Ripple Factor
Ripple
Factor
Tommy
Barnet
Film-film
yang beredar menggambarkan budaya yang ada. Film Forrest Gump adalah
film favorit Ps Barnet, dan beliau belajar beberapa ungkapan darinya:
- Hidup itu seperti sekotak coklat, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita dapatkan.
- Kebodohan adalah kebodohan yang dilakukan.
- Jika aku sudah selesai yang harus saya katakan adalah: “itulah yang harus saya katakan”
Pendeta bekerja keras untuk membuat penutup atau kesimpulan yang bagus dari sebuah khotbah. Karena bisa jadi khotbahnya jelek, tapi jika penutupnya bagus maka jemaat akan mengingat pesan tersebut. Ungkapan ke-3 dari film Forrest Gump mempermudah pengkhotbah menutup khotbahnya.
Di bagian akhir film, Forrest berdiri di depan kuburan Jenny dan bertanya: Apakah kita hanya kebetulan hanyut terbang begitu saja seperti bulu ditiup angin, atau apakah kita mempunyai destiny? Pertanyaan ini harus dihadapi setiap orang di dunia:
Apakah
keberadaan kita hanya kebetulan saja, terbang begitu saja seperti
bulu ditiup angin? atau apakah kita mempunyai destiny?
Tapi tragisnya dalam kehidupan banyak orang hidup itu tidak ada artinya, tidak ada tujuan, tidak ada aturan, tidak ada yang benar atau salah karena semuanya relatif.
Orang yang muncul dari kehampaan (nothing), dan menuju kehampaan (nothing), maka semua yang ada di antaranya juga hampa (nothing)
Kata-kata yang menggambarkan budaya Amerika adalah "whatever" (terserah). Budaya Amerika sangat dipengaruhi “kebenaran talk-show”.
Josh McDowell melaporkan bahwa 80% pelajar tidak percaya kebenaran mutlak. Bagi mereka tidak ada yang benar atau salah karena masing-masing orang menjadi penentu nasibnya sendiri. Akibatnya statistik di Amerika mengatakan bahwa 60% anak biasa menyontek, dan 67% anak biasa mengutil.
Kita juga bisa hanyut mengalir seperti bulu ditiup angin jika kita mau. Tapi Firman Tuhan berkata bahwa kita tidak bisa main-main dan lari dari hukum konsekuensi-nya.
Di salah satu pantai di Alaska ada pasir hisap, tapi dari jauh seperti pasir hitam yang bagus. Pernah terjadi sepasang pengantin baru yang terperangkap dan terhisap di pasir itu bersama mobilnya.
Ini
seperti orang-orang yang terperangkap dalam kecanduan. Mereka merasa
bisa keluar dengan kekuatannya sendiri. Tapi ternyata mereka semakin
terperangkap kuat. Hanya saat mereka mengangkat tangan kepada Tuhan,
barulah Tuhan menolong mereka dengan kuasaNya.
Kita punya pilihan untuk hidup sesuai kehendak kita sendiri; atau kita memilih meletakkan hidup kita di tangan Sang Pembuat destiny, maka Dia akan membuat perbedaan dalam hidup kita.
Saat ps Barnet memutuskan meletakkan hidupnya kepada Tuhan, Tuhan membawanya beralih dari "whatever" menjadi "whereever". Kemudian Tuhan membuat hidup ps Barnet jadi penuh petualangan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan: berkeliling dunia, membangun Dream Center, mendirikan 200 Dream Center di USA, mendirikan sekolah Alkitab, bertemu orang-orang hebat.
Tuhanlah
yang melakukan semua hal besar bagi kita, saat kita sudah lelah dan
tidak mau lagi untuk mengalir begitu saja seperti bulu ditiup angin,
lalu menginginkan hidup kita jadi berarti dan punya tujuan.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29: 11)
For
we are God's masterpiece.
He has created us anew in Christ Jesus, so we can do the good things
He planned for us long ago. (Ef 2: 10, NLT)
Kita
adalah karya agung (masterpiece)
Allah. Kita dilahirkan baru di dalam Tuhan Yesus, sehingga kita mampu
melakukan hal-hal baik yang sudah ditanamkan Tuhan di dalam kita.
Kita
bukan kebetulan atau kecelakaan dari orang tua kita, tapi sejak dunia
dijadikan Tuhan punya rencana bagi kita.
Ada
satu
hal
yang bisa kita lakukan secara lebih
baik daripada seluruh orang di dunia.
Jika
kita tidak melakukannya, orang lain tidak akan bisa melakukan sebaik
jika kita yang melakukannya.
Tuhan
punya rencana bagi hidup kita, dan Dia ingin memberi kita kehidupan
yang menakjubkan dan penuh petualangan.
Saat
kita meletakkan hidup di tangan si Pembuat destiny, maka Allah akan
memimpin kita ke dalam petualangan yang tidak pernah kita bayangkan.
Survey terhadap orang-orang berusia sekitar 95 tahun:
“Jika
anda boleh ulangi hidup anda lagi, apa yang akan anda lakukan?”
