Ibadah Raya 17 January 2016 Tuhan atau Musa


Minggu, 17 Januari 2016

Tuhan atau Musa

Pdt. Petrus Agung Purnomo


Bil 32: 1-5
Sebelum masuk tanah perjanjian, bangsa Israel harus menyeberangi sungai Yordan. S Yordan menyuburkan tanah di kedua sisi: tanah perjanjian (Kanaan) dan tanah di seberang Yordan.
Suku Ruben, Gad dan setengah suku Manasye ternaknya sangat banyak. Saat melihat tanah yang begitu baik mereka sangat tertarik, walau itu bukan tanah perjanjian. Suku-suku ini merasa tidak perlu menyeberang dan menghadapi banyak musuh. Permintaan ini tidak ada jahatnya, tapi adalah sebuah kebodohan karena di tanah perjanjian ada janji-janji Tuhan.
Jawaban Yosua:
sampai TUHAN mengaruniakan keamanan kepada saudara- saudaramu seperti kepada kamu juga, dan mereka juga menduduki negeri yang akan diberikan kepada mereka oleh TUHAN, Allahmu. Kemudian bolehlah kamu pulang kembali ke negerimu sendiri dan menduduki negeri yang diberikan Musa, hamba TUHAN itu, kepadamu di seberang sungai Yordan, di sebelah matahari terbit. (Yos 1: 15)
Setelah Musa mati, 2 1/2 suku ini menghadapkan lagi hal itu pada Yosua. Yosua membedakan:
Tanah di seberang sungai Yordan, yaitu Kanaan, adalah negeri yang diberikan oleh Tuhan.
Tanah sebelum sungai Yordan adalah tanah yang diberikan oleh Musa kepada 2 1/2 suku.
Yordan memisahkan antara tanah yang Tuhan berikan, dengan tanah yang Musa berikan
Setelah menyeberang Yordan, kita mendapat tanah yang Tuhan beri.
Sebelum menyeberang Yordan, walau subur, adalah tanah yang Musa beri.
Suku Ruben-Gad-Manasye memilih berdasar apa yang mereka lihat, untuk kepentingan, kebutuhan, kebesaran, berkat, keluarga kita sendiri. Ini tidak salah, tapi bukan tanah perjanjian.
Tanah pemberian Tuhan adalah tanah perjanjian (promise land) yang Tuhan janjikan dengan sumpah:
Dengan Abraham Tuhan berikan janji.
Dengan Ishak Tuhan berikan sumpah.
Dengan Yakub Tuhan buat sebuah penetapan.
Kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan: yang Tuhan janjikan, atau yang kita inginkan/ butuhkan
Sebagian besar orang hidup di pemberian Musa: bagaimana perusahaan lebih besar, bagaimana pemasukan lebih besar, bagaimana hidup lebih baik, bagaimana anak-cucu lebih makmur, bagaimana hidup tercukupi, bagaimana hutang lunas, dll, semua kebutuhan pribadi di dunia. Ini tidak salah dan bukan dosa, tapi pilihan.
Dalam 3Yoh Rasul Yohanes mendoakan kelimpahan, yang merupakan bekal dalam perjalanan hidup umat Tuhan. Kita bisa pilih tipe perjalanan hidup yang kita inginkan.
Jika tujuan hidup kita untuk pencapaian pribadi dan keluarga maka jangkauannya sesuai usia kita, yaitu sekitar 80-90 tahun. Orang yang memilih tujuan hidupnya untuk diri sendiri atau keluarga, maka dia memilih perjalanan pendek, bekal dari Tuhan hanya untuk perjalanan yang pendek itu.
Suku Ruben-Gad hanya hidup untuk tujuannya sendiri, hidup berdasar apa yang ada pada mereka, tapi mereka tidak menyadari bahwa Tuhan sedang membangun sebuah bangsa yang besar.
Memilih tanah perjanjian artinya kita mengabdikan diri pada rencana Tuhan.
Berkat Tuhan adalah bekal bagi perjalanan hidup kita, besarnya tergantung tujuan hidup kita: untuk diri sendiri atau untuk kepentingan kerajaan Surga.
Kesaksian tentang pilihan
Sebelum bertobat p Agung punya cita-cita dan keinginan. P Agung dulunya punya sifat clingus (minder, pemalu), tidak berani bicara dihadapan 2-3 orang, sekolahnya tidak pintar, kuliah di jurusan sejarah. Kemungkinan masa depan p Agung hanya jadi penjaga museum atau dosen. Dengan latar belakang ini p Agung sangat sadar siapa dirinya dan apa modalnya. Mungkin kelak akan hanya punya sepeda motor, mobil, rumah, tapi tidak ada yang berlebih. Impiannya tidak bisa besar karena tidak ada modalnya. Nasib p Agung seharusnya terbatas.
