Alarm Hati “Berbeban Berat”



Alarm Hati “Berbeban Berat”
Ev. Indriati Tjipto Purnomo



Bahan Renungan :
11:28 Marilah kepada-Ku 1 , s  semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan t  kepadamu. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, u  karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu v  akan mendapat ketenangan. (Matius 11:28-29)

Alarm Hati yang ke empat adalah “Berbeban Berat”. Jika tubuh kita ini sedang sehat dan normal maka mengangkat benda yang berat sesaat saja tidak akan menjadi masalah tetapi seandainya kita mengangkat sesuatu terus menerus selama dua jam maka akan menjadi beban yang sangat berat. Kita dapat mengangkat dan memegang botol air mineral 1500 ml, namun tangan kita akan kelelahan jika kita pegangi botol itu secara terus menerus dalam waktu yang lama.

Apapun persoalan yang kita hadapi kalau kita tidak bisa menaruhnya dalam tangan Tuhan maka akan menjadi masalah yang berat seandainya kita taruh dalam tangan Tuhan lalu kita ambil sebentar dan kemudian kita taruh kembali maka tidak akan menjadi masalah.

Kalau saya harus memikul beban kebutuhan Mahanaim yang setiap bulan butuh Rp. 2 Milyar belum lagi ditambah memikirkan kebutuhan mulai dari sekolah, rumah singgah, rumah shalom, musik, tarian, pakaian tari, saya mungkin sudah pensiun sejak dari dulu kala. Ada waktunya saya memikirkan masalah-masalah sekolah dan kebutuhannya. Ada waktunya saya pergi ke rumah shalom, saya doakan dan saya lakukan bagian saya lalu saya letakkan lagi di tangan Tuhan, sehingga itu tidak akan menjadi beban yang meletihkan saya. Saudara-saudara letakkan semua kebutuhan kalian, masalah-masalah didalam tangan Tuhan dan marilah semua yang letih lesu dan berbeban berat datang kepada Tuhan.

Saat badan kita ini normal dan sehat maka begitu anda terpukul tidak akan menjadi masalah, seandainya ada bagian tubuh kita yang sedang terluka maka disentuh saja pun akan kesakitan. Misalnya jika saudara sehat sehat saja, untuk naik hingga ke lantai Lima Gedung Mahanaim tidak akan menjadi masalah, berbeda jika misalnya kaki saudara keselo atau terkilir, kaki anda sedang patah maka untuk naik ke lantai 2 saja sudah haleluya rasanya.

Saya bertemu dengan para pendeta dan mereka bertanya kepada saya, “Bu, apa sih rahasianya ibu bisa punya anak buah, anak-anak yang baik di Mahanaim, semua pasukan ibu luar biasa dan tidak ada yang menyakitkan hati.” Lalu saya bertanya : “Emangnya kenapa ?” Mereka lalu bercerita kepada saya, “Saya lihat jemaat saya, ingin rasanya saya cekik karena mereka susah diatur dan menyakitkan hati, rasanya membuat saya depresi.” Saya hanya tersenyum karena sebenarnya mereka tidak tahu aslinya Mahanaim seperti apa, karena disaat hati saya sehat saya begitu mencintai Mahanaim dengan segala keunikannya, tetapi di saat hati saya mulai tidak sehat mungkin saya akan merasa stress.

Jurnalis : Joshua Ivan
Buku : Alarm Hati    

Komentar

Postingan Populer