Mental Raja

Mental Raja
Pdt. Petrus Agung
 

Ada pertanyaan, mengapa saat ular memperdaya Hawa, Adam diam saja dan tidak meng-intervensi pembicaraan. Jika iblis berbicara harus segera kita intervensi, karena jika didiamkan akan menimbulkan masalah yang besar.

Kej 2: 21-25
Tuhan menggunakan istilah bagi manusia pertama: Adam = אדם = 'âdâm (H121) = manusia.
Kemudian Tuhan memberikan otoritas kepada Adam untuk memberi nama semua makhluk.
Lalu Tuhan menciptakan penolong yang sepadan bagi Adam, yaitu wanita = אשּׁה = 'ishshâh (H802)
Saat Tuhan membawa wanita itu kepada Adam, Adam dengan otoritasnya menyebutnya sebagai wanita (
אשּׁה = 'ishshâh) yang diambil dari laki-laki = אישׁ = 'îysh (H376). Adam mengubah istilah bagi dirinya dari manusia (adam) menjadi laki-laki (iysh).

Nama Adam pengertiannya:
  1. Manusia.
  2. Keunikan ciptaan Tuhan (the uniqueness of creation)
  3. Sifatnya punya ketergantungan kepada Tuhan (dependent in God)
  4. Pribadi yang punya pertanggungjawaban (accountability) ke Tuhan
  5. Punya kemampuan menangkap pewahyuan

Jika semua pengertian di atas digabungkan, maka Adam adalah manusia yang punya hubungan dengan Tuhan, spesial/ unik, punya ketergantungan dengan Tuhan, punya rasa tanggung jawab kepada Tuhan, dan sanggup menerima pewahyuan perkataan Tuhan.

Alkitab berkata “perempuan (ishshah) diambil dari Adam”, tapi Adam mengubahnya menjadi “perempuan (ishshah) diambil dari laki-laki (iysh)”. Kata-kata yang pertama muncul adalah ishshah, kata iysh merupakan istilah yang menyesuaikan dari kata ishshah. Kata iysh artinya laki-laki, punya koneksi dan relationship dengan orang lain.

Selama Adam tidak merubah jati dirinya dia tetap menjadi pribadi yang sesuai arti nama Adam, dan hubungan dengan Tuhan adalah yang dominan. Tapi karena Adam ubah namanya dan menyesuaikan diri dengan istilah perempuan, sejak itu Adam di belakang perempuan. Akibatnya banyak hal yang diambil dari diri Adam dan fungsinya bergeser. Akibatnya Adam diam saja dan menyesuaikan diri terhadap istrinya saat Hawa dibujuk ular.

Yang menentukan siapa kita adalah pilihan kita untuk tetap memegang atau melepaskan otoritas yang sudah Tuhan berikan kepada kita, karena Tuhan menghormati free-will kita.

Saat kita biarkan diri dipimpin oleh Roh Tuhan dan berdiri dalam kebenaran, maka kita tidak gampang diombang-ambingkan dunia. Ketika Adam menyebut dirinya iysh, yang menyesuaikan diri kepada ishshah, maka semua tudung dan otoritasnya hilang dan tidak berfungsi.

Hati hamba harus! Tapi Tuhan tidak mau kita punya mental hamba.
Tuhan mau anak-anak Raja punya mental raja!

Mental raja artinya kita tidak panik menghadapi apapun, tidak mudah dipengaruhi oleh apapun, hidup karena ketergantungan kita pada Tuhan, punya otoritas dan keunikan, punya panggilan yang spesial bagi masing-masing kita, memiliki pertanggung-jawaban kepada Tuhan, dan menerima pewahyuan dari Tuhan. Mental raja ini tidak lagi dimiliki Adam, karena dia berikan otoritasnya kepada hal lain.

Suami adalah kepala dan tudung rumah tangga. Jika kita hidup semaunya itu seperti merobek tudung dan membiarkan keluarga kita hancur. Maka suatu hari kita harus membayar harganya. Adam semula hidup dalam anugerah, akhirnya harus bekerja keras untuk kehidupannya.

Jangan lepaskan tanggung-jawab yang Tuhan berikan di hidup kita, karena itulah yang membuat berkat Tuhan turun dalam kehidupan kita. Mental kita harus dibangun jadi mental raja

Mental raja tidak membiarkan kondisi kacau berlangsung. Jika arah pembicaraan menuju pada hal-hal yang tidak benar, orang bermental raja akan menghentikan dan meluruskannya.

Mental raja: Yang lemah berkata aku kuat, yang miskin berkata aku kaya!

Semua dimulai dengan iman, bukan dengan realita. Ilmu pengetahuan bukan benda, maka tidak bisa diambil. Bisa diajarkan tanpa orang yang memiliki kehilangan. Jika “sesuatu” bisa diambil hingga kita kehilangan, maka “sesuatu” itu bersifat benda.

Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luk 8: 18)

Anggapan kita tentang diri kita adalah awal dari sebuah realita yang akan datang dalam hidup kita.

Contoh:
  • Pegawai toko menyebut dirinya magang sebelum nantinya punya toko sendiri.
  • Tukang sapu kantor gubernur bisa sebut dirinya calon menteri anti korupsi yang sedang magang di kantor gubernur.
  • Orang yang sudah berumur menyebut dirinya sebagai orang berusia matang dan berpenghasilan 3 milyar per minggu.
  • Makelar mobil bisa menyebut dirinya sedang mempersiapkan diri untuk jadi calon manajer pemasaran Mercedes.
  • Penjual loak menyebut dirinya mempersiapkan diri menjadi kurator barang antik PBB.

Saat kita rubah mental kita dan berdiri di posisi yang Tuhan tetapkan, maka perkataan kita akan berbeda, dan kita akan menjadi pemimpin.

Yusuf dari kecil punya mental penguasa: dimanapun berada dia kontrol semuanya: pekerjaan kakak-kakaknya, pegawai-pegawai potifar, preman-preman di penjara, bahkan Firaun.

Saat p Agung dipanggil jadi hamba Tuhan, mentalnya minder. Untuk mengikis rasa minder terhadap orang bule, setiap kali ke Amerika, p Agung naik maskapai Northwest, berkali-kali minta dilayani pramugari yang semuanya bule.

Jiwa yang minder membuat kita tidak bisa maksimal dengan Tuhan.

Komentar

Postingan Populer