Survey
tersebut menghasilkan 3 respon:
- Mereka akan lebih banyak refleksi (reflect more): lebih melambat, menikmati setiap moment lebih lagi, menikmati keindahan alam lebih lagi, menikmati menimang cucu lebih lagi.
- Mereka akan lebih banyak mengambil resiko (risk more): melihat kehidupan sebagai sebuah petualangan, hidup di tapal batas.
- Mereka akan menjalani hidup seolah-olah kita tetap hidup setelah kita mati.
Tidak perlu menunggu hingga usia 95 tahun baru menyadari dan melakukan 3 hal di atas, tapi kita bisa memulainya sekarang: lebih banyak mengambil resiko di saat ini, melakukan hal-hal yang berarti dan bernilai sekarang juga, menggunakan dan memanfaatkan hidup yang satu-satunya ini
Saat
masuk ke dalam kolam renang, kita tidak cukup hanya mencelupkan ujung
jari, tapi menceburkan seluruh tubuh kita! Akibatnya kita akan
membuat gelombang (riple).
Jika tidak ada tepi kolam, maka gelombang itu akan terus menjalar
dalam jangka waktu lama.
Tuhan
ingin kita gunakan hidup yang hanya satu kali ini, supaya berdampak
hingga waktu yang lama
Peristiwa
911 di Amerika mengajarkan bahwa kehidupan itu berharga, tidak bisa
diperkirakan, dan sangat singkat.
Letakkan
hidup kita pada si Pembuat destiny dan membuat satu ceburan yang
dahsyat, lalu gelombangnya mencapai seluruh dunia.
Saat
ps Barnet menggembalakan di Devenport, Iowa, dia diundang untuk
berkhotbah di sebuah gereja kecil di Neshville Tennese. Di kebaktian
itu Jhony Cash (penyanyi country) dan istrinya menyerahkan hidup bagi
Tuhan. Beberapa tahun kemudian mereka bekerja sama menyelenggarakan
sekolah minggu terbesar di sebuah stadio baseball berkapasitas 30
ribu orang, dan lebih dari 7 ribu orang menyerahkan hidupnya kepada
Tuhan Yesus.
Kemudian
ps Barnet menggembalakan gereja di Pheonix, Arizona. Setiap minggu
jam 4 pagi ps Barnet pergi ke gereja untuk mempersiapkan Firman.
Suatu pagi ada gelandangan pemabuk yang datang dan meminta uang. Ps
Barnet menawarkan sarapan terbaik bersama orang itu jika dia mau
menghadiri kebaktian pagi itu. Ps Barnet membiarkan orang itu mandi
di kantor, sementara ps Barnet pulang untuk mengambilkan pakaian
untuk orang itu. Khotbah pagi itu khusus untuk pemabuk ini, dan saat
di altar-call,
orang ini serahkan hidupnya kepada Tuhan.
Mantan
pemabuk ini kemudian mengajak saudaranya yang pintar ke gereja.
Saudaranya itu juga bertobat, lalu masuk sekolah Alkitab dan menjadi
seorang pendeta di Michigan, Detroit. Sebelum meninggal dunia,
pendeta ini memenangkan jiwa presiden utama General Motor, sehingga
jumlah jiwa yang bisa disentuh semakin banyak.
Mekanisme
kerja yang dari Tuhan: satu jiwa menyentuh jiwa yang lain, dan jiwa
itu menyentuh jiwa yang lain lagi, menyentuh jiwa yang lain lagi,
bahkan lama setelah kita meninggal pun riak dan dampaknya tetap ada.
Kehidupan yang berdampak seperti ini ada resikonya. Di usia 19 tahun, saat menggembalakan gereja di Los Angels, Mathew Barnet pernah ditodong oleh seorang penderita AIDS yang sekarat. Saat Mathew bercerita tentang kehidupan setelah kematian, penodong itu akhirnya bertobat, mulai memenangkan jiwa. Di awal ps Barnet ingin memanggil Mathew pulang, tapi suara hatinya berseru supaya Mathew maju terus dan membuat perubahan.
Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. (Mrk 8: 35)
Jangan kehilangan kesempatan untuk hidup. Karena saat kita serahkan kepada Tuhan, kita justru akan selamat dan benar-benar hidup.
Pilihan di tangan kita: hidup seperti bulu ditiup angin; atau meletakkan hidup kita di tangan si Pembuat destiny, dan kita bisa membuat gelombang.
*) Altar call bagi yang merasa ada kekosongan dalam hidup, dan berusaha memenuhinya dengan hal-hal duniawi: pendidikan, pekerjaan, hubungan, uang, menjadi terkenal, hubungan demi hubungan, dll; tapi lubang itu tetap tidak terisi. Lubang itu dibuat oleh Allah, supaya Dia bisa mengisinya.
Petrus Agung
Segala
sesuatu diciptakan dengan tujuan dan sifat tertentu. Contohnya tangan
tidak untuk berjalan.
Manusia
diciptakan sebagai mahluk yang punya destiny/ tujuan Ilahi.
Manusia yang tidak punya tujuan artinya mengingkari talenta dan tujuan hidup yang sudah Tuhan berikan. Saat kita punya target, kita bisa lebih fokus dalam mengerjakan segala sesuatu.
Komentar
Posting Komentar