Suatu hari di tahun 1979 p Agung lahir baru, lalu mendapat panggilan Tuhan. Ketika p Agung meng-iya-kan panggilan Tuhan, menyeberang Yordan, mengabdi pada impian dan rencana Tuhan, maka semua cita-cita sebelumnya ditinggalkan. Tuhan Yesus beri p Agung rencana baru yang besar, untuk kepentingan umatNya di Semarang, Indonesia, dan dunia. Tiba-tiba p Agung bisa berbicara di hadapan ribuan orang, ada kekuatan keuangan yang luar biasa karena untuk membiayai proyek-proyek Tuhan.
Di seberang Yordan p Agung hanya butuh soto untuk dirinya sendiri. Di tanah perjanjian p Agung butuh pabrik makanan, dan Tuhan sediakan semua dananya.
Di seberang Yordan p Agung hanya butuh iman untuk kredit rumahnya sendiri. Di tanah perjanjian Tuhan buat p Agung selesaikan membangun Holy Stadium tanpa hutang.
Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan- Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. (Ul 8: 17-18)
Tanah seberang Yordan adalah pemberian Musa. Maka setelah Musa mati jadi tidak jelas. Tanah yang diberikan Musa tidak ada perjanjiannya, tidak ada sumpahnya. Perjanjian Tuhan yang diucapkan dengan sumpah, adalah membuat Abraham jadi bangsa yang besar, mendapat tanah perjanjian, diberkati Tuhan, jadi berkat bagi banyak orang. Untuk meneguhkan perjanjian Tuhan dangan Abraham, Tuhan memberikan kuasa untuk mendapatkan kekayaan.
Sebagian besar orang Kristen jatahnya kecil, karena tujuannya hanya untuk dirinya sendiri/ pribadi. Saat kita abdikan diri untuk kepentingan pribadi dan keluarga, maka semua keterbatasan kita akan menghentikan kita.
Jika kita ingin melihat sesuatu yang besar, jangan pilih apa yang Musa tawarkan (kebutuhan pribadi kita dan keluarga), tapi pilih yang Tuhan janjikan. Karena Tuhan akan berikan kemampuan untuk mendapat berkat sebagai peneguhan atas janjiNya.
Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. (Luk 16: 3-4)
Dalam kehidupan natural kita punya 2 pilihan: mencangkul atau mengemis. Ini hukum dunia: kerja keras, lalu hidup diberkati; atau mengharap belas kasihan orang lain. Tapi di tanah perjanjian ada pilihan ke-3: menikmati kasih karunia dari Tuhan (God grace and favor)
Karena dari kepenuhan- Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. (Yoh 1: 16-17)
Kita harus memilih antara Taurat Musa yang penuh aturan dan larangan, atau kasih karunia di dalam Yesus. Taurat berkata ‘do’ (kerjakan), Kasih karunia berkata ‘done’ (sudah selesai). Tetap ada bagian yang kita kerjakan, tapi itu karena anugerah dan favor-Nya turun.
Orang yang tinggal di tanah perjanjian mengalami perbedaan dan perkecualian di depan Tuhan, seperti hidup di Gosyen. Hal ini dialami dalam KKR Great Awakening.
Saat KKR Great Awakening hari pertama, kota Semarang hujan deras, tapi lokasi MHC kering, seperti dipayungi.
Daerah MHC nyamuknya ganas. Tapi selama acara Great Awakening tidak ada nyamuk
Tuhan bisa proteksi kita dari segala guncangan dunia, dan tinggal dalam hadirat Tuhan. Tapi itu tidak terjadi di tanah pemberian Musa, harus di tanah perjanjian.
Kesaksian
Selasa malam, 23:00, bu Yusak dipanggil Tuhan. Rabu direncanakan tutup peti 19:00. Kakak kandung bu Yusak menghadiri persemayaman, dan akan balik ke Semarang hari rabu. Kakak-beradik ini sangat rukun. Di perjalanan nafasnya sesak, lalu juga pulang ke surga. Maka upacara tutup peti kakak-beradik ini bersama-sama dan bersebelahan. Ini yang terbaik, bukan di pesawat, tidak merepotkan siapapun. Tidak ada manusia bisa mengatur seperti ini. Tuhan atur semuanya sempurna.
Pilihlah tujuan hidup yang mulia, maka kita akan terhisap dalam rencana Tuhan yang ajaib dan luar biasa.
Tuhan sanggup mendandani kita.
Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (Mat 6: 28-30)
Kain bekerja sebagai petani. Habel memberi yang lebih baik. Habel memelihara kambing-domba dengan tujuan dipersembahkan bagi Tuhan, karena di masa itu manusia belum makan binatang. Obsesi habel ini membuat persembahannya lebih baik dari Kain.


Komentar

Postingan Populer