Empat Hal Yang Memperpendek Penyusutan
Empat Hal Yang Memperpendek Penyusutan
Preaching by : Ev. Iin Tjipto Wenas
Bahan Renungan : Matius 9 : 16 – 17
Tidak
seorangpun menambalkan secarik kain, yang belum susut pada baju yang
tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu,
lalu makin besarlah koyaknya. Begitu juga anggur yang baru tidak
diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian
kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu
pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang
baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua – duanya.
(Matius 9 : 16 – 17)
Renungan :
Kali ini kita akan
belajar mengenai kain yang susut. Didalam kehidupan kita sehari –
hari banyak anak – anak Tuhan mengalami banyak hal yang berlubang
di dalam hidup kita. Lubang – lubang tersebut harus di tutup,
lubang – lubang dalam kehidupan kita bisa mengenai masalah
keluarga, keuangan, kemarahan, kebangkrutan dan sebagainya.
Hidup kita dalam mengikuti Tuhan Yesus
kita tidak lepas dari yang namanya Badai Kehidupan, semua kita tidak
bisa santai dalam menghadapi kehidupan ini. Seringkali didikan dan
proses Tuhan itu merupakan masa di mana seperti kain yang disusutkan.
Kita akan mengalami banyak hal tidak enak, kehilangan dan sebagainya.
Kita tahu bahwa Musa, sejak kecil
sampai dewasa ia tinggal di dalam kehidupan istana Raja Mesir, ia
merupakan seorang Jenderal Mesir, ia bahkan mempunyai kedudukan yang
tinggi dan pasukan yang banyak. Menurut catatan sejarah Musa pernah
memimpin pasukan Mesir untuk mengalahkan pasukan Etiopia. Disaat Musa
berada di posisi yang tinggi, ia mengalami badai kehidupan, akhirnya
ia lari dari Mesir dan tinggal di padang untuk menggembalakan kambing
dombanya Yitro. Musa dari tempat yang tinggi dibawa oleh Tuhan ke
tempat yang rendah.
Kita juga mengetahui bahwa Yusuf
adalah anak kesayangan Yakub, ia diberi jubah yang terbaik ketika ia
masih muda. Yusuf mengalami namanya proses perendahan, dari anak
kesayangan Yakub, menjadi budak di Mesir. Yusuf tidak hanya sekali
mengalami penyusutan dari Tuhan. Ketika ia menjadi kepercayaan
Potifar di rumahnya, Yusuf mengalami namanya fitnah dari istri
Potifar sehingga Yusuf dimasukkan ke dalam penjara.
Jika sekarang kita mengalami
penyusutan, mungkin dulunya kita berasal dari keluarga yang cukup
berada, sekarang kita mengalami namanya penyusutan yaitu mengalami
keuangan yang serba mepet, hutang yang ditanggung sangatlah besar.
Ini saatnya kita belajar untuk mengerti orang lain yang sedang
mengalami kesusahan dan kemiskinan.
Hidup kekristenan
adalah kehidupan yang nyata dan bukan teori. Sewaktu SMA saya adalah
seorang siswa yang mempunyai otak yang pintar, diatas rata – rata,
saya selalu mendapatkan ranking dalam kelas. Di Belanda saya
mengalami namanya penyusutan, saya diproses Tuhan. Dari seorang yang
pandai menjadi seorang yang tidak bisa menangkap pelajaran. Kemampuan
bahasa saya sangatlah jelek sehingga saya tidak bisa mengikuti
pelajaran. Nilai – nilai yang saya dapat sangat jelek dan dibawah
standar sehingga saya tidak bisa naik tingkat selama bertahun –
tahun.
Pada saat itu saya belajar mengerti
orang yang bodoh, mungkin sewaktu SMA tanpa sadar saya meremehkan
teman – teman yang bodoh, saya sombong karena kepandaian saya. Di
negara Belanda saya belajar hidup namanya iman, bergantung sama
Tuhan. Dulu sewaktu di Indonesia saya bergantung dengan iman orang
tua saya, saya juga menghargai namanya berkat Tuhan.
Ada empat hal yang harus kita miliki
agar tidak disusutkan banyak yaitu :
- Mengerti Orang Lain.
- Rendah Hati.
- Bergantung Sama Tuhan.
- Menghargai Berkat Tuhan.
Empat Tahun saya
berada di tingkat yang rendah dalam perkuliahan saya di Delf, saya
hampir saja di keluarkan dari kuliah saya karena selama empat tahun
mendapatkan nilai jelek dan tidak lulus, kemudian setelah saya
selesai mengalami proses penyusutan, dalam dua tahun saya bisa
menyelesaikan kuliah arsitek saya. Saya mengikuti ujian mata kuliah
bergantung sama Tuhan, saya lulus kuliah karena anugerah Tuhan.
Tuhan mau mendidik setiap anak –
anakNya supaya kita tidak menjadi anak – anak yang gampangan. Tuhan
mau hidup kita mengalami namanya berjalan bersama Dia setiap hari.
