Bersyukur Dan Bersukacita akan Penderitaan

Bersyukur & Bersukacita akan Penderitaan - Iin Cipto


Tahukah saudara bahwa tanpa penderitaan maka tidak akan ada kemuliaan. Di dalam firman Tuhan kita telah melihat bagaimana Tuhan Yesus telah mengalami segala macam penderitaan selama hidupnya bahkan mati di atas kayu salib. Paulus selama hidupnya juga pernah menderita dirajam batu.

Hari ini marilah kita bersama-bersama belajar beberapa hal tentang penderitaan:

“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.” 2 Korintus 1:3-5

Tuhan adalah Allah kita yang penuh dengan belas kasihan. Jika tidak mengalami penderitaan maka kita tidak dapat mengenal Allah kita yang penuh belas kasihan. Di dalam penderitaan kita belas kasihan Tuhan akan diimpartasikan ke dalam hidup kita supaya lalu kita dapat bebelasan kasihan terhadap sesama.

Belas kasihan itu bukan hanya berkata “kasihan”, tetapi juga melakukan sesuatu untuk menolong, turun serendah, bahkan lebih rendah dari pada orang yang kita tolong.

Marilah kita miliki hati yang penuh dengan belas kasihan dan bukan menghakimi!

Tuhan Allah kita adalah Allah sang penghibur; dan kita tidak akan dapat mengalami penghiburan-Nya tanpa mengalami penderitaan. Setelah kita alami penghiburan-Nya, maka kita akan dapat membawa penghiburan tersebut kepada sesama kita.
“Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga.” 2 Korintus 1:6

Di dalam penderitaan maka kita akan menjadi kuat! Kita tidak dapat menjadi bukti nyata jika tidak mengalaminya sendiri. Di dunia ini orang-orang senantiasa mencari bukti di dalam hidup kita, dan bukan teori.

Melalui penderitaan bukan hanya kita akan menjadi kuat, tetapi kita juga akan menjadi sabar. Jika kita terus berhasil dan tidak pernah mengalami penderitaan serta kegagalan, maka kita tidak akan pernah dapat sabar dengan orang yang sedang gagal dan mengalami penderitaan.

“Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami. Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.” 2 Korintus 1:7-8

Dalam penderitaan kita juga akan memiliki pengharapan dan keteguhan. Dengan adanya pengharapan dalam hidup maka kita akan senantiasa mendorong diri kita. Untuk itu janganlah kita marah kepada Tuhan jika kita dimasukkan-Nya ke dalam penderitaan, sebab hal itu akan membuat kita lebih teguh lagi dan menaruh harapan kepada-Nya.

“Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi, karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami.” 2 Korintus 1:9-11

Tahukah saudara bahwa hal yang sulit bagi Tuhan bukanlah mengisi saudara, tetapi mengosongkan hidup saudara. Untuk mengosongkan diri kita diperlukan bertahun-tahun lamanya, tetapi untuk mengisi kita perlu hanya sekejap saja. Musa sendiri mengalaminya selama empat puluh tahun.

Penderitaan di dalam hidup ini akan menghabiskan dan mengosongkan kita. Setelah kita dikosongkan, maka akan mudah sekali bagi Tuhan untuk mengisinya.

Ingatlah bahwa orang yang mengandalkan diri sendiri adalah orang yang sombong, dan dibenci oleh Tuhan. Selama kita merasa kuat, maka kita tidak akan dapat benar-benar berharap dan bergantung kepada Tuhan!

Komentar

Postingan Populer