Disini Ada

Di Sini Ada

Pdt. Petrus Agung

Yoh 6:1-9 – Yesus memberi makan 5000 orang.

1. Bapa surgawi
Di kitab lain dikatakan bahwa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Setiap kali muncul pernyataan hati Yesus tergerak oleh belas kasihan, selalu diikuti demonstrasi kuasa Tuhan yang luar biasa.

Kesaksian pengalaman tentang rasa belas kasihan:
Ada seorang jemaat konseling. P Agung melihat orang ini punya kemiripan dengan anak p Agung. Saat orang ini menangis tersedu-sedu, p Agung seolah-olah melihat anaknya sedang curhat, dan hati p Agung tergerak ingin menolong dan selesaikan semuanya. Roh Kudus berkata: p Agung adalah bapak yang tidak sempurna, tapi saat lihat seseorang yang mirip anaknya, respon hati p Agung bisa tergerak ingin menolong.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3: 16)

Di Golgota 2000 tahun yang lalu Yesus disalib. Bapa sangat cinta kepada Yesus. Sepanjang sejarah tidak pernah Bapa berpaling dari Yesus. Tapi Bapa juga cinta kita, dan sadar bahwa hanya dengan pengorbanan Yesus kita bisa diselamatkan. Saat disalib, di puncak penderitaanNya, semua beban dosa manusia dipikul Yesus. Sesaat Bapa tidak tahan dengan penderitaan anakNya, dan palingkan wajahNya. Di titik itulah Yesus berteriak "Eloi, Eloi, Lama sabakhtani". Setelah itu Yesus genapi semua bagi kita. Sejak saat itu tidak pernah lagi Bapa memalingkan wajahNya dari Yesus.

Yesus berkata bahwa di luar Yesus kita tidak bisa berbuat apa-apa. Alkitab ajarkan supaya kita ada di dalam Kristus. Setiap kali kita bergaul dengan Tuhan, ikuti kehendakNya, datang ke Bapa di dalam nama Yesus, artinya kita ada di dalam Yesus. Maka Bapa tidak lagi lihat kita, tapi lihat Yesus dengan semua bekas penderitaanNya. Jika
doa itu sesuai tuntunan Roh Kudus, maka seperti Yesus sendiri yang minta kepada Bapa. Maka Bapa akan beri yang Yesus minta.

Yesus berkali-kali menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan Bapa: seperti Tuan terhadap hamba-hambaNya, seperti Raja terhadap bawahanNya, seperti Hakim, seperti Pengusaha, seperti Pemilik kebun anggur. Dalam setiap pengungkapan tindakan dan reaksi Bapa bisa diduga.

Tapi setiap kali Yesus gambarkan Allah sebagai Bapa, tindakan Bapa susah ditebak.

Contoh dalam kisah anak yang hilang, saat bungsu minta hartanya tetap diberi, walau bapaknya tahu bahwa dia akan bangkrut dan melarat. Tujuannya supaya bungsu bisa membedakan antara hidup di rumah bapa dan di kandang babi. Saat bungsu bertobat dan pulang, bungsu diterima oleh bapaknya, dipeluk, posisi dipulihkan, dipestakan.

Sebab jika Allah tampil sebagai Bapa kita, DIA Bapa yang protektif, melindungi, maha baik, punya segala-galanya, dan berkata bahwa semua milikNya juga milik kita !

Saat kita bisa tangkap hati Bapa, akan ada perbedaan. Saat murid-murid minta diajari berdoa, Yesus ajarkan: Bapa kami yang di surga. Bukan sebutan raja kami, tuan kami, atau sebutan lainnya.

Bahkan saat kita tidak punya siapapun di dunia, kita punya Bapa Surgawi yang sangat baik dan mengasihi kita.

Kesaksian: p Agung saat teduh sambil baca buku. Tiba-tiba di bawa ke sebuah taman yang hanya ada daun-daunan saja. Ada gerbang di ujung taman dan p Agung tahu Tuhan ada di sana. Ada malaikat penjaga pintu yang melarang p Agung masuk karena masih banyak luka di hidupnya. Malaikat mengobati dengan menempelkan daun yang ada di taman ke tubuh p Agung. Setelah itu p Agung masuk ke taman. Di dalam taman p Agung bertemu Tuhan Yesus, matanya sangat tulus, lalu p Agung diajak jalan. Tuhan Yesus tunjukkan sebuah figur seperti siluet yang di depannya ada peta besar dengan bidak-bidak catur. Di sekeliling peta itu ada ratusan malaikat. Figur dalam siluet itu memerintahkan malaikat-malaikat untuk menggeser dan memindahkan bidak-bidak di peta. Siluet itu adalah Bapa yang sedang mengatur hidup & masa depan kita.

Jangan pernah kuatir akan hidup dan masa depan kita, karena semua itu diatur dan dikendalikan oleh Bapa kita yang di surga.

