Suara Sahabat : Mempelai

Suara Sahabat : Mempelai

Oleh: Ev. Iin Tjipto
Mempelai adalah orang yang menjadi kesukaan bagi-Ku karena mereka mengenal hati-Ku. Tetapi mempelai pun bisa membuat Aku sedih dan tidak berselera karena tidak memiliki pengertian. Bahkan kadang seorang tentara yang memiliki pengertian tinggi bisa menjadi mempelai-Ku yang sangat mengerti dan pandai. Setiap kepandaianmu membuat Aku senang. Menjadi seorang mempelai adalah sebuah panggilan. Akan tetapi kemudian akan menjadi sebuah pilihan atas hidupmu. Mempelai tidak pernah ragu untuk melangkah selama dia tahu bagaimana mendengar dengan tepat dari-Ku. Hidupnya hanyalah menyukakan hati-Ku dan tinggal dekat tahta-Ku. Demikianlah seharusnya seorang mempelai. Menjadi sumber sukacita-Ku. Tetapi sedikit sekali yang mampu mencapai tahap ini.
Banyak mempelai hanya berani mengharapakan Aku dari jauh saja dan tidak berani mendekat. Bahkan lebih parah lagi, mereka tidak memiliki hasrat untuk mendekat kepada-Ku karena kurangnya pengertian. Seorang mempelai seharusnya sibuk berdandan dan berhias untuk menyukakan hati-Ku. Hanya ketika mempelai bisa melakukan tepat seperti yang Aku inginkan, maka hasrat-Ku akan timbul kepadanya. Kepadanya akan tercurah gelora dan kerinduan-Ku untuk duduk dan tinggal berlama-lama dengannya. Semakin dia mengerti hasrat-Ku, semakin berkobar gelora-Ku dan Aku pun disukakan.
Seorang mempelai wajib hidup dalam ketepatan. Ketepatan membangkitkan kepercayaan-Ku. Aku tidak suka dijauhkan dari mempelai-mempelai-Ku. Namun kadang sikap dan tingkah laku mereka justru membuat Aku harus menjauh. Tidak ada satupun dari mempelai-Ku yang bisa menerima tongkat kemurahan tanpa ketepatan. Ketepatan sangat penting ketika engkau berada di hadirat-Ku. Kadang hati-Ku sedih karena mempelai-Ku tidak pernah beranjak dewasa, terus berkubang dalam lumpur dosa, dan terus bermain dengan perasaannya.
Seorang mempelai harus bisa membedakan antara kewajiban dan haknya. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan, tidak peduli apakah engkau sudah mendapatkan hakmu terlebih dahulu atau tidak, setelah itu barulah kemudian dengan sendirinya engkau akan mendapatkan hakmu. Namun tidak bisa dibalik, hak terlebih dahulu baru melakukan kewajiban. Demikianlah hidup seorang mempelai, melakukan kewajibanmu untuk menyukakan Raja adalah suatu keharusan. Raja tidak menerima alasan. Raja menuntut pengertian dari mempelai-Nya. Perhatikan dengan seksama akan hal ini.
Hari-hari ini, Raja membutuhkan mempelai-mempelai yang cakap mengajar dan berperang. Ini adalah masa peperangan dan pendudukan, tidak ada mempelai yang hanya duduk diam dan melamun. Mempelai harus cakap berdandan dan cakap bekerja, karena mempelai yang menjadi kesukaan Raja adalah mempelai yang bisa dipercaya. Ketika engkau masuk begitu dekat dan intim dengan Raja, akan ada begitu banyak perkara yang Raja percayakan kepadamu. Seberapa engkau bisa dipercaya Raja, akan membuatmu makin dekat dan makin dekat kepada Raja.
Seorang mempelai wajib menjaga kekudusan. Hidup kudus adalah sebuah keharusan. Kudus dalam segala hal, dalam pikiran, dalam perkataan, dan dalam perbuatan. Musuh terbesarmu adalah daya tarik dunia dan kesombongan. Kudus dan tidak mendua hati, itulah syarat mutlak seorang mempelai. Seorang mempelai yang tidak pernah bisa mendekat kepada Raja, dia hanya akan menikmati tembok bisu dan dirinya sendiri. Mempelai adalah seseorang yang ingin Raja pamerkan kepada dunia. Baik kecantikannya, keharumannya, kecerdasannya, tanpa menjadi tinggi hati dan meninggikan dirinya atas Raja. Hati-hati dengan hal ini, seorang mempelai yang sudah “jadi” sekalipun akan bisa tergelincir dengan mudah.
Alkitab-Ku menceritakan dengan jelas tentang Ratu Wasti dan Ratu Ester. Ratu Wasti adalah seorang mempelai yang begitu dipercaya dan ditinggikan Raja. Namun, kesukaan hatinya dan kesombongannya membuat dia kehilangan semuanya hanya dalam waktu sesaat. Tahun-tahun yang sudah dibangunnya dengan Raja, keintiman, kasih sayang, hubungan yang dalam dengan Raja, tidak pernah mengubah Ratu Wasti. Karena dia tidak cukup memiliki pengertian dan tidak menjaga dirinya untuk selalu siap dan berdandan bagi Rajanya. Sehingga ketika Raja membutuhkan kehadirannya, dia tidak bisa memenuhi panggilan Raja. Penolakannya untuk hadir di hadapan Raja membuang semua kedudukan, otoritas, dan perkenanan Raja atas hidupnya. Dan kadang tidak selalu ada kesempatan kedua. Tidak selalu ada kesempatan kedua! Ratu Wasti tidak pernah mendapatkan kesempatan keduanya dan berakhir dengan sangat tragis. Dari seorang Ratu terhormat yang duduk di sampaing Raja, menjadi wanita buangan yang tidak pernah dijumpai Raja lagi sampai matinya. Dia terpenjara dalam sebuah ruangan dengan tembok-tembok yang dingin, membisu, dan mencekam! Jangan pernah lupakan contoh yang sangat tragis ini. Karena Alkitab tidak menulis tanpa asalan.
   Mari mempelai-mempelai-Ku, jangan biarkan dunia mengalihkan perhatianmu akan diri-Ku, Rajamu sendiri. Biarkan dunia memudar dan engkau akan melihat Aku dengan sangat jelas. Biarkan Aku memenuhi seluruh hidupmu dan menjadikanmu kekasih-kekasih-Ku. Aku akan segera menjemput mempelai-mempelai-Ku yang siap sedia, yang menyelesaikan tugas, dan yang pelitanya terus menyala.

Komentar

Postingan Populer