Kita Harus Mengerti Yang Namanya Submission Atau Penundukkan Diri.

Kita Harus Mengerti Yang Namanya Submission Atau Penundukkan Diri.

Pdt. Petrus Agung Purnomo

 

Tentara Israel itu mempunyai kebiasaan jika mereka merencanakan sesuatu, dari pangkat tertinggi sampai pangkat terendah yang berada dalam ruang perencanaan operasi militer mereka, semuanya berpendapat bahkan saling berbantah. “Boleh Pak seperti itu?” itu diperbolehkan sebab masih dalam perencanaan. Tetapi begitu sudah diambil keputusan, semua akan ikut. Jadi ada ruang tempat kita berpendapat, ada sebuah level dimana ada submission yang semuanya harus tunduk. Hal seperti ini sangat dibutuhkan dalam tubuh Tuhan.

Mengapa begitu? Sebab kita ini sedang membangun sebuah pasukan. Kata Eclessia sebenarnya adalah istilah militer.
Jadi kata Gereja itu jika diterjemahkan adalah pasukan. Saya membaca sejarah dan melihat hidup banyak orang, tidak ada satu gereja pun yang dimulai dengan pemberontakan
akan berhasil, tidak pernah ada.


Tidak ada satu pun Gereja atau apa pun namanya yang dimulai dari hasil memberontak dan akhirnya kepahitan akan maju dan berhasil. Masalahnya di mana? Jika seseorang memberontak itu berarti mereka melawan pemimpin yang sah yang Tuhan sudah tetapkan. Saya ini salah satu orang yang pernah digiring dan diarahkan untuk memberontak, bahkan saya hampir pernah memberontak.

Waktu itu hubungan kami dengan bapak Adi Sutanto sebagai ketua Sinode merenggang karena pada saat itu bapak Adi konsentrasi untuk membangun Maranatha Indonesian Christian Center. Dia ingin membeli tanah yang berada di jalan Gajah Mada yang pada akhirnya kami sewa sebagai gereja.

Dia sedang menggalang dana dan waktu itu membutuhkan dana yang sangat banyak, sekian milyar di tahun 1980-an. Konsentrasi pak Adi full untuk itu sedang waktu itu kami masih anak-anak muda dan tidak bisa diajak bicara tentang uang dengan nilai sebesar itu, kami tidak sampai. Kami ini bagian bernyanyi dan bersaksi atau mendoakan, kami bisa lakukan itu, tetapi saat berbicara tentang strategi dan bagaimana kita menuju ke situ, apa yang harus dibuat, jujur kami belum sampai.

Sampai kemudian ada kesenjangan dalam hubungan kami. Di sebuah titik, keresahan itu memuncak dan saya sudah lupa akan detailnya, sebab itu teman-teman yang lain mendorong saya dengan berkata: 

“Ayo kita buat persekutuan sendiri tanpa pak Adi Sutanto.”
Detik itu saya dibawa teman-teman untuk menghadap pak Adi Sutanto sedangkan pak Adi tidak tahu sama sekali apa yang sedang terjadi. Mendadak saat itu Tuhan berkata kepada saya: “Jangan jamah orang yang Aku urapi. Kamu tidak punya hak untuk berbuat yang konyol.” 

Akhirnya saya tidak mau dan akibatnya teman-teman saya menjadi marah.

Seandainya saat itu saya mengiyakan apa kata teman-teman tadi dan membuat persekutuan sendiri, saya percaya dan tahu pasti bahwa persekutuan tersebut tidak akan bisa maju. Sebab Anda harus mengerti, sekian tahun kemudian pada saat gereja dimulai tahun 1993, kami semua berpisah. Semua teman yang tadinya mendorong saya untuk keluar dari pak Adi, mereka semua itulah yang akhirnya pergi meninggalkan saya.

Jadi, jika seandainya pada waktu itu saya melakukan apa yang teman-teman saya inginkan maka hal yang sama akan terjadi juga dengan saya, tanpa jaminan Tuhan. Jika kita keluar dengan kepahitan, begitu keluar semua yang dibicarakan adalah semua kepahitan. Dia tidak akan bicara tentang visi, yang disampaikan hanyalah kepahitan belaka.

Jika Anda selalu bicara tentang kepahitan, maka sebenarnya orang lain yang Anda ajak bicara itu Anda racuni. Pada ujungnya mereka akan semakin ganas dan memakan pemimpinnya sendiri. Kenapa saya bisa berkata begitu? Sebab saya sendiri sudah melihat hal seperti itu selama puluhan tahun saya menjadi hamba Tuhan.

Maka saya berkata bahwa pemberontakan itu tidak akan pernah membawa suatu kebaikan. Di atas pemimpin tertinggi sekalipun ada Yesus Kristus Tuhan kepala gereja. Masakan jika kita terus doakan dengan tulus tidak akan ada perubahan?

Seringkali karena ketidaksabaran kita yang ingin mengubah, ini justru menjadi bumerang dalam kehidupan kita. Saya berharap sejak saat ini Anda mengerti akan namanya submit. Jika ada hal-hal yang menurut Anda: “Wah, tidak bisa seperti ini.” Maka hal yang paling baik yang harus Anda lakukan adalah berteriak kepada Tuhan, masakan Tuhan tidak bisa bertindak?

(Buku 16 POINT KEPEMIMPINAN, POINT KE 4, Oleh Pdt Petrus Agung Purnomo)

Komentar

Postingan Populer