Dia Menjumpaimu di Galilea
Minggu, 31 Maret 2013
Dia Menjumpaimu di Galilea
Pdt. Petrus Agung
Mrk
16: 1-8
Setelah
peristiwa ini ada beberapa hal yang terjadi di Galilea, dan itulah
pesan Paskah kali ini.
Yoh 21: 1-14
Murid-murid
tergoncang karena Yesus yang mereka ikuti selama 3 tahun lebih
ternyata mati di salib, dan dikuburkan. Tapi beberapa hari kemudian
mereka dengar kabar dari beberapa wanita dan murid lain bahwa Yesus
sudah bangkit. Walau Petrus mencintai Yesus dan ingin bertemu, tapi
dia ragu Yesus masih mau terima dia karena sudah menyangkal Yesus.
Setelah
balik ke Galilea dan tunggu beberapa waktu tapi Tuhan tidak juga
muncul, Petrus dan teman-temannya kembali ke profesi lama sebagai
penangkap ikan. Mereka berusaha tangkap ikan seharian tapi tidak
dapat satu ikanpun.
1. Tumbuh jadi murid Tuhan yang dewasa dan tidak kekanak-kanakan
Aku
tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang
diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat,
karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah
Kudengar dari Bapa-Ku. (Yoh 15:15)
Hari itu Yesus tidak memanggil para murid sebagai teman atau sahabat, tapi sengaja gunakan istilah “anak-anak” untuk menyapa para murid.
Anak-anak
=
paidion
=
παιδίον
(G3813)
=
anak-anak
yang
belum dewasa.
Murid-murid sudah ikut Tuhan lebih dari 3 tahun, melihat mujizat Tuhan setiap hari, dan Tuhan juga sudah beritahukan bahwa Dia harus mati dan bangkit kembali. Tapi murid-murid masih tidak percaya. Inilah yang membuat Yesus memanggil mereka dengan sapaan “anak-anak”.
Tuhan sedih karena banyak anggota gereja Tuhan yang usianya dewasa, tapi manusia batiniah-nya belum matang, bahkan cenderung kekanak-kanakan.
Sering kita tinggalkan Tuhan atau fellowship hanya karena perkara-perkara kecil: tersinggung harga dirinya, lalu meledak dan keluar sifat kekanak-kanakan.
Sifat
kedewasaan kita mempengaruhi berkat Tuhan dalam hidup kita
Kesaksian:
P
Agung dari kecil dipaksa ayahnya ikut sekolah minggu, karena kelasnya
di ruang tamu rumah p Agung. P Agung tidak suka dengan gurunya: tante
"ya anak-anak" dan pak "injil Yahya".
P Agung kecil akhirnya punya alasan untuk tidak lagi ikut sekolah
minggu: sudah setia 1 tahun ikut sekolah minggu, tapi dapat hadiah
pistol bocor. Sejak itu p Agung tidak mau ikut sekolah minggu.
Satu
hari ada pengajar baru yang bisa bercerita dengan menarik. P Agung
ikuti cerita guru ini dari dalam kamar tidurnya. Di belakang rumah p
Agung, jika sore hari juga digunakan untuk sekolah minggu, dan ada
pengajar yang pandai bercerita. Maka p Agung mendengarkan sekolah
minggu di depan dan belakang secara diam-diam. Inilah cara Tuhan
supaya p Agung tidak terhilang.
Satu
hari guru yang mengajar di ruang tamu di pindah ke ranting lain.
Sedangkan guru yang mengajar di belakang harus sekolah Alkitab di
luar negri.
Pengajar
di sekolah minggu di rumah p Agung jadi gembala di GKB Kahal: pdt
Teofilus Hendra. Pengajar sekolah minggu di belakang rumah p Agung
jadi gembala di GPDI Tanah Mas: pdt Filipus Widianto. Yang curi
dengar akhirnya juga jadi pendeta.
Banyak
keputusan untuk berhenti dari pelayanan hanya dikarenakan
ketersinggungan terhadap suatu keadaan. Jika hal ini tidak
kita selesaikan maka kita tidak akan pernah dewasa !