Saat pentahbisan pendeta JKI di Kalimantan. P Adi Sutanto (ketua sinode) bercerita. Suatu hari saat berkendara dengan staf-nya, mereka lihat seseorang sedang mengamen. P Adi bertanya mengapa orang itu bernasib buruk. Jawaban apapun yang diberikan salah. Jawaban p Adi: karena tidak kenal p Adi, jika kenal orang itu akan disekolahkan dan dicarikan pekerjaan.

Bapa di surga kenal kita, dan Tuhan tidak akan pernah biarkan anak-anakNya karena Dia Bapa yang maha-baik.

2. Respon hati yang benar terhadap hal yang kecil

Pertanyaan Tuhan Yesus kepada Filipus adalah sebuah proyek besar: memberi makan 5000 orang. Kemudian ada murid lain yang berkata:

"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" (Yoh 6: 9)

Kita sering salah berfikir bahwa untuk menggenapi destiny itu kita harus siapkan dan punya banyak hal termasuk dana.

Setiap kali Tuhan beri visi, destiny dan tugas yang baru, maka di dalamnya sudah ada penyediaan Tuhan yang limpah bagi kita.

Di jaman itu orang kaya makan roti gandum, tapi anak itu membawa roti jelai. Ikan-nya pun ikan kecil, hasil memungut ikan yang dibuang nelayan. Dengan sedikit hal yang anak itu punya, dia datang kepada Yesus dan menjadi jawaban untuk kebutuhan memberi makan ribuan orang.

Bagi murid-murid 5 roti dan 2 ikan itu tidak berarti, bagi Yesus itulah cara penyediaan Bapa.

Reaksi kita saat punya kebutuhan yang sangat besar: sangat menentukan. Terutama jika kemudian kita mendapat berkat yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan kita.

Banyak berkat kita buang dengan ber-reaksi salah!

Kita sering bersyukur hanya karena perkara-perkara besar, tapi mengabaikan perkara-perkara kecil.

Ilustrasi: Ada seseorang sakit kanker, dan minta disembuhkan Tuhan. Tuhan berkata bahwa jawaban doanya datang hari itu. Ternyata yang datang adalah orang yang menyakitinya. Orang yang sakit kanker ini marah, mengusir orang itu, dan kemudian dia mati tanpa pernah sembuh. Seandainya dia lakukan pemberesan lepaskan pengampunan, maka kepahitan hatinya akan hilang dan kankernya disembuhkan.

Mari waspada dengan reaksi-reaksi kita, cara kita bicara, sikap hati kita, karena itu berdampak besar pada berkat Tuhan dalam kehidupan kita.
Jangan pernah abaikan berkat sekecil apapun dalam hidup kita.

Kesaksian perpuluhan dari jumlah yang kecil:
Di masa muda, p Adi ajarkan p Agung untuk beri perpuluhan. P Adi beri ilustrasi bahwa dari perpuluhan p Agung yang sedikit bisa digunakan untuk bea perangko dalam kota untuk menyebarkan buletin rohani. Ujungnya ada jiwa-jiwa yang bertobat. P Agung lakukan seperti yang p Adi sarankan. Dampaknya sekarang Jki IK bisa beri perpuluhan terbesar bagi sinode, yang bisa memberkati ratusan gereja dan pendeta dalam sinode Jki.

Kita dididik memberi perpuluhan bukan karena Tuhan butuh, tapi demi kepentingan dan kesejahteraan kita sendiri.

Jangan remehkan hal kecil. Kerajaan Surga digambarkan sebagai benih yang kecil, tapi saat tumbuh banyak burung hinggap dan berlindung padanya.

Tuhan selalu memulai sesuatu dari hal yang sederhana, kecil, dan di luar yang kita pikirkan. Saat bisa mensyukurinya maka keajaiban demi keajaiban akan Tuhan buat dalam hidup kita.

Penutup
Sisa peristiwa adalah 12 bakul berisi potongan-potongan roti, tapi tidak ada kelebihan ikan. Saat Tuhan pecahkan roti tidak ada komentar apapun. Tapi saat Tuhan pecahkan ikan, Tuhan gandakan sesuai "keinginan" mereka.

Keinginan manusia membatasi, berani menyerahkan kepada kehendak Tuhan membuat kita unlimited
Keinginan manusia membuat kita just enough (sekedar cukup), menyerahkan pada keinginan Tuhan membawa kita more than enough (berkelimpahan)

Kesaksian: P Agung pernah diundang ke Myanmar. Tempat itu produsen batu jade. P agung dan pendeta-pendeta lain diajak ke salah satu rumah jemaat yang baru menambang batu jade. Saat melihat batu-batu itu, p Agung pilih untuk melihat yang paling besar, karena mau beli-pun tidak ada dana. Ternyata si penambang hadiahkan batu jade yang dipegang masing-masing pendeta itu.

Saat kita tidak menghitung kekuatan kita sendiri, tanpa menghitung, justru itu memberi ruang pada mujizat Tuhan.

Berkat kecil yang kita terima adalah ujian apakah bisakah kita tetap bersyukur pada Tuhan

Yesus terima 5 roti dan 2 ikan kecil, lalu mengucap syukur. Ucapan syukur itulah yang mendatangkan kuasa multiplikasi Tuhan.

Komentar

Postingan Populer