Jurnal SHRK April 2013 - Hari Ke-2
Jurnal SHRK April 2013 - Hari Ke-2
"Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.
Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya
dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah
kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: 'Ibu, mengapa engkau menangis?' Jawab Maria kepada mereka: 'Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.'
Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus
berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata
Yesus kepadanya: 'Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau
cari?' Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata
kepada-Nya: 'Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku,
di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.' Kata
Yesus kepadanya: 'Maria!' Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam
bahasa Ibrani: 'Rabuni!', artinya Guru." - Yohanes 20:11-16
Sadarkah kita bahwa Maria adalah orang pertama yang kepadanya Tuhan Yesus mau tampil, bahkan sebelum Ia menghadap kepada Bapa di Sorga? Padahal seharusnya Yesus harus menghadap kepada Bapa sebelum bertemu manusia manapun. Tapi Maria membuktikan, betapa cinta dan gelora cinta yang sungguh-sungguh luar biasa, mampu menunda hal itu dan Maria sungguh mendapatkan keistimewaan atau privilege yang luar biasa ini.
Sedangkan jika kita membandingkan dengan dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus (Lukas 24:13-31), betapa sedih hati-Nya ketika Yesus mendapati kedua murid itu "buta" setelah sekian jam perjalanan. Ia bahkan sempat memarahi kedua murid tersebut, "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" - ayat 25-26. Pertanyaannya sekarang, yang manakah kita di hadapan-Nya? Adakah kita mengasihi-Nya dengan gelora cinta yang sedemikian rupa selama ini? Atau kita cenderung mengabaikan-Nya karena kelambanan hati kita bahkan ketika Ia sudah di depan mata?
Komentar
Posting Komentar