Mari
tumbuh jadi umat dan murid Tuhan yang dewasa. Sehingga Tuhan tidak
panggil sebagai anak-anak, tapi sebagai anak laki-laki yang dewasa
dan tidak kekanak-kanakan.
Relakah
kita didewasakan Tuhan ?
Kita
bukan lagi anak-anak, seharusnya tidak ada alasan kekanak-kanakan
yang keluar dari kita. Apapun yang kita alami: tersinggung,
direndahkan atau apapun, kita harus jujur dan bicarakan itu kepada
Tuhan, dan tidak mengorbankan panggilan kita.
2. Lepas dari belenggu cara berfikir yang bahwa kesuksesan tergantung pada faktor-faktor duniawi (waktu, tempat dan tenaga)
Semalaman
murid-murid berjuang tapi tidak menangkap ikan. Yang Yesus minta
adalah lauk pauk, artinya ikan yang sudah diolah (bakar, goreng,
kukus, dll).
Dalam
peristiwa di Luk 5: 4-10:
- Yesus hanya perintahkan untuk pergi ke tempat yang dalam dan tebarkan jala.
- Tangkapannya sangat banyak, jala hampir robek, perahu hampir tenggelam.
Dalam
kuasa kebangkitanNya:
- Yesus perintahkan tebarkan jala di sebelah kanan perahu, walau tempatnya dangkal.
- Tangkapannya lebih banyak, tapi jala tidak robek, perahu tidak tenggelam.
Dalam
hidup kita ada 2 pilihan saat bekerja:
- Work- Kerja normal seperti orang lain: waktu tepat, tempat tepat, tenaga masih kuat.
- Grace- Bertanya kepada Tuhan apa yang harus kita lakukan, bekerja dalam anugrahNya.
Dalam kisah di atas waktu menangkap ikan sudah sudah lewat, tenaga sudah habis, tempatnya salah karena di tempat yang dangkal, tapi ada suara Tuhan: “Tebarkan jala ke sebelah kanan !”
Sebelah
kanan artinya tempat yang terhormat, maka Tuhan sedang ajari kita
sesuatu yang sangat terhormat: bekerja di dalam anugrah Tuhan.
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yoh 6: 27)
Tuhan
mengajari p Agung bahwa pekerjaannya bukan untuk mencari nafkah.
Pekerjaan p Agung adalah melakukan yang Tuhan perintahkan:
berkhotbah, melayani, konseling, mendoakan orang sakit, membangun
Holy Stadium, membangun sekolah, dll. Semua dilakukan bukan
supaya
mendapat persembahan atau gaji.
Bebas dari pemikiran bahwa “bekerja adalah untuk hidup” akan membuat kita no limit!
Kesaksian:
P
Agung sering diundang hamba Tuhan ke kota kecil atau pedalaman. Jika
berharap mendapat sesuatu dari tempat itu, maka hati tidak akan
beres, bahkan bisa emosi. Tapi p Agung lakukan semua karena Tuhan
yang memerintahkan, sehingga berharap hanya pada Tuhan, bukan pada
pemberian panitia pengundang. Jika perlu menggunakan dana pribadi.
Motivasi dagang kita jangan sekedar ingin dapat untung, tapi karena diperintahkan Tuhan. Sehingga pendapatan kita tidak bergantung pada penghasilan, tapi bisa Tuhan sediakan dari sumber lain.
Bekerja
adalah kewajiban, tapi nafkah kita tidak boleh tergantung pada hal
itu !
Jika
kita tidak bebas dari hal ini, kita akan dibelenggu oleh apa yang
orang tetapkan bagi kita.
Paskah tahun ini banyak hal yang harus dimerdekakan: yang belum bertobat minta roh nya dibebaskan, bagi yang sudah bertobat, minta jiwa kita dibebaskan
Ul 11: 10-15 – Beda hidup dengan kekuatan sendiri atau dengan anugrah:
- Ay 10 – Saat di Mesir tanaman tidak bisa dibiarkan, tapi harus diairi dengan ber-jerih payah.
- Di tanah perjanjian ada gunung dan lembah, ada hujan yang mengairi, dan mata Tuhan mengawasi sepanjang tahun, sehingga tidak mungkin gagal.
Kita harus lepas dari belenggu cara berfikir bahwa untuk berhasil kita harus berada di saat yang tepat, di tempat yang tepat, dengan tenaga yang utuh; dan beralih pada cara Tuhan: anugrah
Orang yang sakit, 38 tahun menunggu di tepi kolam Betesda, menunggu air terguncang untuk disembuhkan. Karena lumpuh, dia selalu keduluan oleh orang lain. Saat bertemu Yesus, tanpa goncangan air, dia disembuhkan.
Paskah tahun ini Tuhan putuskan semua yang bukan dari Tuhan, dan Tuhan beri kita anugrah
3. Derajat kita Tuhan angkat sehingga ikut menjadi tuan rumah bersama Tuhan
Orang
Yahudi tidak makan dengan orang yang tidak mereka inginkan untuk
menjadi sahabat jangka panjang. Tuan rumahlah yang sediakan semua
jamuan. Tuhan tidak meminta lauk pauk, karena saat murid-murid
mendarat mereka lihat Tuhan sudah siapkan semua lauknya.
Yesus
meminta ikan dari para murid, artinya Yesus beri kehormatan
kepada para murid untuk
ikut menjadi tuan rumah
(co-host)
Dari orang yang bekerja UNTUK Tuhan, dirubah jadi orang yang bekerja BERSAMA Tuhan.
Setiap kali kita bawa persembahan kepada Tuhan, artinya derajat kita diangkat oleh Tuhan.
Tuhan
selalu punya alasan saat melakukan dan mengerjakan suatu hal dalam
hidup kita
Kuasa
Darah Yesus
Karena
nyawa makhluk ada di dalam darahnya (Im 17:11a)
Saat kita dibawa Tuhan ke gunung tertinggi, darah itu bisa naik dan menudungi kita, sehingga kita terjamin tetap berdiri di hadapan Tuhan hingga Tuhan datang yang kedua kalinya.
Saat
hidup kita di lembah terdalam, darah itu mengalir, dan membawa
kebangkitan dan kehidupan pada setiap kematian
Tulang-tulang Yesus tidak dipatahkan. Posisi penyaliban membuat orang yang disalib tercekik dan harus mengangkat tumitnya untuk bisa bernafas. Jika menjelang malam terhukum belum mati, maka kakinya diremukkan sehingga tidak bisa lagi mengangkat badannya, akibatnya mati tercekik. Orang Yahudi tidak boleh makan dari binatang tercekik.
Yesus
tidak mati tercekik, tapi Dia berikan nyawaNya. Jika Yesus mati
tercekik karena kakinya hancur, maka kemungkinan tidak akan ditombak.
Tapi karena sudah mati, Yesus ditombak untuk memastikan kematianNya.
Dari lubang tombak itu keluar darah dan air, artinya setiap darah
sudah dicurahkan tuntas. Setelah darah habis, lalu keluar air,
artinya gereja lahir karena pengorbanan Yesus.
Darah Yesus yang habis itu adalah untuk kita semua !
Di Jakarta ada pentahbisan 3 pendeta muda. Salah satu diantaranya sebelum lahir baru mencatat sekian ratus wanita yang pernah dikencani. Tapi darah Yesus menyentuhnya sehingga lahir baru, dan akhirnya serahkan diri menjadi pendeta.
Pengumuman
- Program Paskah: Sampai tgl 4 April, pemilik IPad bisa download gratis semua buku-buku Bahtera di Indobooks.
- Jumat 5 April 2013 18:30 – Ibadah Dewasa Muda, tema: “No Limit”.
- Firman oleh p Agung, kesaksian dari bu Lisa. Bu Lisa dan suaminya selama 3 tahun naik mobil Jakarta-Semarang untuk ikut kebaktian. Mereka percepatan blessing dalam usahanya luar biasa.
- Tulis target kita tahun ini di atas kertas, akan ada the power of agreement, p Agung akan doa bersepakat dengan semua yang hadir, sehingga bisa tangkap yang Tuhan mau yang akan menjadikan impian jadi kenyataan.
Komentar
Posting Komentar