terbuka ia mencemoh mereka dengan mengatakan bahwa mereka itulah gereja-gereja "okultisme", dan mengancam para pengikutnya apabila mereka berani menggabungkan diri dengan gereja lain. Ayah begitu keras kepala dan sukar didekati dan sekali ia mengambil keputusan tentang sesuatu, maka pendapat orang lain itu hal nombor dua saja, karena ia selalu berkeras dengan pendapatnya sendiri. Mereka yang lain harus selalu mematuhi perintahnya atau menghadapi konsekuensi dibenci atau bahkan dicelakai olehnya. Aspek lain yang menghalangi ayah untuk dapat mencintai orang lain adalah kecintaannya akan uang.


Ayahku serakah dan setiap saat ayahku melihat sesuatu yang baik milik pengikutnya, ia pasti menginginkannya dan bahkan meminta orang tersebut untuk memberikannya. Orang-orang tidak pernah menolak keinginan ayahku. Dan karena ayahku yakin bahwa ia lebih pandai dari siapapun juga, maka ia tidak suka mendenger orang lain dipuji karena kemampuan atau keahliannya. Ayah bahkan akan mencelakakan orang tersebut sebagai balas dendamnya.


Meskipun orang tahu siapa ayahku, akan tetapi ia memiliki para pendukung dari gereja-gereja lain, terutama para imam gereja RC dan gereja-gereja di Afrika yang berdiri sendiri, termasuk Malembe Ngunza atau Mpeve Yanongo, Tatu Wetu atau Diamannt dan Eglise Des Noirs en Afrique. Mereka akan datang ke perumahan kami untuk memuja dewa ayahku dan mempersembahkan korban mereka.


Bersambung


Disalin oleh Joshua Ivan Sudrajat 


Komentar

Postingan Populer