Begitu juga anggur
yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika
demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan
kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam
kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua –
duanya. (Matius 9 : 17)
Jika kita mau masuk dalam pelayanan
disatu sisi kita harus mengalami proses didikan Tuhan dan di sisi
yang lain kita tidak boleh kehilangan kefleksibelan kita. Kita harus
fleksibel di hadapan Tuhan, menjadi mudah diarahkan oleh Tuhan
sehingga Tuhan mudah untuk dibentuk sehingga kita memperoleh
pengalaman yang baru sama Tuhan dan tidak kehilangan Api Gelora
CintaNya (kasih yang mula – mula).
Ketika kita
mengalami penyusutan, kita harus berani melepaskan, sehingga kita
akan menerima sesuatu dari Tuhan. Jika kita mempertahankan sesuatu
dalam proses penyusutan maka kita akan kehilangan sesuatu. Kita harus
berani berjalan dengan Tuhan selama proses penyusutan sehingga kita
tidak menjadi biasa – biasa saja, kita akan mengalami mujijatNya.
Kita harus fleksibel dengan Tuhan sehingga kita menerima mujijatNya.
Matius 9 : 18 –
21 Dalam Firman Tuhan ini menceritakan bahwa ketika seorang anak
perempuan anak kepala rumah ibadat, kepala rumah ibadat mendatangi
Tuhan Yesus meminta pertolongan, seakan Tuhan tidak peduli dan sibuk
melayani orang – orang yang bergerombol didekatnya meminta
kesembuhan. Tuhan Yesus tidak segera pergi ke rumah kepala ibadah,
dalam perjalanannya Ia terhambat oleh banyaknya orang yang
mengerumuni Dia. Hidup kita seringkali diperhadapkan dengan bahwa
kita seolah – olah butuh Tuhan, namun Tuhan seolah – olah Tuhan
tidak peduli dengan kita. Dia mendiamkan kita dan kita tidak segera
ditolong oleh Tuhan. Saya berharap jika kita mengalami hal seperti
itu jangan menggerutu dan berkati orang yang membutuhkan pertolongan.
Kunci mendapatkan
pertolongan Tuhan adalah memberikan pertolongan kepada saudara
seiman, lakukan dan jangan banyak pertimbangan. Saya pernah melayani
konseling, orang tersebut akan disita rumahnya, padahal saya sedang
membutuhkan uang untuk membeli mobil baru, orang tersebut saya doakan
dan Tuhan berkata : ”Nak, kamu kan punya uang sepuluh juta dikasmu,
saya langsung tahu jawaban Tuhan, selanjutnya Tuhan berkata :
”berikan uang tersebut kepada orang yang konseling sama saya.”
Setelah uang itu saya berikan kepada orang tersebut, dalam waktu tiga
hari Tuhan memberikan kepada saya uang sebesar 55 juta untuk membeli
mobil baru.
Seringkali ketika
saya berkotbah di suatu tempat atau gereja, Tuhan sering menyuruh
saya untuk memberikan uang kepada salah seorang dari jemaat yang
sedang membutuhkan pertolongan. Saya tahu ada banyak orang yang tidak
yakin bahwa Allah sungguh – sungguh peduli terhadap kehidupan kita.
Ada banyak orang yang tidak percaya bahwa Tuhan sanggup memberikan
jalan keluar bagi setiap masalah keuangan kita. Allah pasti mengerti
dan peduli mengenai hidup dan matinya kita.
Seorang wanita yang
selama 12 tahun sakit pendarahan, ia tidak berbicara, namun ia
percaya dan ia langsung memegang ujung jumbai jubah Yesus, kesembuhan
terjadi. Bagaimana Tuhan menjamah dan menggerakkan tangan Tuhan untuk
menolong kita ? Kita harus duduk diam di kaki Tuhan dan menyembah
Dia, hal ini tidak hanya menjadi teori bagi hidup kita. Kita harus
mengalaminya, kita harus mengenal pribadi Tuhan dan menarik hatiNya
untuk membuat Dia mengulurkan tanganNya untuk menolong kita.
Banyak orang akan memiliki cara masing
– masing untuk membuat Tuhan memandang kita dan menolong kita dari
seberapa jauh pengenalan kita akan Tuhan. Kita harus mengetahui
bagaimana caranya untuk menggerakan tangan Tuhan untuk menolong kita.
Kita harus mengenali Tuhan secara pribadi, sehingga kita bisa menarik
hati Tuhan untuk menolong kita dan keajaibanNya terjadi didalam hidup
kita.
Matius 9 : 24 – 25 Banyak orang
mentertawakan Tuhan Yesus, ketika Tuhan Yesus datang ke rumah Imam
Kepala Rumah Ibadah, karena anaknya sudah mati. Orang disitu tidak
percaya bahwa Tuhan Yesus sanggup melakukan keajaiban.
Dalam kehidupan ini kita sering kali
terlalu sibuk dengan banyaknya kegiatan pelayanan. Banyaknya
pelayanan yang kita lakukan bisa membuat kita kehilangan Tuhan.
Ketika kita terlalu semangat melayani, kita kehilangan keintiman
dengan Tuhan Yesus. Amin.
Jatiwangi, 1 Nopember 2012
By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar